Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUAH SIMALAKAMA
Aurora nampak menangis bahagia, mendengar kabar bahwa kandungannya berhasil diselamatkan.
Dia mengelus perutnya sambil bergumam
"Anak hebat anak kuat, makasih ya nak sudah bertahan sejauh ini,,,, ," tetesan air mata Aurora mulai menetes dia merasa sedih sekaligus bahagia.
Sedih karena William sampai saat ini belum pernah menanyakan tentang kandungannya dan bahagia karena kandungannya masih ada sampai saat ini.
Dia mengusap air matanya kemudian tersenyum, dia tidak mau janinnya merasa sedih.
"Harus positif thinking," ucap Aurora menyemangati diri sendiri sambil tangannya terangkat dan mengepalkan tangan tanda semangat.
William merasakan pipinya yang panas, akibat tamparan dari Clarisa.
"Kenapa kamu lambat sekali Van....aku sudah tidak tahan," ucap Clarisa sambil memegang dan menarik tongkat raksasa William dan mengarahkan ke lubang kenikmatannya dalam posisi William masih memakai celana dalam.
William diam dan tongkatnya berasa keras dan tegak, kemudian dia turun dan menghentikan aktivitas panasnya saat melihat Clarisa tertidur pulas setelah meracau dan menamparnya.
William menarik nafas panjang tatapannya kosong, dia mulai memantik korek api dan menyulutnya kedalam rokok.
"Aku ingin melakukannya dalam keadaan dia sadar dan tidak membayangkan orang lain saat melakukannya,"
ucap William dengan pelan sambil menyesap rokok dan menghembuskannya.
Pandangannya menoleh ke posisi Clarisa yang sedang telanjang kemudian tersenyum dan mencondongkan tubuhnya kesamping Clarisa.
"Aku sudah mulai mencintaimu," ucap William berbisik di telinga Clarisa sambil menggigit daun telinganya.
Kemudian menciumi seluruh wajah Clarisa, bahkan tak henti hentinya William mencium bibir Clarisa.
Setelah puas melakukan percumbuan itu, William mulai memakaikan kembali pakaian Clarisa seperti semula dari merapikan Sprei hingga membereskan ruangan yang berantakan.
William pergi ke lantai bawah dan membeli baju ganti agar Clarisa tidak curiga atas apa yang telah terjadi.
Sementara di tempat lain,Rani mulai marah dengan melampiaskan kemarahannya kepada Hamdan.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Hamdan bingung dan diam, karena dia merasa tidak melakukan kesalahan namun Rani nampak selalu menegurnya.
Rani mencengkeram ponsel dan tatapannya tajam.
"Brengsekkkkkkkkk, sialllll, kenapa jadi seperti ini," ucap Rani sambil tangan kirinya memegang dahinya.
Clarisa terbangun setelah beberapa jam tertidur, dia menguap lalu mengucek matanya sambil melihat tempat sekelilingnya.
"ini bukan kamarku, lalu ini dimana?" ucap Clarisa sambil melihat baju dan kasurnya namun tidak ada tanda tanda yang dia takutkan.
Saat dia turun dari ranjang bel berbunyi membuat Clarisa kaget dan terhenyak.
Clarisa berjalan dengan gontai lalu membuka pintu.
"Kamu sudah bangun, gimana tidurnya apakah nyenyak," ucap William berpura pura sambil melirik tanda merah di leher Clarisa yang terlihat samar.
Clarisa menggaruk garuk kepala dan mengangguk.
"Nyenyak banget sampai aku merasa seperti pingsan," ucap Clarisa sambil tersenyum.
"Ini aku bawain sarapan, dari rumah aku langsung kesini," ucap William sambil menyodorkan bubur ayam yang baunya sudah semerbak.
Mencium aroma bubur ayam, membuat perut Clarisa keroncongan dan dia mengambil bubur ayam tersebut sambil mengendus endus baunya.
"Harum banget, terimakasih Will," ucap Clarisa membuka bubur ayam tersebut lalu memakannya.
"Jadi tadi malam yang bawa aku kesini kamu?, kenapa kamu pulang gak nginap sekalian?" ucap Clarisa sambil menikmati bubur ayam yang agak panas.
"hemmm aku pulang karena bajuku basah terkena muntahan kamu," ucap William sambil menggoda Clarisa.
Mendengar hal tersebut Clarisa tersedak dan batuk, sampai William menepuk nepuk pundak Clarisa dengan pelan lalu mengambilkan air minum untuk Clarisa.
"Beneran !!!! ,,,, sorry Will,,,," ucap Clarisa sambil merapatkan dua telapak tangannya membuat tanda maaf di depan dadanya.
Kemudian mereka tertawa terbahak bahak.
Saat mereka berdua bercanda, ada notifikasi pesan dari tempat Aurora di penjara.
'Kemarin dia di bawa kerumah sakit karena pendarahan, namun syukurnya janinnya masih bisa diselamatkan,' ucap William dalam hati membaca isi pesan tersebut.
Melihat ekspresi William yang nampak khawatir dan membuang nafas panjang membuat Clarisa berhenti makan lalu bertanya
"are you okay,,,,, "? ucap Clarisa sambil tangan Clarisa memegang pundak William.
William kaget karena sentuhan Clarisa kemudian dia tersadar
"Ada masalah di kantor, kamu bisa pulang sendiri kan?" ucap william sambil berdiri dan gelisah.
"ohhhh ok gak masalah, kamu pergi aja dari pada kamu nanti di semprot calon suamiku," jawab Clarisa sambil senyum malu.
Mendengar hal tersebut William mengernyitkan dahi dan tersenyum lalu mengangguk.
Dia terlihat kecewa namun mencoba menahannya agar tidak terlihat lalu pergi.
Clarisa bersiap untuk mandi saat dia melucuti semua pakaiannya, pandangan matanya tertuju pada warna merah yang hampir pudar pada lehernya, namun Clarisa tidak begitu ambil pusing dan melanjutkan mandinya.
Clarisa tersenyum melihat wajahnya di cermin kamar mandi sambil bergumam
"Andai Devandra sebaik William, pasti aku seneng banget untung aja tadi malam aku minumnya sama William kalau tidak gak tau lagi deh," ucap Clarisa sambil terus melihat wajahnya .
William segera menghubungi informan nya di penjara namun yang di hubungi tak kunjung menjawab telponnya.
Saat dia akan memasukkan ponsel di sakunya tiba tiba ponselnya berdering, dan William langsung segera mengangkat
"Apakah dia masih dirumah sakit," ucap William agak sedikit khawatir
Setelah dia mendapatkan informasi dari orang tersebut, dia segera pergi ke rumah sakit dengan tergesa gesa.
Setelah tiga puluh lima menit, akhirnya William sampai dirumah sakit.
Dia melihat Aurora berbaring dengan terlilit infus di tangannya, nampak pucat dan lemah.
William mengernyitkan dahi dan ada sesuatu yang berdesir di hatinya melihat Aurora berbaring dengan borgol di tangan kanannya.
William masuk dan tersenyum lalu mencium kening Aurora, sementara Aurora yang tadi tertidur pulas akhirnya membuka mata karena merasa seperti ada yang mengecupnya.
"Will,,,, apa aku mimpi, ini kamu kan?" ucap Aurora sambil mengucek kedua matanya dengan tangan.
William tersenyum kemudian memeluknya.
Merasa ini bukan mimpi, Aurora menangis dan memukul dada William.
"Kamu jahat, bagaimana bisa kamu gak jenguk aku sama sekali," ucap Aurora terlihat sedih
"Maafkan aku Ra, pimpinan perusahaan ku sangat kejam dan perfeksionis dia sama sekali gak memberiku ruang untuk bersantai," ucap william sambil meneteskan air mata dan berbohong.
Mendengar hal tersebut Aurora merasa iba dan merasa kalau William sekarang kurusan.
"Kamu sekarang terlihat kurusan," ucap Aurora melihat postur tubuh William yang kurus namun masih terlihat mempesona bagi Aurora.
Sementara padangan William terhadap Aurora sangat berbeda, bagi William Aurora tidak lagi menarik di depannya, memang terlihat cantik namun sedikit kucel dan perutnya sedikit buncit.
Melihat William memandang perutnya, Aurora tersenyum kemudian berkata
"Udah agak besaran kan?" ucap Aurora sambil meraih tangan William untuk mengusap perutnya yang buncit.
William kaget, namun menuruti keinginan Aurora dengan mengelus elus perut Aurora lalu William berinisiatif untuk mencium perutnya juga.
Aurora meneteskan air mata lalu mereka saling berpelukan.
'Aku sudah tidak mencintai kamu lagi Raa,,, apa yang harus aku lakukan sementara kamu disini karena perbuatanku, apa aku harus jujur?' ucap William dalam hati sambil mengusap punggung Aurora.
Aurora melepas pelukan William lalu bertanya
"Apa kamu masih mencintaiku?" ucap Aurora sambil memegang tangan William