(WARNING! banyak **** ***** dan tindakan yang buruk. Harap bijak dalam memilih bacaan dan abaikan buku ini jika membuat pembaca tidak nyaman.) Akira Kei, seorang bocah SMA yang yatim-piatu yang awalnya hidup dengan tenang dan normal. Dia hidup sendirian di apartemen setelah ibunya meninggal saat dirinya baru masuk SMA. Dan impiannya? Dia hanya ingin hidup damai dan tenang, meksipun itu artinya hidup sendirian. Tapi sepertinya takdir berkata lain, sehingga kehidupan Akira Kei berubah 180°. Apa Akira Kei bisa mewujudkan impiannya itu? Atau tidak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amigo Santos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ㅤ
“Selamat tinggal, semuanya… aku senang mendapatkan teman seperti kalian.”
“Tunggu, apa maksudmu, Kei?” tanya Andra dengan ragu sambil berjalan mendekati Kei.
Kei hanya tersenyum kecil sebelum tubuhnya bersinar terang dan perlahan tubuh Kei retak dan melebur menjadi serpihan cahaya yang terbang ke langit yang cerah saat itu.
“Salam perpisahan, karena aku akan menjadi dewa kehancuran sekaligus dewa perlindungan! AHAHAHA!”
**
“Aghh!!!” teriak Andra yang terbangun dengan keringat yang mengucur di dahinya dan nafasnya yang terengah engah.
Andra kemudian menoleh ke arah jam dinding yang menempel di salah satu sisi kamarnya dan jam itu menunjukkan pukul satu dini hari.
“Sungguh mimpi yang konyol… Kei menjadi dewa? Hahh… benar benar mimpi yang konyol.”
Ya, Andra memimpikan Kei yang mengucapkan salam perpisahan karena mengatakan kalau dirinya akan menjadi dewa. Dan hasilnya Andra sama sekali tidak bisa tidur setelahnya, takut memimpikan wajah Kei lagi sepertinya. Dan kini dirinya sedang berbaring di kasurnya sendiri sambil menatap langit langit kamarnya.
“Apa ke kamar Kei aja kali ya? Tiba tiba kangen nih…” gumam Andra sebelum beranjak dari kasurnya dan duduk di tepian kasur, “Yaudah deh, kesana aja…” lanjutnya.
Andra kemudian berdiri dan berjalan menuju lemari untuk mengambil jaketnya. Setelah mengambil jaketnya, Andra memakai jakenya dan berjalan keluar dari kamarnya.
Saat sudah di luar, Andra mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Sepi. Karena kebanyakan yang lain pastinya sedang tidur dengan nyenyak di kasur mereka yang empuk.
Jujur saja, ini pertama kalinya Andra pergi malam malam sendirian, apalagi suasananya yang sepi seperti sekarang. Tapi Andra menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju kamar Kei yang berjarak empat kamar dari kamarnya. Tidak terlalu jauh memang, tapi juga tidak terlalu dekat.
Saat sampai di depan kamar yang dirinya tuju, Andra kemudian mengulurkan tangan kanannya untuk mengetuk pintu kamar Kei. Berharap Kei masih atau sudah terbangun, tapi Andra tetap menerobos masuk jikalau nantinya Kei masih tidak membuka pintu kamarnya setelah diketuk tiga kali.
Baru satu ketukan, pintu Kei terbuka dengan sendirinya. Yang artinya Kei mungkin masih bangun atau sudah terbangun, tapi bisa saja Kei sedang tidak ada di kamarnya.
Mengabaikan pikirannya itu, Andra mendorong pintu kamar Kei supaya terbuka lebih lebar, “Kei~ aku masuk ya? Oke.”
Setelah bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya, Andra langsung masuk dengan santainya. Seolah kamar Kei juga kamarnya, konsepnya satu untuk semua.
Di dalam, Andra melihat Kei yang sedang membaca novel nya sambil mendengarkan musik. Entah karena suasananya atau apa, tapi Andra merasa damai dan tenang meliat Kei masih seperti biasanya.
Yah… itu hanya terjadi selama beberapa saat, karena sesudahnya, Andra tiba tiba tersenyum licik sebelum berjalan dengan mengendap endap menuju Kei yang sedang duduk santai sambil membaca buku novelnya.
“Ada apa, Andra? Tidak bisa tidur?”
Saat Andra tepat berada di belakang Kei dan hendak mengejutkannya, dirinya malah dikejutkan dengan suara Kei yang menanyainya.
Menyadari dirinya sudah ketahuan, Andra pun mengulas cengirannya sambil menggusap tengkuknya yang terasa geli sambil duduk di samping Kei, “hehe, iya nih… gabisa tidur.”
“Kalau begitu kau bisa tidur di kasurku saja, biasanya juga gitu kan?” ujar Kei sambil menoleh ke arah Andra dengan senyum kecil.
Mata Andra langsung berbinar ketika Kei mengizinkan dirinya untuk tidur di kasurnya seperti biasa. Dengan cepat, Andra langsung beranjak dari kursi dan langsung berbaring di kasur Kei yang sudah menjadi kasur keduanya itu.
Andra kemudian berguling dan menatap Kei yang masih setia duduk di kursi dengan buku yang ada di tangannya, “Kei…” ucapnya lirih tapi masih bisa terdengar oleh Kei.
Saat Kei menoleh ke arah Andra sambil menaikkan salah satu alisnya, Andra justru merubah posisinya yang awalnya berbaring menjadi duduk. Kemudian, Andra melepaskan jaketnya hingga menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya kepada teman masa kecilnya itu.
Mendapatkan pemandangan seperti itu, Kei hanya bisa membelalakkan matanya terkejut sebelum akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.
“Andra… kau… perempuan?” tanya Kei sambil beranjak dari kursinya dan mendekati Andra ke kasur dengan perlahan.
Andra hanya mengangguk sambil menaruh jaketnya di tepi tempat tidur Kei, “iya… maaf karena menyembunyikannya darimu selama ini, Kei…” lanjutnya dengan nada penuh penyesalan.
Kei tidak menjawab, melainkan terus berjalan menghampiri Andra sambil menatapnya dengan lekat. Dan Andra hanya membiarkan Kei memperhatikan dirinya yang sekarang hanya menggunakan kaus oblong dengan celana pendek, karena merasa bersalah sudah menyembunyikan fakta ini dari dulu.
“Kau tidak main main, kan, Andra?” tanya Kei begitu sudah ada tepat berada di depan Andra.
Andra tidak menjawab, tapi hanya menggelengkan kepalanya yang berarti dirinya sedang tidak main main.
“Lalu kenapa kau menyembunyikannya dariku selama ini?” tanya Kei lagi sambil menatap lekat Andra.
Andra menipiskan bibirnya saat merasakan tatapan Kei yang begitu lekat ke arah dirinya, dan hal itu sedikit membuat Andra tidak nyaman.
“Maaf…”
Pada akhirnya hanya satu kata yang dapat keluar dari mulut Andra, karena dirinya merasa kalau tatapan lekat Kei membuat seluruh kata sudah dia susun di otaknya seketika menghilang.
Mendapatkan jawaban yang tidak sesuai yang diinginkan, membuat Kei sedikit frustasi dan mengusap wajahnya dengan kasar sebelum ikut duduk di tepi kasurnya dengan jarak yang cukup dekat dengan Andra.
“Lalu, apa kau kemari itu sebenarnya ingin memberitahuku fakta ini?”
“Iya… tapi aku juga tidak bisa tidur, kau tau… dan itu salahmu.” Jawab Andra sambil menoleh ke arah Kei dan menatapnya dengan cemberut.
“Apa? Kok salahku sih?” ujar Kei yang terkejut karena Andra tidak bisa tidur dengan mengatakan kalau itu salahnya.
“Pokoknya itu salahmu. Titik! Dan sebagai gantinya, biarkan aku tidur di kamarmu dan kau harus ikut tidur juga.” Balas Andra sebelum membaringkan tubuhnya ke kasur Kei dan menarik Kei untuk ikut berbaring di sampingnya.
“Tunggu… Andra…”
“Diam dan turuti apa yang ku katakan!”
Kei mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Andra di lehernya, tapi entah kenapa tenaganya kalah oleh tenaga Andra. Hingga akhirnya Kei menyerah dan ikut berbaring di samping Andra.
“Mulai sekarang, panggil aku Wilona, oke?”
“Iya deh, iya…”
Beberapa saat kemudian, mereka berdua akhirnya terlelap dalam mimpi mereka masing masing dengan Andra- maksudku Wilona, yang yang meringkuk ke dalam pelukan Kei. Habis bongkar gender langsung mesraan jir, kan author juga mw.
Saat mereka dengan nyamannya tidur berduaan dan lampu kamar yang sudah di matikan, berbeda lagi dengan ruang milik Edric yang masih terlihat terang. Di ruangan itu kita bisa melihat Edric sedang melakukan evaluasi anggota timnya.
“Hmm… mereka semua mengalami peningkatan yang cukup signifikan di kendali sihir mereka, dan Wilona ternyata memang menguasai sihir Es ya… sihir yang amat langka, tapi tidak selangka Cahaya dan Kegelapan.” Ujar Edric sambil memperbarui profil milik Andrayani Wilona.
Atensi Edric kemudian beralih ke selembar kertas yang ada di pojok mejanya. Edric mengambil kertas itu dan membacanya, “ternyata data dan profil Kei ya… ngomong ngomong soal anak ini, dia cukup berbakat untuk menggunakan senjata penyerap energi misteri itu ya…”
“Tapi… entah kenapa aku merasa anak ini akan menjadi sosok yang keberadaannya tidak diinginkan dunia ini, tapi disaat yang sama juga dibutuhkan dunia ini. Ahh sudahlah, malas aku mikirin tu bocah.” Lanjutnya sambil nengacak acak rambutnya.
“Rasanya… semua anggotaku akan membuat geger dunia ini…”