Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh Belas
"Hooooaaam...," Dita mulai menguap. Namun mencoba bertahan, meski matanya mulai meredup.
"Kalau ngantuk tidur ditenda," saran Angkasa pada sang gadis.
"Gak bosa tidur, si Shasa mendengkur," jawabnya, sembari terus menjaga api unggun dengan menambahkan reranting dan dahan kayu kering yang tadi dicari oleh para mahasiswa.
Sesekali ia menjulurkan tangannya kedepan api unggun untuk menghangatkannya. Namun sepertinya ia sudah kehabisan daya, dan akhirnya tertidur dengan menangkupkan wajahnya diatas lutut.
Angkasa menggeser duduknya dan mendekati sang gadis, baru saja hal itu dilakukannya, Dita sudah limbung kearahnya, dan tampaknya tertidur pulas.
Ia segera menangkapnya, lalu menyandarkan kepala sang gadis dipundaknya.
Sreeeeek
Suara resleting salah satu tenda dibuka. Saat bersamaan, dua orang mahasiswi keluar dari tenda dengan wajah masih mengantuk.
Melihat Angkasa sedang menopang kepala Dita, mereka saling pandang satu sama lain, dan nyengir seketika.
"Sejak kapan si kulkas empat pintu meleleh dibuat seorang gadis," bisiknya pada sahabatnya. Gadis berambut pirang dan temannya berambut ungu tampak saling menggosipi sang Dekan.
"Mungkin si Kutub suka daun muda, buktinya si mata biru itu kan dengar kabar berasal dari kelas Akselerasi, usianya masih tujuh belas tahun," sahut rekannya dengan suara yang serendah mungkin.
Seketika mereka tertawa cekikikan yang membuat suasana malam nan sepi ini semakin terasa menyeramkan.
Si rambut pirang menyalakan senternya, lalu berjalan melewati Angkasa sembari melirik ke arah sang Dekan."Mau kemana?" tanyanya kepada kedua mahasiswi tersebut.
"Mau pipis, Pak." jawab gadis berambut ungu. Ia bersedekap untuk mengurangi rasa dinginnya. Jaket ditubuhnya seolah tak dapat membunuh rasa dingin yang menusuk hingga ketulang.
"Sebentar," pria itu menahan keduanya. "Luh, Galuh," panggilnya pada Galuh yang masih mendengkur.
"Luh!" ia sedikit mengeraskan suaranya, hingga membuat mahasiswa yang tertidur nyenyak itu tersentak bangun. "Hah! Iya, Pak." ia mengusap kedua matanya. Kepalanya masih kliyengan karena nyawanya belum kumpul.
"Temenin mereka mau buang air kecil, tapi jangan terlalu jauh dari tenda," pesan Angkasa pada sang Mahasiswa.
Setelah merasa sedikit segar, Galuh menganggukkan kepalanya, lalu meraih senter dan mengikatkan dikepalanya.
"Hoooaaam," Galuh menguap, lalu melirik kearah Dita yang sudah terlelap dipundak sang Dekan.
"Heeem, pantas saja gak mau gerak, ternyata si Dita udah nempel aja," gumamnya dalam hati, lalu berjalan menghampiri keduanya. Tak lupa ia menyambar dahan kayu yang masih menyala dan membawanya serta.
"Buat apaan?" tanya gadis berambut pirang dengan rasa penasaran.
"Buat senjata, kalau-kalau ada hewan buas dan liar yang mencoba menyerang kita." Galuh berjalan terlebih dahulu, sembari mengawasi arah langkahnya, sebab saat malam, ular sangat agresif.
Wuuuuuusssh
Sekelebatan bayangan melintas dikegelapan malam. Sepasang mata merah menyala sedang mengintai dibalik pepohoan pinus dengan taringnya yang tajam.
Memakan satu manusia tak membuatnya merasa kenyang. Ia menginginkan beberapa lagi, dan rasanya tak sabar saat melihat buruannya semakin mendekat kearahnya.
Suara nyanyian jangkrik dan burung hantu menjadikan melodi yang menebarkan kesan mistis dan horor.
"Kok, aku rasanya merinding, ya?" ucap si gadis pirang dengan bulu kuduknya yang meremang.
"Jangan.ngomong yang aneh-aneh," balas si rambut ungu yang ternyata lebih ketakutan, tetapi desakan ingin buang air tak dapat lagi ia tahan.
"Sudah, buruan, dibalik pohon itu saja." tunjuk Galuh pada sebatang pinus yang berada didepannya.
Si Rambut Ungu menganggukkan kepalanya, dan rekannya mengekorinya, niatnya ingin barengan. Lalu keduanya berjalan menuju pohon pinus dan saling bergandengan tangan karena merasa takut.
Wuuuuusssh
Sekelebatan bayangan kembali melesat dengan cepat menuju kearah keduanya. Galuh mengarahkan senternya kearah sesuatu yang dicurigainya, dan bayangan itu menghilang begitu saja.
Saat bersamaan, Dita tersentak kaget, lalu terbangun dari tidurnya, dan merasakan sesuatu yang tak nyaman.
Ia menggeser tubuhnya dari sang Dekan, lalu melirik Galuh yang tak ada ditempatnya. Ia mengusap ilernya dengan cepat dan tanpa sadar sudah membasahi jaket pria tersebut.
"Kemana Galuh, Pak?"
"Menemani dua mahasiswi yang buang air." tunjuknya ke arah pohon pinus dibelakang.
Dita memutar tubuhnya, melihat cahaya senter Galuh yang bergerak liar, dan satu cahaya dibelakang pohon pinus.
"Ayo, Pak. Ada sesuatu yang tidak beres!" Dita menarik pergelangan tangan sang Dekan tanpa sadar, hal itu membuat Angkasa bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya dan mengikuti pergerakan Dita yang membawanya ke belakang
Galuh mengarahkan senter dikeningnya kearah tempat yang dicurigainya, dan saat bersamaan, cahayanya mengenai dua bola mata yang merah menyala, dan hal itu membuat ia tersentak kaget.
"Woooi, buruan!" teriaknya pada kedua gadis yang sedang berada dibalik pohon. Ia menyiratkan bahaya yang sedang mengintai mereka.
Deguban jantungnya memburu dan tubuhnya gemetar dengan wajah pucat.
Dita dan Angkasa tiba dibelakangnya, sedangkan sosok bermata merah itu sudah menghilang dari hadapannya dengan gerakan yang begitu cepat.
"Ada apa, Luh?" tanya Dita dengan rasa pensaran.
Galuh tak menyahut, lalu berjalan menuju pohon pinus tempat dimana dua gadis itu akan buang air kecil dan tidak ada sahutan.
"Hah!" pemuda itu beringsut mundur, wajahnya sangat pucat dan Dita serta Angkasa ikut menghampirinya. Keduanya sama terkejutnya, dimana mereka melihat senter kedua gadis itu tergeletak diatas tanah dengan kondisi menyala, sedangkan pemiliknya tak berada ditempat.
Nafas Galuh tersengal, dan dadanya memburu. Hal yang sama terjadi pada Dita dan Angkasa.
"Kamu tadi melihat apa, Luh?" tanya Dita menghampiri senter yang tergeletak.
"Jangan sentuh!" ucap Angkasa, dan hal itu membuat Dita mengurungkannya.
"Kenapa, Pak.!"
"Ada hal yang mengerikan sedang terjadi, jima terjadi sesuatu pada keduanya, maka sidik jarimu tertinggal disenter itu, jangan sentuh apapun," pria itu mengedarkan pandangannya, dan ia merasakan aroma kabel terbakar yang sangat menyengat, namun juga bercampur keringat manusia.
"Aku melihat dua mata merah menyala dan berbulu lebat, tubuhnya sangat tinggi berada disana, ia seperti membawa sesuatu, apakah itu dua gadis tersebut." ungkap Galuh dengan wajahnya yang semakin memucat.
Angkasa memejamkan kedua matanya. "Anak Genderuwo," gumamnya dengan lirih dalam hati.
"Ini pukul tiga pagi, kita intruksikan besok jika acara camping akan diakhir, Pak Seto dan Pak Putro akan membawa peserta camp untuk pulang lebih awal, dan saya akan mencari keberadaan mahasiswi yang menghilang," ucap Angkasa dengan nafasnya yang memburu.
"Apakah mereka diculik makhluk itu, Pak?" tanya Galuh dengan punggungnya yang menebal dan tubuhnya yang menggigil.
"Ya, hutan ini sepertinya sudah tidak aman. Kembalilah ke tenda, bangunkan Pak Putro dan Pak Seto,, saya akan mencoba mencari mereka," titah Angkasa kepada Galuh dan juga Dita.
"Saya ikut, Bapak!" ucap Dita dengan cepat.
"Jangan, ini sangat berbahaya," tolak Angkasa.
"Tenang, Pak. Aku tak akan merepotkanmu," Dita mencoba meyakinkan sang Dekan.
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔