Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepekan Berlalu
Sepekan berlalu, Hari-heri mereka mulai menyimpan cerita baru. Setiap langkah menyusun sebuah Narasi yang tak berjudul dan membawa jutaan warna yang cantik.
Sinopsis terangkai di pijakan lantai Marmer, mengendapkan suara yang tak asing. Lalu, episode mulai tersusun satu persatu dengan kata-kata keseharian yang membentuk sebuah kalimat.
Kanjeng Mami meneriaki di Ruang keluarga, "Eitzz ..., mau kemana anak Mami yang super-super tampan" dengan lebay nya.
Maher menghentikan langkahnya, "Hehe ..., mau jalan Mi"
"Upzzz ..., ada yang kasmaran nih"
"Hehehe ..." tawa Maher memerah malu.
Hatinya sedang berbunga-bunga terhadap perempuan yang sudah menjadi bagian hari-harinya, dia adalah Aminah.
"Sini dulu dong, masa maen pergi-pergi aja. Jadi, jengkel tau Mami sama kamu" cibir Kanjeng Mami.
Maher mengeluh, "Ahh .., Mami kaya anggap aku anak kecil saja" sambil menghampiri Kanjeng Mami tengah duduk di sofa menikmati perawatan kuku.
"Bukan gitu sayang, Tapi, Mami penasaran lo, siapa sih perempuan yang kamu taksir itu"
"Nanti juga Mami tahu"
"Iya kapan, Mami kesel tau kalo sampe tunggu lama-lama, kaya film sinteron aja, bentar nangis, bentar bahagia, eh .. Bentar lagi pingsan yang nontonnya, kan sebel jadinya Mami" kata Mami menyinyir.
"Itu kan sinetron, bukan aku Mih" jelas Maher.
"Ya ...,ya, ya, "Balasnya. "Ehh tapi, boleh dong Mami tau sedikit tentang perempuan yang udah buat anak Mami klepek-klepek kaya kecebong sawah!" Sambungnya melucu.
"hikzhikz, ..." sambung tawa lucu Neng Nyai si wanita jadi-jadian, ia seorang ahli perawat kuku.
"Kenapa Nyi ketawa?" Tanya sinis Kanjeng Mami kepadanya yang tengah sibuk mengurusi kuku Mami.
"ishhh .., Maaf Mami, habis nya lucu! Segala kecebong sawah di bawa-bawa, Ekeu jadinya gak bisa naha tawa kan" jawabnya sedikit tertawa.
"Eh, eh, eh ..., tadi kamu bilang apa?"
"Kecebong sawah, Mi"
"Bukan itu"
Neng Nyai lupa kalau dirinya mengatakan Mami tidak lengkap. Sampai membuat Mami harus mengingatkannya secara terus- menerus.
"Hehe .., maaf lupa" cibir Neng Nyai melenggok.
"Terus ...?" cecar Mami.
Neng Nyai mengatakan dengan gaya wanita jadi-jadian sambil menaruh kedua jarinya dengan tanda oke dan menariknya dengan panjang. "Kanjeng Mami yang super, super, superrrrrr Cuantikkkkk"
"Ok baik, Mami suka itu" kata Kanjeng Mami tersenyum. Lalu, melanjutkan kembali obrolannya dengan Maher.
"Mmm .., tadi sampe mana ya sayang?" Kata Mami.
"Tau dah ..." balas Maher.
"Oia, tadi maksud Mami, kira-kira dia punya mobil berapa, Rumahnya mewah seperti apa, kekayaannya sama seperti kita, atau apalah itu, Mami kepo nih ..."
"Pokonya diatas kita, Mami tenang aja" jelas Maher berbohong tak mau ambil pusing.
"Oh ya ..., aduh duh duh, Mami seneng deh jadinya. Emang nasib kali ya, kita tuh di takdirkan jadi orang kaya selama-lamanya, alias, Never die and, Never die and, Never die to Orkay (Orang kaya) ....forever!" Kata Kanjeng Mami dengan lebay dan sombong sekali.
"Aduh ..., kenapa jadi begini Mami" keluh Batin Maher.
Lalu, datanglah kedua pasukan huru-hara tralala, trilili. Mereka adalah kedua Kakak Maher, berjalan melenggak-lenggok bagai Merpati Putih tengah sibuk tebar pesona.
"Halo Ooo ..., Mami ku yang cantik, yang super, super, super Cuantikkkkk sekali" serentak mereka berdua dengan mengenakan kaca mata Retro berwarna pink dan menggandeng Tas berhiaskan pernak-pernik bunga berwarna warni di pundaknya.
Kanjeng Mami menari-nari tangannya, menyambut kedatangan dua anak perempuannya yang satu frekuensi. "Halo Ooo ..., juga Cuantiknya Mami" sambil melenggokkan kedua tangannya.
"Ya sallam ..., yang satu aja mumet, ini lagi segala datang kecapung sawah" celetuk Maher sambil memijit kedua alis nya.
"Eitzzz, apa kamu bilang, hah?" Kata Mbakyu.
"Adu duh duh ..., sakit Mbakyu" keluh Maher dapat jeweran dari Kakak pertamanya.
Kesal Mbakyu, "Emang enak ..."
"Makanya, jangan katain kakak-kakak mu kecapung sawah" sambung Kak Sarah, kakak keduanya.
"Ya ..., maaf" singkat Maher. "Duh sakit tau ni kuping" sambung keluhnya.
"Hikzhikz ..." sisa tawa Neng Nyai terdengar oleh Kanjeng Mami.
"Nah, ini lagi, mau Kanjeng Mami jewer juga"
"Hehehe ..., maaf Kanjeng Mami super, super, super cuantik"
"Ahh .., Aku pergi aja, pusing kalo disini terus, bisa-bisa Maher jadi adonan kue kering" Kata Maher lekas pergi dengan cepat.
"Brungggg ...," suara knalpot motor Maher melaju cepat.
Mbakyu jengkel, "Dasar anak bungsu kurang ajar" kesal karena kepergiannya merasa tidak punya sopan santun.
"Sudah-sudah ..., dari pada mikirin Maher, mendingan liat kuku Mami nih, cuantik kan?" kata Mami menunjukkan sebagian kuku tangannya yang sudah selesai di rawat oleh Neng Nyai.
"Wow ..., cantik sekali, Mi! Aku juga mau lah, kebetulan belum sempet ke salon, karena jadwal suami aku padet banget. Jadi, nggak ada yang anter deh" kata Mbakyu.
"Hehe ..., aku juga mau ya, sekalian kan jadi seru" kata Sarah merayu.
"Kalian ini ikut-ikutan Mami aja"
"Hehehe ..." serentak tawa anak perempuannya.
Maher menikmati perjalan dengan suasana hati senang dan penuh kebahagian, ia berencana untuk menghabiskan waktu seharian bersama Aminah serta Umar, untuk mengajaknya jalan-jalan keliling dan menuju Taman alun-alun Jakarta.
Di tengah perjalanan, Maher di kaget kan oleh Robi serta Arumi yang sibuk romantis di Scooter Vespa milik Arumi.
"Ehh .., si Bos, mau kemana?" Teriak Robi mengendarai Vespa.
Maher melihat dengan wajah kaget di balik kaca helm yang terbuka pull. "Set dah, dari mana lo lo pada?"
"Abis kencan lah, Bos"
"Apa lo bilang?" Teriak Arumi mencubit bagian perut samping Robi.
"Aduh ...., sakit, Rum! Nanti jatoh ni kita"
"Biarin ..." jawabnya padat. "Lagian segala bilang habis kencan, emang kita udah pacaran ... Hah!" kesal Arumi.
"Hehehe ..., dikit lagi sih" polos Robi.
"Dasar kalian ..." kata Maher dan lekas menutup kaca helmnya dan melaju cepat menuju bundaran yang sedikit lagi sampai ke Kontrakan Aminah.
"Woy ...., tunggu, Bos" teriak Robi, tertinggal jauh, karena Motor Maher bertenaga besar 600cc.
Kata Arumi, "Mana kekejar si Maher, sadar diri lo, kita itu naik Vespa"
"Iya juga sih, tapi gak apalah, lebih lama bonceng kamu kan lebih baik"
"Dasar, buaya darat ..." cibir Arumi menyembunyikan senyumnya di balik kaca helm.
Setelah perjalanan dalam beberap menit di bundaran, Maher tiba di kontrakan Aminah. Lalu, Ia pun mengetuk pintu kontrakan Aminah. Namun sayang, Aminah tidak ada di kontrakan. Ia sedang di rumah Mpok Wati bersama Umar tengah sibuk menonton Tv serial cartoon kesukaan Umar.
"Minah ..." teriak Maher.
"Minah ...
"Minah ...
"Umar ..."
Terus berulang kali Maher meneriaki mereka di luar Kontrakan Aminah.
"Hmm ..., kemana mereka" Keluh Maher dan lekas menelpon Aminah.
"Dreeeet, dreet, dret, " suara geta ponsel Aminah yang tak mengeluarkan bunyi karena di silent olehnya.
Berulang kali Maher menelponnya. Tapi, tidak ada Respon. "Jangan-jangan Aminah di rumah Mpok Wati lagi"
Lalu, Maher pun berniat ke rumah Mpok Wati dengan berjalan kaki yang tinggal beberapa langkah saja, karena Rumah Mpok Wati hanya beberapa meter saja dari Kontrakan Aminah.