NovelToon NovelToon
Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Ilmu Kanuragan
Popularitas:217
Nilai: 5
Nama Author: Dimas riyana

Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENUJU MEDAN LAGA

Sekali ayun langsung beradu, kembang percikan api menyala-nyala, cring, cring, cring, suara logam yang saling beradu, kadang di mantapkan dengan teriakkan, gedebag-gedebug bunyi di mana-mana, sudah tiga jam seperti itu, satu orang bertubuh kekar mengawasi dengan tenang, pesannya hanya satu, tidak boleh ada darah. Latihan sabung pagi hari, di atas kapal, di bawah sinar matahari, mereka tak berbaju, rentan sekali kulit mereka disambangi pedang.

“ Ayo yang serius kalian berlatih, tiga hari lagi kita sampai di malaka, hari ini kita sampai di Cirebon, tunjukan pada prajurit Cirebon bahwa prajurit bintara adalah prajurit yang tiada duanya”.

“SIAP KAPITAN!!!!!! “

“ku latih kalian bagaimana cara membajak kapal, bertempur satu lawan satu dengan musuh, di atas kapal tidak sama dengan di darat, ruang kalian sedikit, kecepatan dan ketepatan adalah kunci agar kalian tetap hidup”.

“MENGERTI KAPITAN!!!”

“walaupun tugas kita adalah pasukan lapis dua, namun jika sudah berada di medan pertempuran, semua kemungkinan dapat terjadi, persiapkan diri kali, seberapa siap kalian?”.

“KAMI SIAP KAPITAN!!!! “.

“siap untuk mati?”

“KAMI SIAP UNTUK MATI”.

“ Rangsam, peragakan dua belas gerakan sapuan menggunakan golok”

“baik Kapitan”. Rangsam maju ke depan, memperagakan gerakan sapuan bergolok, diikuti pasukan yang lain.

Satu jam berlalu, pesisir pantai sudah terlihat, sangat ramai manusia di sana, mereka adalah prajurit Cirebon, sudah bersiap dengan peralatan tempur yang lengkap, kapal bintara merapat, mengangkut beberapa prajurit Cirebon, kerajaan Cirebon tidak mengirimkan banyak kapal, mungkin hanya tiga puluhan kapal, setelah beberapa jam, iringan kapal kembali bertolak, bersiap menuju malaka.

Pasukan Cirebon dipimipin oleh Pangeran Teja arum, putra kedua Sultan Cirebon, bliau adalah sosok yang ramah dan santun, namun gahar ketika di medan perang, mungkin bliau meneladani sifat Sayidina Ali, berakhlak mulia dan berjiwa satria. Pangeran Teja arum dipersilahkan satu kapal dengan pangeran Unus dan pangeran adipati Wigardakusuma, sebelum kapal berlayar, pangeran Unus meminta Rangsam untuk satu kapal pula dengannya, Rangsam menyetujuinya, namun ia meminta sahabatnya Lodra turut serta, pangeran Unus mengabulkan, prajurit regu karang tercengang, melihat para kapitan turut memberikan hormat kepada Rangsam, dan sangat heran lagi ketika pangeran adipati memanggilnya dengan nama pangeran Warangkakusuma, Rangsam hanya bisa menoleh dan tersenyum kepada teman-teman itu sambil mengaruk-garuk kepala.

Setelah berlayar, para petinggi dari kedua kerajaan berkumpul, membahas strategi yang akan mereka gunakan, dari pihak Bintara tentunya ada pangeran Unus, pangeran adipati, Rangsam dan Lodra, sedangkan dari pihak kerajaan Cirebon adalah pangeran Teja arum, panglima Sumakarta, dan panglima Munding bodas. Rapat dimulai, pangeran Unus menjelaskan bagaimana strategi yang bintara buat, para pemimpin Cirebon menyimak dan menyatakan satu komando dengan bintara. Cirebon menyatakan melebur dengan pasukan bintara, sedangkan kedua panglima dan pangeran Teja arum langsung dikomandoi oleh pangeran Unus.

Formasi iringan kapal masih berlayar , meninggalkan Cirebon, perlahan menuju barat, Sunda Kelapa dari kejauhan sudah terlewati, sekarang kedua kerajaan sudah bersatu, bersama-sama menuju malaka, bersiap menghancurkan armada bangsa asing yang bercokol di sana, yaitu bangsa Portugis.

Memang sudah lama Portugis menjalin hubungan dengan kerajaan di Nusantara, khususnya hubungan dagang, namun dengan melimpahnya hasil bumi yang dimiliki nusantara, membuat mereka kepincut ingin menguasainya. Awalnya mereka ikut campur dalam urusan politik kerajaan, lama kelamaan mereka merongrong, dengan berbagai siasat busuk mereka. Perpecahan antara anggota kerajaan sering kali menjadi makanan empuk bagi mereka, seperti yang terjadi di Kesultanan Karamah Darussalam, putra kedua sang Sultan tidak Terima dengan diangkatnya sang kakak menjadi Sultan, sehingga ia mengadakan kudeta dan meminta bantuan Portugis, Portugis sedia membantu dengan imbalan menguasai wilayah pelabuhan jika menang, alhasil kemenangan diraih, namun ekonomi semuanya diatur, sehingga mau tidak mau Sultan harus tunduk pada Portugis. Perlawanan pun di lakukan, dan sudah ditebak siapa pemenangnya, Kesultanan mutlak berada di bawah kekuasaan Portugis.

Halnya juga yang terjadi di kerajaan Sambara, sang raja bersekutu dengan Portugis untuk meredam pemberontakan Madulaga, patih kerajaan Sambara, pemberontakan berhasil di tumpas, dan Portugis meminta seperempat wilayah Sambara, termasuk pelabuhan besarnya, alhasil ekonomi dimonopoli, kerajaan bergantung pada Portugis, lama kelamaan jatuh ke tangan mereka.

Kuncinya adalah pelabuhan, pelabuhan adalah urat nadi perdagangan suatu wilayah, karena pelabuhan adalah pintu keluar masuk barang dan emas. Maka dari itu, dengan dikuasainya Malaka, maka alur perdagangan di pulau Jawa pasti bergantung pada Portugis, karena Malaka adalah pintu masuk nusantara, tak ayal bintara marah besar, karena Portugis mulai mempermainkan harga. Tidak hanya bintara yang marah, Cirebon, Palembang dan Buleleng juga ikut geram, namun Buleleng tidak ingin bergabung dengan bintara, mereka takut jika bekerja sama dengan bintara, akan terjadi Islamisasi di pulau Bali. Namun sangat disayangkan, malah kerajaan Sunda bekerja sama dengan Portugis, alasannya sangat miris, yaitu sentimen agama dengan Cirebon dan bintara. Seharusnya sebagai tiga negara besar di pulau Jawa harus bahu membahu menghalau asing yang memiliki niatan buruk bagi bangsa Nusantara, tapi malah Sunda memilih jalan yang salah, hanya karna alasan kepercayaan, berimbas pada nasib bangsa Se-nusantara.

Genderang sudah siap untuk ditabuh, meriam cetbang sudah tidak sabar melontarkan peluru besinya, pasukan bintara dan Cirebon sudah rela untuk syahid, tunggu apalagi, medan pertempuran tidak jauh lagi, gema takbir memenuhi seantero kapal, pedang sudah teracung-acung di udara, tinggal tunggu fajar, serangan kejutan akan mereka lancarkan.

Bulan masih mengudara, kapal bergerak perlahan ke arah pelabuhan, ya, mereka sudah masuk perairan Malaka, beberapa kilometer lagi, entah seperti apa perang besar ini akan terjadi, Rangsam dan Lodra berada di ujung muka kapal, keringat tumbuh dari ujung pelipis Rangsam, tangan menggenggam erat gagang keris, bersiap menghadapi perang sabil, pertaruhan antara hidup dan surga, ditentukan beberapa jam ke depan. Tiba-tiba, duaaaaaaaaaaaaaaarrrrr....

Bola meriam menghantam salah satu kapal, membuat lambungnya sedikit terkoyak, “ dari mana asal tembakkan itu!!”

“ Dari sana gusti pangeran adipati” seorang prajurit menunjuk ke arah utara, rupanya di Sana sudah ada iringan formasi kapal, kapal-kapal itu berbendera putih dengan lambang mahkota di tengahnya, tidak salah lagi, itu kapal Portugis, rupanya mereka sudah siap sedia menghadapi bintara, tapi sangat aneh, dari mana musuh tau kalau bintara hendak menyerang, sepertinya ada mata-mata diantara mereka. Saat ini bukan waktunya untuk mencari mata-mata, saat ini adalah permulaan Perang, Portugis sudah tau mereka datang, dan memberikan salam selamat datang dengan meriam.

“pasukan !! Bersiap dengan cetbang kalian !!”

“SIAP PANGERAN!!”

“prajurit !! Bersiap dengan senapan kalian !!”

“SIAP PANGERAN!!”

“pangeran warangka, siapkan pasukan pembajak !!”

“siap pangeran !!, prajurit, ikuti aku, bersiap di tepi kapal, siapkan tali jangkar kalian !! Lodra, naik ke atas tiang kapal, kirimkan sandi kepada seluruh kapal, sampaikan semua perintah dari pangeran unus!”

“baik pangeran”

Pertempuran yang mengejutkan, niat mereka ingin memberi kejutan, malah mereka yang diberikan kejutan, memang tidak ada yang lebih menyakitkan daripada seorang penghianat. Kapal Jung besar pangeran unus memutar haluan, sehingga moncong meriam cetbang mengarah ke kapal-kapal Portugis.

“TEMBAAAAKKKK!!!!!”

Duaar. .. Duaarrr... Duaaarrr... Duaaarrr... Duaaaarrr...

Suara tembakan cetbang bersahut-sahut, satu persatu meluncur menghujam ke kapal-kapal Portugis, papan-papan mengambang di lautan, pecahan dari lambung kapal Portugis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!