Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Waktu yang ditunggu
"Kenapa kamu menggendongnya?" tegur Nania saat melihat Dewa yang menggendong Syakila menuju ke meja makan.
Tiap pergerakan pria itu terlihat sangat perhatian kepada Syakila. Hal tersebut membuat api didalam hati Nania seketika menyala.
"Lututnya masih sakit. Dia tidak bisa jalan sendiri," jawab Dewa sambil mendudukkan Syakila di salah satu kursi di meja makan.
Telapak tangan Nania mengepal erat di bawah meja. Perhatian Dewa terhadap Syakila membuat instingnya mendeteksi bahaya yang cukup besar.
Tidak. Tak boleh.
Dewa tidak bisa jatuh cinta pada Syakila. Pria itu hanya boleh menjadi milik Nania. Bukan milik Syakila.
"Syakila, bagaimana keadaan mu? Apa demammu sudah turun?" tanya Nania yang saat ini sedang berpura-pura jadi kakak angkat yang perhatian.
"Jauh lebih baik,"jawab Syakila. "Demamnya juga sudah turun berkat Kak Dewa yang merawat ku semalaman,"lanjutnya.
Ekhem!
Dewa terlihat sangat salah tingkah. Posisi duduknya tidak tenang. Nania tak boleh tahu jika semalam dirinya diam-diam meninggalkan perempuan itu dan malah masuk ke kamar Syakila untuk menjaga perempuan yang sedang demam itu.
Hampir semalaman, Dewa tidak pernah tidur. Dia mengompres Syakila dengan telaten hingga panasnya benar-benar turun.
"Dewa, kamu bermalam di kamar Syakila?" tanya Nania.
"Tentu saja,"sambar Syakila cepat. "Kak Dewa kan suamiku," lanjutnya sambil tersenyum lebar. Dia tak memberi kesempatan untuk Dewa angkat suara.
Mata Nania mulai memerah karena amarah. Dia berusaha mengontrol emosinya meski ekspresi wajahnya tetap tak bisa berbohong.
"Dewa, apa itu benar?" tanya Nania kepada Dewa.
Sayangnya, pria itu hanya diam saja dan terkesan menghindari kontak mata dengan Nania.
"Kak Nania kenapa kelihatan marah?" pancing Syakila. "Jangan bilang, kalau Kak Nania sedang cemburu."
Sekuat tenaga, Nania berusaha untuk tersenyum. Dia tak boleh dikalahkan oleh adik angkatnya itu.
"Untuk apa aku cemburu?" balas Nania. "Lagipula, semua orang juga tahu, siapa yang benar-benar dicintai oleh Dewa."
"Oh, ya? Memangnya, siapa yang benar-benar dicintai oleh Kak Dewa? Kak Nania? Benarkah? Berarti... kalian sedang berselingkuh?" cecar Syakila.
Brak.
Nania langsung mendobrak meja dengan keras.
"Jangan asal bicara, Syakila! Aku bukan selingkuhan. AKU INI...
"NANIA!" potong Dewa penuh penegasan. "Hentikan!" titahnya. "Aku hanya ingin sarapan dengan tenang. Jadi, berhentilah berdebat!"
Nania sepertinya sangat terpukul oleh ucapan Dewa. Dari gestur Dewa, Nania bisa merasakan jika Dewa belum mau jujur terhadap Syakila tentang pernikahan palsu itu.
Itu artinya, posisi Nania tak akan pernah bisa aman. Selama Syakila masih bertahan di sisi Dewa, maka Nania tak akan pernah bisa muncul ke permukaan dan mengakui diri sebagai istri sah dari Dewangga Clarke.
Siapa suruh, Dewa mengumumkan soal pernikahannya bersama Syakila secara besar-besaran. Itu sebabnya, hanya Syakila yang tetap akan memperoleh keuntungan besar dari hubungan mereka meski statusnya hanya istri palsu Dewa.
"Kak Dewa, bisa aku meminta tolong?" tanya Syakila kemudian.
"Apa?" Dewa balik bertanya.
"Aku ingin minum air hangat," jawab Syakila.
"Baiklah. Aku ambilkan."
"Aku saja,"sambar Nania seraya berdiri dengan buru-buru untuk mengambil air hangat untuk Syakila.
"Waktunya pembalasan dendam, Syakila," gumam Nania dalam hati.
Ya, dirinya bukan mengambil air hangat melainkan air dengan suhu sangat panas. Bibirnya menyeringai licik saat mendekati Syakila.
Dan... Byur.
Air panas itu sengaja ia tumpahkan ke tangan Syakila.
"Panas," pekik Syakila tertahan. Tangannya seperti terbakar. Perih, sakit, sekaligus panas.
Dewa bergegas menghampiri Syakila. Belum sempat menyentuh tangan perempuan itu, suara Nania yang juga menjerit kesakitan kini ikut terdengar.
"Dewa, sakit sekali," lirih Nania sambil menangis tersedu-sedu.
Pria yang hendak membantu Syakila itu kini mengurungkan niatnya dan malah pergi ke arah Nania.
"Kamu juga kena?" tanya Dewa dengan cemas.
Nania mengangguk. "Iya. Sakit sekali, Dewa. Apalagi, air panasnya juga ikut kena luka ku."
"Kita ke rumah sakit sekarang. Ayo!" ajak Dewa.
Dia menggendong Nania dan melupakan Syakila begitu saja. Saat hendak pergi, ia hanya melirik Syakila sebentar dengan sedikit rasa bersalah.
Padahal, luka Syakila jauh lebih parah. Seluruh permukaan lengan kanannya tampak melepuh.
"Jadi, kamu masih memihaknya, Dewa?" lirih Syakila seraya menatap punggung Dewa yang semakin menjauh.
"Baiklah. Tidak apa-apa," lanjutnya. "Semakin kamu mengabaikan aku, maka akan semakin besar pula rasa penyesalan yang kamu rasakan nantinya."
****
Akhirnya, dengan obat dan perlengkapan seadanya, Syakila membalut lukanya sendiri. Dia berusaha mengabaikan rasa sakitnya. Hanya terdiam dengan perasaan yang semakin hari semakin terasa hampa.
Karena tak ada tanda-tanda bahwa Dewa dan Nania akan kembali, maka Syakila pun memutuskan untuk keluar. Dia berhasil menipu Bodyguard Dewa dengan mengatakan bahwa dia harus ke rumah orangtua angkatnya untuk menjemput Andrew.
Untungnya, dua bodyguard itu percaya. Padahal, Syakila hanya ingin bertemu dengan Viola untuk mengambil uang sebelum ke suatu tempat yang sangat rahasia.
"Ini ceknya," ujar Viola. Diberikannya cek dengan nominal dua miliar kepada Syakila.
"Terimakasih banyak, Viola," ucap Syakila dengan tulus.
"Dan, ini..." Viola memberikan sebuah kalung yang sama persis dengan kalung yang dikenakan oleh Syakila.
"Aku berhasil membuat tiruan untuk kalungmu itu. Jadi, semua pasti akan berjalan sesuai rencana yang sudah kamu siapkan," imbuh Viola.
Syakila menerima kalung itu dengan senyuman kecil. Ya, kalung itu benar-benar nyaris identik dengan kalung miliknya. Bedanya, hanya dibagian belakang saja.
Tak ada nama Syakila di belakang kalung tiruan itu.
"Viola, kamu benar-benar sahabat terbaikku. Aku berjanji... aku pasti akan mengembalikan uangmu suatu saat nanti."
"Tidak usah dipikirkan. Soal uang, bukan masalah. Aku hanya ingin kamu segera terlepas dari neraka itu, Syakila. Sudah cukup aku melihat kamu disiksa oleh mereka."
Mata Viola yang berkaca-kaca tampak menatap ke lengan kanan Syakila yang dibalut perban. Dia merasa kasihan namun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sedikit lagi, Vio. Sedikit lagi," lirih Syakila dengan mata berkaca-kaca. "Waktunya hampir tiba. Semuanya hampir siap."
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...