Istri Kedua Suamiku

1 Tahun kemudian.

Tak terasa, kini Kenzo sudah bisa bicara, meskipun belum terdengar jelas apa yang dia bicarakan. Tapi, Zahra sangat senang, karena selama ini. Kenzo hidup dengan baik, meskipun tanpa sosok ayah di sampingnya.

"Zahra, ikut papah keruangan kerja papah," ujar Gunawan.

 Karena melihat Kenzo sudah tertidur, Zahra langsung meninggalkan anaknya.

"Ada apa pah?" tanya Zahra.

"Nak, sebenarnya papah tidak memaksa kamu untuk menerima tawaran ini, karena papah juga mementingkan kebahagiaan kamu," ucap Gunawan.

"Maksud papah apa? Aku tidak mengerti," tanya Zahra bingung.

Gunawan menatap istrinya Ela, memberikan isyarat, agar duluan memberitahu anaknya.

"Kenapa malah saling tatap, ada apa sebenarnya pah, mah?" tanya Zahra lagi.

Gunawan menghela napas berat, mau tidak mau, dia harus mengatakannya kepada Zahra.

 "Anak dari teman kolega bisnis papah, ingin melamar kamu nak," ujar Gunawan.

Duar, seperti disambar petir siang bolong, mendengar ucapan papah Gunawan.

"Maksudnya bagaimana pah, mah. Aku tidak faham?" tanya Zahra,

"Bahkan aku kenal saja tidak," lanjut Zahra.

"Kamu mengenalnya," kata Gunawan.

"Siapa?" tanya Zahra.

"Xavier."

"Dia meminta untuk menikahimu," jawab Gunawan.

"Xavier, bukannya dia tidak tertarik dengan seorang wanita, ya?" tanya Zahra,

"Kenapa tiba-tiba ingin menikahi aku," lanjut Zahra.

"Papah juga tidak faham, sebulan yang lalu, ayahnya yang membicarakan ini," jawab Gunawan.

"Apa kalian setuju aku dengan xavier?" tanya Zahra,

"Tanpa ada paksaan apapun." lanjut Zahra.

"Selama ini, papah tidak pernah mendengar isu negatif tentang Xavier, dia seorang pria yang selalu bertanggung jawab," jawab Gunawan.

"Dan mamah juga yakin, kalo Xavier akan menjadi ayah yang bertanggung jawab atas Kenzo," sahut Ela.

"Kalo mamah dengan papah merestui, katakan kepada keluarga Xavier, kalo aku menerima lamarannya," ujar Zahra.

Mendengar itu, Gunawan bernapas lega. Karena kalo Zahra menolak, entah apa yang akan terjadi dengan keluarganya.

 "Kamu yakin, nak?" tanya Ela.

"Aku yakin mah, karena pilihan kalian pasti pilihan yang terbaik," jawab Zahra tersenyum,

"Tidak ada seorangpun orangtua yang menginginkan anaknya tidak bahagia," lanjut Zahra.

Ela dengan Gunawan memeluk sang anak perempuannya itu.

"Itu saja yang ingin papah katakan," ucap Gunawan.

"Yaudah, aku mau ke kamar dulu, ya," pamit Zahra.

Lalu, Zahra meninggalkan ruangan kerja ayahnya. Setelah sampai di kamarnya, Zahra mencari ponselnya.

Lalu, Zahra mengirim pesan kepada Xavier.

[Kita ketemu ditaman] tulis Zahra.

 Tidak menunggu lama, Xavier langsung membalas pesan Zahra.

[Oke, saya kesana sekarang] Balas Xavier.

 Setelah membaca chat dari Xavier, Zahra langsung bersiap dan meminta izin kepada orangtuanya

"Aku mau beli kebutuhan aku yang sudah habis," ucap Zahra berbohong,

"Aku titip Kenzo sebentar ya mah," lanjut Zahra.

"Yaudah, jangan lama-lama ya, hari sudah sore," jawab Ela.

Zahra langsung bergegas meninggalkan mansion tersebut, lalu membawa mobil kesayangannya, guna akan menemui Xavier.

   Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Zahra sampai di tempat yang dia tentukan tadi.

"Maaf telat," ucap Zahra.

Xavier sudah menunggu sedari tadi, karena dia tidak mau telat untuk menemui Zahra.

Akhir-akhir ini memang Zahra dekat dengan Xavier, tapi Zahra tidak menganggap Xavier lebih dari teman.

Xavier juga sangat dekat dengan anaknya Kenzo.

"Aku tidak mau basa-basi, hanya saja ingin menanyakan sesuatu," ucap Zahra.

"Apa yang mau kamu bicarakan, sepertinya penting sekali," kata Xavier.

"Apa maksud kamu, meminta aku menjadi istri kamu kepada papah?" tanya Zahra,

 "Diluaran sana banyak sekali wanita yang pastinya tergila-gila sama kamu, mengingat kamu itu seorang pewaris keluarga Alveric. Kenapa aku?" tanya lagi Zahra.

Xavier hanya terdiam, dia seperti enggan menjawab pertanyaan Zahra.

"Aku ini seorang single mom, sedangkan kamu belum pernah menikah, rasanya tidak cocok sekali kita bersatu," ucap Zahra.

 "Karena saya sayang dengan Kenzo, dan juga sama kamu," jawab Xavier.

"Kalo kamu sayang dengan anakku, aku tidak akan melarangnya, tapi kenapa harus menikah dengan aku?" tanya Zahra lagi.

"Karena saya mencintai kamu, Zahra!" Tegas Xavier.

"Cinta, cih! Tidak mungkin kamu bisa mencintai aku sesingkat itu," ujar Zahra.

"Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu?" tanya Xavier.

 "Aku tidak percaya dengan laki-laki dan juga cinta. Karena, rasa itu hanya sebentar, nanti akan memudar," jawab Zahra.

"Jangan samakan saya dengan mantan suami kamu, jelas kami berbeda," ujar Xavier.

 "Xavier, aku menerima lamaran kamu, demi mamah dan juga papah, jadi jangan berharap lebih," jelas Zahra.

 "Tunggu dulu, Zahra!" panggil Xavier, menarik tangan Zahra.

 "Ada apa lagi?" tanya Zahra.

"Apa yang harus saya lakukan, supaya kamu mencintai saya?" tanya Xavier.

"Tidak ada, dan lupakan perasaanmu," jawab Zahra.

 "Oke kalo itu mau kamu, saya akan mengatakannya kepada papah kamu, kalo kamu tidak menginginkan pernikahan ini," ujar Xavier

Mendengar itu, Zahra langsung mematung.

"Tidak mungkin, papah dengan mamah akan sedih kalo tahu ini," batin Zahra.

"Ayo pilih, mau yang mana?" tanya Xavier, tersenyum menyeringai.

"Oke, aku akan menerima kamu, tapi dengan satu syarat," kata Zahra.

"Apa syarat itu?" tanya Xavier.

"Buat aku percaya lagi, kalo cinta itu memang ada," jawab Zahra.

"Itu hal yang mudah, saya akan melakukannya," jawab Xavier.

"Kalo kamu tidak bisa melakukan itu sampai pernikahan kita tiba, kamu yang harus membatalkan pernikahan itu," kata Zahra,

"Bagaimana, setuju?"

"Saya setuju," jawab Xavier,

"Tapi untuk membuat kamu percaya lagi dengan cinta, izinkan saya selalu bertemu dengan kamu," lanjut Xavier.

"Itu tidak masalah, kamu bisa menemui aku kapan saja semau kamu," jawab Zahra.

 "Yaudah, duduklah bersama saya, kita akan mengobrol disini," ajak Xavier.

 Zahra kembali, lalu duduk disebelah Xavier.

"Sudah lama saya hidup tanpa sosok seorang ibu, tapi. Saat pertama kali melihat kamu, saya melihat ada ibu di mata kamu," ucap Xavier.

"Kalo boleh tahu, kemana ibu kamu?" tanya Zahra.

"Dibunuh musuh daddy saya," jawab Xavier.

"Aku tidak tahu akan hal itu, maafkan saya," ucap Zahra tidak enak.

"Ngak apa-apa, karena kamu calon istri saya, jadi kamu harus tahu tentang ini," jawab Xavier.

"Lalu, selama ini kamu hidup dengan daddy kamu saja?" tanya Zahra.

"Ada nenek kami, dan juga adik dari mendiang ibu saya," ucap Xavier.

"Apa mereka tahu tentang pernikahan kita?" tanya Zahra.

"Semua keluarga saya sudah tahu, dan mereka sangat senang sekali. Nenek berkata kalo saya harus membawa kamu ke mansion," ujar Xavier.

"Sepertinya seru sekali, keluarga kamu banyak," kata Zahra.

"Apa kamu mau mengunjungi mereka ke mansion?" tanya Xavier.

"Mau, tapi aku belum izin sama mamah papah aku," ucap Zahra.

"Saya akan mengatakannya kepada tuan Gunawan, sekarang." Xavier tersenyum menatap Zahra.

***