Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIRAP
Setelah selesai makan malam aku kembali ke kamar ku seperti biasa aku langsung menuju meja belajarku, beberapa menit kemudian terdengar suara ketuk pintu.
"Jiro...." terdengar suara Mama dari luar kamarku
Aku pun dengan segera membukakan pintu
"Jiro kemari sebentar" tutur Mama aku pun mengikuti langkah mama manuju ruang keluarga terlihat berkas-berkas tertata di atas meja dan papa yang sudah menungguku, aku segera duduk dan mama duduk tepat di sebelahku, aku merasakan suasana yang membuatku merasa tidak nyaman.
"Nak, silahkan kamu pilih untuk nanti kamu kuliah kamu lebih suka negara mana yang kamu sukai" ucap Papa sambil memberikan berkas-berkasnya kepada ku
Aku melihat berkas-berkasnya ada begitu banyak pilihan negara maju dan kampus ternama "tapi, kelulusan ku masih jauh" ucapku kepada papa dan mamaku
"Apa salahnya kita persiapan jauh sebelum kelulusanmu, papa harap kamu bisa kuliah dengan baik" ucap papa
"Setelah lulus kamu bisa langsung terbang nak" tutur mama
Aku hanya terdiam mataku memandang kosong berkas-berkas yang ku pegang.
"Jiro...." panggil mama dengan menepuk bahuku dengan pelan
Akupun tersadar "i..iyaaa" sekejap aku menoleh kearah mama
"Ada apa nak?" tanya mama memandangi ku dengan khawatir
"Kamu tidak perlu khawatir tentang apapun papa mama hanya ingin kamu kuliah dengan tenang" sambung papa
"Tapi ini terlalu cepat" jawabku
Papa memperhatikan ku dengan curiga
"Jiro, kamu tidak sedang berpacaran dengan gadis di sekolahmu kan?" ucap papa menatapku dengan tajam kedua alis bagian dalam terlihat menyatu dan turun kebawah serta bibir yang tertutup dan menyempit.
Kedua mataku terbuka lebar dan mulutku terbuka secara tidak sadar juga alis mataku yang naik, aku terkejut mendengar ucapan papa aku sangat takut melihat ekspresi papa yang terus menatapku dengan tajam.
"Tidak ada Pah" ucapku dengan perasaan setengah takut
Terlihat mama mulai khawatir jika papa harus memarahiku
"Jiro... Carilah wanita yang setara denganmu asal usulnya pun harus jelas, tapi yang papa harap kamu tidak perlu pacaran sampai kamu lulus kuliah, papa tidak ingin konsentrasi belajarmu terganggu" tutur Papa
Akupun tertunduk lemas, mataku sudah berkaca-kaca hingga aku menahannya agar tidak menetes. Aku pun kembali ke kamarku sambil membawa berkas-berkas tersebut akupun menghela nafas pajang.
Saat itu Mia masih saja mengganggu ku, aku pun tidak ingin melihat dirinya berbagai upaya aku untuk menjauh darinya. Hingga suatu hari dimana aku telah melukai hatinya yang tulus dengan perkataanku yang dimana aku pun sangat menyesal atas perlakuanku padanya. Emosiku tidak terkendali hingga aku melihatnya, air mata itu menetes tetapi aku masih saja kejam padanya hingga ia pun pergi meninggalkan kelas hingga akhir pelajaran di sekolah Mia tidak kunjung kembali. Aku pun merasakan tamparan untuk pertama kali dari seorang wanita begitu keras dan begitu sakit.
Aku melihat Hanna yang segera pergi meninggalkan kelas sambil membawa barang-barang Mia, namun diluar sana sedang turun hujan deras. Aku pun mengikuti Hanna terlihat dia kesana kemari mencari Mia menggunakan payungnya.
Akupun segera mencari Mia entah mengapa langkah ku bergerak dengan sendirinya untuk mencari Mia hingga aku menemukannya di persimpangan jalan terlihat Mia sudah basah kuyup kami pun saling berhadapan namun aku malah mengeluarkan kalimat yang menyakitkan kembali hingga kata-kata terakhir yang ku dengar dari ucapan Mia.
"Bagaimana pun aku tetap tidak mengerti. Begitu sakit, kata-kata mu memberitahu ku bahwa akan aku akhiri perasaanku" ucap Mia seraya sambil memberikan senyuman palsu kepadaku.
Mia pun segera pergi dan meninggalkan ku seorang diri yang masih terdiam di sebrang jalan, Aku terdiam menunduk sambil mengepal kedua tanganku entah mengapa rasanya seperti perasaanku begitu sendu.
Keesokan harinya aku melihat Mia dengan rambut pendeknya hingga ia pun enggan untuk melihat kearah ku dan memilih untuk berpindah tempat, aku tidak tahu bagaimana memulainya untuk meminta maaf. Mia pun sudah tidak lagi menghampiriku untuk sekedar menanyakan pelajaran atau mengganggu seperti biasanya.
"Jiro......" ketua kelas memanggilku
Aku terkejut karena aku berpikir yang ada di hadapanku adalah Mia, aku pun terdiam memandangi ketua kelas dengan tatapan kosong.
Ketua kelas menghela nafasnya"Jiro, aku memintamu untuk mengumpulkan tugasmu sudah selesai atau belum, karena akan segera aku bawa ke kantor guru"
Aku pun menyerahkan buku catatanku kepada ketua kelas, entah mengapa kepala ku berputar untuk melihat kearah Mia yang sudah berpindah tempat di ujung, dia sudah bukan lagi Mia si anak kucing yang full energi itu karena salahku hingga ia menjadi pendiam.
Suatu hari aku terpikir untuk memberikannya sebuah coklat sebagai permintaan maafku. Saat jam istirahat dengan segera aku menghampirinya.
Aku menyerahkan coklatnya kehadapan Mia
"M... Maa...af, maafkan aku" ucapku dengan gugup
Mia hanya tersenyum melihatku namun dia segera beranjak dari kursinya seperti sedang menghindariku aku pun meraih lengan Mia sebelum ia pergi lalu menyerahkan coklatnya kepadanya. Namun berapa lama kemudian aku melihat Marcel yang sedang mengunyah coklat persis dengan coklat yang telah ku berikan pada Mia.
"Maaf aku ga bisa memberimu, kau bilang kau alergi coklat" ucap Marcel
"Dari mana kau mendapatkan coklat itu" tanyaku penasaran
"Mia... Mia yang memberikannya kepadaku, kenapa kau mau, ah... Kan kau alergi coklat" tutur Marcel yang melanjutkan makannya
"Apa kau tahu dari mana Mia mendapatkan coklat itu?" tanyaku kepada Marcel
Marcel pun terdiam seakan-akan sedang berpikir. Aku pun segera berlari menemui Mia yang berada di kelas.
"Kau mau kemana?" teriak Marcel namun aku mengabaikannya
"Ah.... Jangan-jangan" Marcel pun mulai menyadarinya
Akupun melihat Mia di dalam kelas sambil menatap kearah jendela, aku pun menghampirinya dengan pelan, aku berusaha menahan amarahku.
"Kau..... " Ucapku kepada Mia dengan nafas sedikit terengah-engah
"Apa" Tanya Mia keheranan
Namun tiba-tiba saja aku teringat saat dulu Mia memberikan ku coklat tetapi aku memberikannya kepada Marcel aku memilih untuk pergi begitu saja.
"Jadi begitu ya rasanya" ucapku dalam benakku
Suatu hari guru memberikan sebuah kertas survei keinginan, dengan berat hati aku menulisnya ingin menjadi seorang dokter. Pada saat pulang sekolah entah mengapa tiba-tiba mama menjemput ku.
"Temani mama membeli bunga, untuk rekan kerja mama yang sedang dirawat di rumah sakit" ucap Mama seraya sambil menyetir
"Bagaimana dengan pekerjaan mama?" tanya ku
"Hmm... Mama sudah selesai dengan tugas mama, saat ini mama ingin sekali bersama mu" ucap mama sambil tersenyum
"papah?" tanyaku sekali lagi
"Ah... Papa mu akan pulang telat karena dia ada jadwal operasi pemasangan ring pada pasien penderita menyumbatan pembuluh jantung" ucap Mama
"Apakah teman mama yang sakit itu dia seorang dokter" tanyaku
Mama mengangguk"iya dia dokter, dan dia harus tumbang" ucap mama seraya sambil menghela nafasnya
"Bukankah dia dokter seharusnya dia bisa menyembuhkan dirinya sendiri" celetukku
Mama tertawa mendengar perkataanku"haduh.. Kamu pikir dokter pun tidak bisa sakit"
Aku terdiam mendengar ucapan mama, hingga sampai dimana mama memarkirkan mobilnya tepat di depan toko bunga yang bertuliskan mii florist , kami pun turun dan langsung memasuki toko bunga tersebut, terlihat seorang pemilik toko menyambut kami dengan senyuman ramah.
Sementara mama sedang mengobrol dengan pemilik bunga aku pun berkeliling melihat berbagai bunga yang tersedia, aku teringat sesuatu aku pernah melihat Mia di dalam toko bunga ini aku pun melihat sekitar mencoba mencari keberadaan Mia namun sepertinya dia tidak ada di dalam toko ini atau mungkin saat itu dia hanya sekedar pembeli. Hingga dimana mata ku tertuju kearah sebuah figura yang terpajang di atas etalase pemilik toko tersebut, aku melihat sebuah foto yang tidak lain di dalam foto tersebut adalah Mia dan pemilik toko tersebut adalah ibu dari Mia.
Namun tiba-tiba saja Mama memanggilku
"Jiro bantu mama" teriak mama
Akupun segera menghampiri mama dan aku melihat pemilik toko tersebut sudah tergeletak pingsan dan mama berada di sampingnya. Aku segera membantu mama mengangkat pemilik toko bunga tersebut untuk di pindahkan kedalam suatu ruangan yang ada di dalam toko tersebut.
Mama pun sudah kembali dari mobilnya membawa alat-alat medisnya lalu memeriksanya. Tidak lama kemudian pemilik toko itu pun siuman wajahnya begitu pucat dan matanya terlihat sayup dia pun segera beranjak namun mama menahannya untuk tidak banyak bergerak.
"Maafkan saya bu, saya malah pingsan disaat ada costumer" ucap pemilik toko itu dengan sungkan
"Tidak apa-apa, sepertinya saya yang terlalu lama berada di toko ibu" jawab mama ku dengan lemah lembut
"Sekali lagi saya minta maaf" ucap pemilik toko
"Sepertinya ibu terlalu lelah, alangkah baiknya ibu istirahat terlebih dahulu" ucap mama menenangkan pemilik toko
"Ah, ini jangan lupa diminum obatnya bu dan ini juga ada vitamin untuk ibu" mama memberikan obatnya
"Tidak apa-apa bu saya benar-benar merepotkan anda" ucapnya dengan nada lemas
Mama pun tersenyum"saya seorang dokter, ketika melihat orang sakit mana mungkin saya membiarkannya, terimalah" ucap mama sambil menyerahkan obatnya
"Bagaimana saya membalas kebaikan ibu, kalau begitu bunga yang tadi ibu tidak perlu membayarnya sebagai gantinya" ucapnya
"Saya kemari untuk membeli sudah sepatutnya saya membayarnya, karena pembeli harus bayar" tutur Mama
Pemilik toko itu menangis terharu"sekali lagi saya sangat berterima kasih atas kebaikan anda semoga tuhan menyertai anda"
"Apakah ada keluarga yang bisa dihubungi biar saya bantu untuk hubungi" tanya mama
"Saya hanya punya seorang putri tapi saya tidak ingin dia tahu bahwa saya pingsan, saya tidak ingin dia khawatir. Tidak apa-apa setelah ini saya pasti membaik karena saya sudah di tolong oleh seorang dokter juga..." pemilik toko itu melihat kearahku
Aku pun memberikan sebuah senyuman kepada pemilik toko tersebut.
semangattt/Determined//Determined/