Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 - Buku Diary
Rasti tentu kaget dengan kemunculan satpam. Pupil matanya membesar. Tubuh Rasti bahkan membeku.
E-enggak, Pak. Aku... A-aku..." Rasti berpikir. Hingga terlintas dalam pikirannya untuk memanfaatkan waktu sekarang. "Aku kakak sepupunya Reno! Aku dengar dia mengalami masalah di sekolah hari ini," jelasnya berkilah.
"Benarkah?" Satpam bernama Wiryo itu mengangguk. Dia mempercayai penuturan Rasti.
"Kebetulan Renonya baru saja pergi. Kau lihat mobil yang lewat tadi kan?" ujar Wiryo.
"Kalau boleh tahu apa yang terjadi sama adik sepupuku itu, Pak? Tadi dia meneleponku dan Reno terdengar panik," kata Rasti yang sebagian besar berkilah.
"Apa Reno tidak bilang? Dia berkelahi dengan kakak kelasnya. Aku tidak tahu masalahnya apa. Tapi Reno sudah mendorong Deva sampai terjatuh dan pingsan," jelas Wiryo panjang lebar.
"Be-berkelahi?" Rasti merasa tak percaya. Seingatnya Reno bukanlah anak yang suka membuat masalah. Apalagi sampai memukuli orang. Rasti yakin, masalah Reno yang dihadapi Reno cukup serius.
"Dek? Adek? Kau baik-baik saja? Apa kau butuh sesuatu yang lain?" tanya Wiryo. Ia heran melihat Rasti termangu sendiri.
"Enggak, Pak." Rasti menggeleng. "Terima kasih," ungkapnya sembari membungkuk hormat. Lalu beranjak dari lingkungan sekolah Reno.
Rasti pulang ke rumah dengan menggunakan bus. Dia langsung menghempaskan diri ke ranjang.
"Aku harus mulai lakukan rencanaku. Tapi bagaimana? Wanita cantik saja kesulitan mendekati Yuda, apalagi perempuan sepertiku," gumam Rasti. Perutnya mendadak keroncongan. Sejak tadi pagi dia memang berusaha menahan lapar demi kelancaran diet.
Rasti memegangi perut. Dia memejamkan mata dan bertahan. Akan tetapi keinginan makan terus menuntut.
"Ah, setidaknya aku makan sesuatu yang sehat. Pasti ada makanan sejenis itu di kulkas." Rasti beranjak ke dapur. Kemudian membuka kulkas. Sebuah tepukan dipundak berhasil membuatnya kaget sampai berjingkat.
"Cari apa?!" timpal Winda sambil melipat tangan di depan dada.
"Aku cari buah-buahan. Ada nggak?" tanya Rasti. Dia lanjut membuka kulkas. Dirinya berhasil menemukan buah alpukat di sana.
Rasti sudah mengulurkan tangan untuk mengambil buah alpukat. Namun Winda sigap menghentikan.
"Itu punyaku!" ujar Winda.
"Kalau aku beli gimana?" tanggap Rasti. Dia malah kena geplakan di kepala dari Winda.
"Bisa-bisanya kau bicara begitu pada ibumu begitu," tukas Winda. Ia menoleh ke arah seprai yang terlipat di atas meja. "Ganti seprai tempat tidurmu. Setelah itu aku akan biarkan kau makan alpukatnya," ujarnya.
Pupil mata Rasti membesar. Dia mengacungkan jempol dan langsung melakukan perintah Winda.
Dengan pelan Rasti melepas seprai lama. Saat itulah dia menemukan sebuah buku terjatuh. Rasti otomatis mengambil buku tersebut.
"Ini sepertinya buku diary," duga Rasti. Ia yakin buku itu adalah milik pemilik tubuh yang di tempatinya sekarang.
Rasti segera membaca buku diary. Dari sana ia menemukan petunjuk bahwa pemilik tubuhnya mengalami depresi. Di halaman terakhir terdapat tulisan mengenai pengakuan Rasti yang berniat bunuh diri.
Ternyata alasan Rasti mengkonsumsi kacang yang banyak adalah disengaja. Di bukunya bahkan tertulis kalau Rasti sudah menyiapkan racun untuk diminum. Entah apakah racun itu benar-benar diminumnya atau tidak.
Rasti membuka lembar demi lemar buku diary. Ia juga menemukan kalau sosok Yoga yang selama ini menyukainya berpacaran dengan gadis lain. Hal tersebut kepercayaan diri Rasti semakin hilang.
"Astaga... Bukankah kau punya keluarga yang sempurna? Kenapa kau berpikir hidupmu begitu sulit? Kenapa kau tidak melihat betapa tulusnya keluargamu sayang padamu? Apalagi ayahmu," ucap Rasti. Seolah mengomeli pemilik tubuh aslinya.
"Aku akan buktikan kalau kau bisa bahagia dengan tubuh ini. Hanya perlu perawatan dan sedikit kesabaran. Aku pastikan Yoga akan jatuh cinta. Tapi yang jelas aku tidak akan menerima cintanya," gumam Rasti percaya diri.
Hari demi hari terlewat. Rencana Rasti adalah memperbaiki tampilan tubuh yang di tempatinya sekarang. Ia juga tidak menyerah mendekati Yuda. Sayangnya posisi Rasti sebagai murid justru semakin terancam. Hingga dia terpaksa menahan diri untuk sementara. Menjauhi Yuda sampai menemukan waktu yang tepat.
Rasti tak pernah lupa melihat kabar Reno dan Tiara. Dia hanya bisa mengamati dari jauh.
Bersamaan dengan itu, Rasti juga selalu melakukan perlawanan pada para pembulinya. Terutama Fatma dan kawan-kawan.
Di suatu waktu, Rasti berhasil mendapat jackpot. Dia sukses melihat Fatma berciuman bibir dengan lelaki di belakang sekolah. Rasti tentu tidak membuang kesempatan. Ia merekam video Fatma dan lelaki tersebut.
Akibat video yang dimilikinya, Fatma dan kawan-kawan tidak berani mengganggu Rasti lagi. Sebab Rasti mengancam akan menyebar video itu ke internet jika Fatma dan gengnya mencoba mengganggunya.
Dua bulan berlalu. Segalanya berjalan lancar. Badan Rasti sudah cukup kurus. Semua itu terjadi karena diet dan olahraga rutin yang ditonton di youtube. Kecantikan Rasti mulai dilirik oleh banyak lelaki.
Meskipun begitu, ada satu hal yang tidak berjalan lancar. Yaitu mendekati Yuda. Hingga sekarang lelaki itu seperti es batu yang sulit dilelehkan. Bahkan di saat Rasti telah ahli berolahraga, sikap Yuda tidak berubah. Ia datar dan dingin.
Karena tidak bisa mendekati Yuda, Rasti terpikirkan cara lain. Yaitu mendekati kedua anaknya.
Rasti memilih mendekati Reno terlebih dahulu. Namun sebelum menemui putra pertamanya itu, dia harus melakukan sesuatu hal yang terlarang. Yaitu membolos.
'Hanya ada satu orang yang bisa membantuku,' batin Rasti. Dia tentu terpikirkan sosok Jali. Dengan berani, Rasti terang-terangan mengajak Jali bicara empat mata.
Jali terpaksa setuju karena Rasti terus mendesaknya di depan banyak orang. Keduanya lantas bicara di tempat sepi.
"Kau kenapa? Apa kau pikir aku temanmu?! Aku sudah pusing dengan Ifa yang tidak kunjung ditemukan. Pelajaran Matematika hari ini juga membuat otakku menggila! Bicara denganmu bikin aku tambah pusing tahu nggak!" gerutu Jali.
Rasti tersenyum miring sambil melipat tangan di dada. Ia berkata, "Aku punya cara agar kau tidak pusing dengan pelajaran hari ini."
"Apa?" Jali langsung tertarik.
"Membolos! Alasanku memanggilmu adalah karena ingin memintamu menyelinap keluar dari sekolah," ungkap Rasti.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁