Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Delta
Benar saja, setibanya aku dan Kibo di bangunan mafia ayam pas sekali ada notifikasi dari ponselku.
Saat aku membacanya, itu bukan pesan dari seseorang. Melainkan tugas baru.
Aku dan Kibo disuruh memeras peternak di daerah Delta. Itu kota yang cukup maju.
Secara teknologi mereka sudah lebih baik daripada kota-kota lain. Aku sering melihat tentang mereka diinternet.
Aku tidak tau akan seluar biasa apa kota itu, yang jelas perjalanannya jauh. Jadi aku akan meminjam mobil disini.
Dalam perjalanan ke ruangan tempat parkir mobil. Robot-robot berlaluan di bangunan ini.
Sudah seminggu terakhir juga sepertinya teknologi robot di mafia ayam berkembang dan digunakan di setiap bagain bangunan.
Walau masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh para robot. Kudengar para teknisi memutuskan untuk memperbaikinya bertahap dan perlahan.
Kadang juga masih ada robot yang bertabrakan. Entah itu dengan para manusia, sesama robot, atau objek didekatnya.
Tali sejauh ini, sepertinya tidak ada masalah serius yang ditimbulkan oleh para robot.
Sementara robot yang sudah lama ada, seperti Toki di ruangan hadiah undian. Pemrosesan kalimatnya sudah lebih cepat.
Ai-nya makin pintar dan terus ditingkatkan oleh para teknisi melalui inti sistemnya.
Sampai akhirnya tiba di ruangan parkiran. Aku dan Kibo mendekat ke salah satu sisi dinding.
Lalu memperlihatkan jam tanganku ke kamera disebelah kunci-kunci mobilnya. Ini pertama kalinya aku pakai mobil sendiri untuk bertugas.
Setelah kejadian mobil merah yang diambil polisi. Aku dan teman-temanku yang lain belum pernah mengendarai mobil bersama.
Sebenarnya alasannya bukan takut hilang. Teman-temanku jelas tidak takut dengan itu.
Tapi kami belum pernah lagi dapat misi spesial sejak itu. Misi-misi biasanya juga rata-rata di tempat dekat.
Aku mengambil kunci mobil yang kacanya dibuka setelah menunjukkan jam tanganku ke kamera.
Lalu agar aku tahu mobilnya yang mana. Aku menekan tombol di gantungan kuncinya.
Rasanya serem juga karena dulunya saat Vin yang menekan tombol memunculkan suaranya. Suara itu malah terlalu keras.
Ptok! Ptok!
Suara itu terdengar dari salah satu mobil hitam. Untunglah suaranya tidak terlalu keras, juga hanya sebentar.
Aku dan Kibo mendekati mobil itu. Bentuk badan mobilnya keren sekali, seperti mobil balap. Tapi aku tidak tau ini model mobil apa.
Aku membuka pintu mobilnya. Masuk, Kibo juga ikut, baru aku menutup kembali pintunya.
Tanganku mengemudikan mobil ini perlahan untuk keluar dari arena parkiran. Karena aku belum terlalu lihai manuver di parkiran, jadi agak lama.
Sampai akhirnya mobil hitam ini bisa kukeluarkan dari area parkiran. Rodanya sekarang berputar mulus di jalanan kota.
Tadi aku sempat mengatur layar digital di kemudinya agar menunjukkan lokasi ke atah kota Delta.
Karena sebelumnya aku belum pernah ke kota Delta. Aku hanya pernah mendengar kabarnya dari internet.
Berita-beritanya selalu masuk top list di berita pulau ini. Sangking banyaknya pengaruh kota itu.
Empat puluh lima menit kemudian. Aku sampai ke area kotanya.
Mataku dan Kibo langsung menyapu sekeliling kota yang berada di dekat kami. Kota ini lebih keren saat dilihat secara nyata.
Bangunan-bangunannya yang memiliki bentuk dan desain futuristik membuat mata seolah tidak mau berhenti melihatnya.
Pepohonan juga tertanam di setiap halaman bangunan. Sebesar apapun bangunannya, mereka tetap punya sekurang-kurangnya satu pohon di halaman.
Rata-rata juga kulihat di halamannya. Hanya bagian yang suka dilewati kendaraan yang dikenai semen.
Sementara bagian lainnya dibiarkan, yaitu tanah dan rerumputan. Mereka tidak mau merusak alam untuk hal yang tidak perlu.
Kendaraan lain berlalu lalang juga disekitarku. Berbeda dengan kota lain, di kota ini sepertinya lebih banyak menggunakan sepeda dibanding kota lain.
Karena baru lima menit saja aku disini, sudah ada dua rombongan orang menaiki sepeda yang lewat.
Aku dan Kibo pergi ke pinggiran kota. Tempat perternakan yang akan kami peras uangnya berada.
Saat sampai, aku memarkirkan mobilku di sebelah pagar perternakannnya.
Perternakannya juga terlihat bagus. Pagarnya bukan lagi kayu, tapi dengan bahan lain yang tidak aku ketahui. Tapi terlihat berkali-kali lebih kokoh dan kuat dibanding kayu.
Rerumputan disekitarnya juga terlihat bagus. Aku yakin jika aku berbaring di rerumputannya, bisa tertidur sangking nyamannya.
Pinggiran kita Delta adalah rerumputan. Jadi disekitar perternakan ini ada padang rumput luas dulu, baru beberapa meter dibelakangnya hutan lebat.
Aku dan Kibo berkeliling disekitar perternakannya dulu. Mencari peternaknya.
Hewan-hewan disini terlihat sehat dan kuat. Tidak ada yang lemas ataupun sakit.
Sampai akhirnya seorang peternak terlihat. Dia memakai setelan peternak yang santai lalu mendekatiku.
"halo pak, apakah anda mau membeli sesuatu dari perternakan ini?" tanya peternak itu dengan ramah.
"tidak, maaf. Tapi bayar aku Rp. 500.000 atau perternakanmu tidak akan dilindungi." kataku, itu harga yang ditentukan oleh misinya.
"oh... Jadi kamu datang untuk memeras ya? Enak saja, pergi dari peternakan ini atau aku akan mengusirmu. Peternakanku sudah cukup aman tanpa perlindungan kalian sekalipun." petani itu yang awalnya ramah menjadi marah sembari menodongkan cangkulnya kearahku.
Sebenarnya sikapnya bagus. Saat aku datang dia berprasangka baik, baru saat aku mengatakan niat jahatku dia dengan tegas mengusir. Tapi jelas aku sedang tidak berada dipihaknya.
"baiklah kalau begitu. Semoga hewan-hewan anda yang sehat dan kuat ini, tidak menjadi sebaliknya beberapa menit lagi." kataku, lalu balik badan.
Bersama Kibo kami pergi ke mobil hitam kami kembali.
Dalam perjalanan ke mobil. Aku menekan layar ponselku, di tugasnya ada dua opsi, diterima oleh peternak, atau ditolak oleh peternak.
Aku menekan opsi ditolak oleh peternak. Lalu muncul pesan baru di bawahnya.
"kembalilah ke perternakan di pukul tiga sore. Mintalah uang Rp. 500.000 lagi." begitulah isi tugasnya.
Selama ini aku melakukan tugas itu. Belum ada yang berani menolaknya, jadi sekarang saat ada yang menolaknya. Aku bisa tau efeknya.
Aku dan Kibo masuk ke dalam mobil kami lagi. Lalu kami pulang kembali ke parkiran mafia ayam sebelumnya.
Pemandangan kota Delta tetap saja mengesankan. Kota ini punya cara kerja yang bagus sampai teknologinya semaju ini.
Aku jadi terpikir kalau mafia ayam dijadikan kota begini. Akan jadi semegah kota Delta ini atau tidak.
Karena sejauh ini ada satu hal yang belum dimiliki kita Delta tapi dimiliki bangunan mafia ayam.
Yaitu robot yang berkeliaran disekitar lingkungan. Entah memang mereka sengaja menaruh robotnya ketika sudah siap, atau memang belum punya.
Perjalanannya memakan waktu yang sama. Empat puluh lima menit mobil yang aku dan Kibo bawa kembali terparkir rapi di parkiran tadi.
Aku menaruh kunci mobilnya kembali. Lalu tertutup kaca.
Nanti sore baru aku akan kembali ke perternakan itu. Melihat apa yang akan terjadi.