Aku Hanya Putri Palsu

Dalam napsu dan rasa bersalah, seharusnya demikian. Dirinya telah menjadi kekasih seorang Siska, tapi tetap saja menyukai Tiara.

Sumpah demi apapun, dirinya tidak pernah mempunyai rasa ingin memiliki lebih dari ini. Penolakan dari Tiara, tapi tidak ada perlawanan. Yang ada hanya lenguhan, bagaikan Tiara menahan perasaannya.

"Tiara aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita." Bisiknya kala semua pakaian telah tergeletak tidak beraturan dalam mobil.

Roni memang selalu membara dan penuh napsu. Pada awalnya Roni merupakan seorang playboy, dapat dikatakan Casanova. Tapi pertemuannya dengan Siska yang mandiri dan dingin merubah hidupnya. Memohon bantuan pada Amelia untuk mendekati Siska.

Membuktikan dirinya akan selalu setia pada Siska nantinya. Hingga pada akhirnya Amelia setuju untuk membantunya. Dirinya dan Siska memang menjadi pasangan kekasih. Menjalani gaya pacaran yang sehat. Tapi dirinya tetap pria dewasa yang perlu pelampiasan. Siska selalu menolak melakukannya sebelum pernikahan. Kala hampir berhasil merayu Siska, malah Amelia yang datang memukulinya.

Tapi.

Tiara berbeda, dirinya memang bukan pria yang bersih. Namun menyukai wanita yang mungkin akan menjadi pasangan yang baik. Dan gadis ini bagaikan malaikat.

"Tiara kamu tidak memiliki rasa untukku?" Tanya Roni, hendak menyatukan tubuh mereka.

"Aku tidak pantas." Ucap Tiara begitu sendu.

Roni menikmati bibir Tiara kembali, dan Tiara membalasnya. Gadis ini memang memiliki rasa yang sama dengannya. Tapi menahan perasaannya. Sungguh... dirinya mulai mencintai makhluk ini. Bagaikan tantangan cinta yang terlarang.

Saat tubuh mereka menyatu, tidak ada rasa yang berbeda. Rupanya gadis ini sudah tidak perawan dari awal.

"Kak Roni, aku pernah dilecehkan kakak angkatku dulu." Alasannya berurai air mata."Karena ini juga aku tidak pantas---"

"Tidak apa-apa, aku akan menerimamu apa adanya." Roni mencium bibirnya, bergerak liar, menikmati segalanya.

Bagaikan oase di padang pasir. Itulah Casanova ini yang baru menikmati tubuh wanita setelah sekian lama vacum. Bagaimana dirinya tidak merasa begitu mencintai Tiara? Begitu mendebarkan, begitu nikmat, penolakannya adalah tantangan, hubungan dan status mereka sebuah rahasia.

"Jadilah milikku."

"Tapi kak Siska...A...aku tidak ingin kakak membenciku."

"Tenanglah, aku akan mencari alasan untuk putus. Menjauh perlahan, putus hubungan, barulah bersamamu. Ugh ..."

"Kak Roni..."

Itulah pembicaraan di tengah cinta terlarang yang berkobar. Bagaimana mereka menebarkan hormon endorfin, rasa lega dan bahagia terjadi berkali-kali, dengan berbagai cara...

***

Petir menyambar, hari telah gelap. Ayahnya masih berada di perusahaan. Sementara sang ibu berkata ada pertemuan keluarga. Tiara dan Roni belum kembali dari tempat khusus dan toko buku.

Rumah ini entah kenapa terasa begitu horor. Kala dirinya keluar dari kamar beberapa lampu telah padam.

"Miaw..." Suara kucing terdengar, membuat bulu kuduknya merinding.

Pandangan mata Siska menelisik, dirinya hampir terkejut setengah mati, melihat mata kucing anak kucing yang bersinar dalam kegelapan.

Tapi bukankah kucing itu tadinya tidak bisa berjalan? Begitu lemah. Kucing yang bergerak ke arah jendela.

Bersamaan dengan itu kilat petir menyambar. Cahaya samar memasuki jendela, sang kucing berada di bagian bahu seseorang yang berdiri. Bayangan samar, seseorang tersenyum menyeringai terlihat dari kilatan petir begitu menyeramkan.

Jantungnya berdegup cepat."Aaa...." Teriak Siska menutup matanya.

Tak!

Lampu ruang tamu yang telah mati dinyalakan. Ternyata orang yang berdiri depan jendela dan menyalakan lampu adalah Amelia. Dengan kucing kecil di bagian bahunya.

Berdiri tanpa ekspresi menatap ke arah Siska.

"Kamu membuatku jantungan! Aku kira kamu setan!" Teriaknya pada mantan adik. Kita anggap saja begitu.

Amelia membawa foto seseorang. Menunjukkannya tanpa ekspresi ke arah sang kakak."Pacar barumu, seorang dokter hewan, begitu ramah, tampang lumayan, tidak begitu kaya, penghasilan cukup, dia yatim-piatu, jadi kakak tidak perlu diganggu oleh mertua yang pemilih."

Siska berusaha tersenyum benar-benar berusaha. Dari dulu dirinya memang berpikir Amelia begitu aneh terlalu aneh. Mana bisa makhluk yang bertampang psikopat ini adalah adiknya. Syukurlah adik kandungnya, Tiara yang secerah malaikat berhasil ditemukan.

"Aku sudah punya pacar. Kamu tau bukan, kami akan menikah." Ucap Siska pelan.

"Tidak suka? Padahal menurutku ini lumayan." Amelia menghela napas, menatap foto dokter hewan yang mengobati kucingnya."Kakak, kita ini makhluk yang seperti tidak punya hati. Memerlukan pria yang sebaik malaikat baru dapat hidup bahagia. Bukan pria yang seperti CEO dingin Casanova."

"Ka...kamu itu kontradiksi. Dulu kamu mengatakan, kakak, kakak memerlukan pria sempurna, seperti CEO dingin yang keren. Sini! Biar aku perkenalkan pada Roni, yang berasal dari keluarga baik-baik, tampan, juga cool dan kaya. Agar hidupmu terjamin." Siska menatap sengit ke arah adiknya.

"Pria baik hati lebih baik." Kembali Amelia menunjukkan foto dokter hewan tanpa ekspresi.

"Kamu saja menyukai pria kaya, tampan dan cool seperti Tristan." Siska menunjuk-nunjuk.

Petir kembali menyambar di luar sana. Disertai Amelia yang berucap."Dia pria yang paling mengerikan di dunia."

"Kamu tidak menyukainya lagi?" Tanya Siska penasaran setengah mati.

Kakak beradik yang telah belasan tahun hidup bersama itu, berjalan ke arah dapur. Amelia membuka pintu lemari pendingin, mengambil air, sedangkan Siska mengambil dua buah gelas. Amelia menuang air ke dalam kedua gelas. Kemudian mereka meminumnya bersamaan.

Benar-benar seperti pasangan kakak beradik bukan? Saat bertengkar seperti anj*ing dan kucing. Tapi tanpa sadar mereka sebenarnya begitu kompak.

"Aku tidak menyukai makhluk yang bisa lebih kejam dariku." Ucap Amelia menyeringai.

"Dasar! Adik psikopat tidak waras." Cibir Siska, menatap makhluk yang tumbuh bersamanya. Walaupun kenyataannya hasil tes DNA menyatakan mereka bukan saudara sama sekali."Omong-ngomong, kamu menyukai seseorang bernama Savier bukan?"

"Tidak, dia temanku."

"Kamu punya teman? Orang sepertimu bisa punya teman?" Tanya Siska tertegun, dijawab dengan anggukan kepala oleh Amelia.

Pada akhirnya Siska tertawa memegangi perutnya bagaimana bisa ada orang gila yang bersedia berteman dengan orang arogan seperti Amelia?

"Intinya kakak tidak suka dokter hewan?" Tanyanya Amelia, bersamaan dengan anak kucing yang ada di bahu Amelia mengeong.

"Tidak! Aku akan setia pada Roni." Tegas Siska, kembali meminum air.

Amelia meraih handphonenya kemudian menunjukkan foto seorang pemuda rupawan."Namanya Gunawan, di usia 28 tahun dia sudah menjadi pegawai negeri sipil. Meskipun gajinya sedikit tapi punya usaha sampingan kolam pancing. Jika kakak mau, besok datanglah ke sekolahku, dia adalah wali kelasku."

Siska berdecih."Aku tidak ingin menikah dengan orang biasa. Bilang saja kamu iri bukan? Sampai sekarang walaupun sudah bertunangan tapi tidak dapat mendapatkan hati Tristan. Menyerah lah! Dasar wanita murahan, kamu bahkan bukan adik kandungku tapi ingin mengaturku."

Biasanya Amelia akan mengigit nya, kemudian memberikan teriakan, perlawanan sengit. Bahkan menangis berguling-guling jika kalah berdebat.

Tapi sekarang tidak, Amelia hanya diam, tidak mengatakan apapun.

"Kamu tidak melawanku?"

"Itu adalah kebenaran. Aku bukan adikmu."

Amelia melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Siska yang tertegun, menatap punggung Amelia yang memasuki kamar bekas gudang lantai satu. Jujur saja dirinya merasa kesepian, tidak ada yang bertengkar dengannya lagi.

Tidak menyadari Amelia yang berada dalam kamar menyeringai."Mampus! Mampus! Pacarmu akan selingkuh! Dasar kakak goblok! Diberikan dokter hewan malah jatuh cinta pada biawak."

Tapi... dirinya memang harus meninggalkan keluarga ini cepat atau lambat.