4 Tes pek dengan harga berbeda, jenis berbeda, dan kualitas berbeda pula berjajar rapi diatas meja dengan tanda yang menunjukkan hasil yang sama.
Joana shock sampai tidak bisa berkata apa apa. Dirinya positif hamil sementara Joana sendiri baru saja putus dari pacarnya.
Sebagai remaja yang bahkan belum tamat sekolah, Joana tidak tau harus bagaimana. Di tambah lagi dengan status nya sebagai publik figur. Apa kata publik nanti jika tau bahwa Joana hamil di luar nikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Setelah jumpa pers kemarin, Joana merasa sudah tidak perlu lagi menutup diri dari dunia luar. Apa lagi sekarang ada Daniel yang mengaku pada publik bahwa dialah ayah dari janin yang sedang Joana kandung. Meski Joana juga sedikit merasa tidak adil karena setelah pengakuan tersebut Daniel tetap bisa sekolah dengan tenang sedang dirinya harus berhenti untuk sementara.
“Kamu jadi mau USG hari ini?” Tanya Thomas sembari mengunyah sepotong sandwich.
“Ehm.. Kalau Daniel nggak sibuk pah. Papah tau lah gimana sibuknya bocah itu.” Jawab Joana dengan helaan napas pelan.
Thomas tersenyum. Jika di pikir pikir Daniel adalah anak yang luar biasa menurut Thomas. Bayangkan saja, di usianya yang masih remaja sudah bisa memimpin perusahaan bahkan membuka cabang dimana mana. Selain itu Daniel juga sangat baik. Benar benar pria idaman semua wanita.
“Eumm.. Pah.. Tentang semalam, aku minta maaf yah.. Aku nggak bermaksud buat bikin papah kecewa lagi.. Aku cuma masih bingung dengan semua ini..” Joana merasa bersalah juga menyesal karena sudah mendebat papahnya tentang Dante.
Thomas tersenyum mendengarnya. Putrinya yang manis telah kembali.
“It’s ok nggak papa sayang.. Tidak perlu di pikirkan.” Kata Thomas.
Joana tersenyum merasa lega. Sungguh kehadiran sang papah disampingnya adalah alasan Joana tetap bisa bertahan sampai saat ini.
Selesai sarapan, Thomas pun pamit karena harus menemui rekan bisnis guna membicarakan tentang kerja sama mereka. Thomas sebenarnya tidak tega meninggalkan Joana sendiri, tapi pekerjaan nya kali ini benar benar tidak bisa di tunda apa lagi di wakilkan.
“Papah tidak lama. Setelah semuanya selesai papah akan segera pulang.” Katanya.
Joana hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Joana tau papahnya sangat menyayangi juga mengkhawatirkannya.
Joana melambaikan tangan saat mobil mewah Thomas melaju dan keluar dari pekarangan rumah mewahnya. Setelah memastikan mobil Thomas tidak terlihat lagi, Joana pun masuk ke dalam rumah.
Bingung, bosan, bahkan jenuh hampir setiap hari Joana rasakan. Joana ingin keluar tapi tidak mungkin dia bisa keluar sendiri. Lagi pula Joana tidak punya tujuan jika keluar tanpa teman.
Joana berpikir sesaat hingga akhirnya satu nama muncul di benak Joana.
“Apa aku telpon dia aja? Aku ajak hang out bareng siang ini? Tapi kan dia lagi sibuk syuting film sekarang.” Joana merasa ragu. Dia ingin menghubungi teman se profesinya, namun tidak yakin temannya itu masih mau berteman dengannya.
“Tapi kan...”
Joana tidak melanjutkan gumaman nya saat tiba tiba ponsel di atas meja di depannya berdering. Penasaran siapa yang menelepon nya, Joana pun langsung meraih benda pipih itu dan melihat kontak siapa yang tertera di layar ponsel miliknya.
“Ha?” Joana terkejut saat mendapati satu nama yang memang sedang dia pikirkan.
“Kok...” Joana tidak tau kenapa semuanya begitu sangat kebetulan.
Tidak mau membuat temannya menunggu lama, Joana pun segera mengangkat telepon tersebut.
“Anaaa.. Ya ampun.. Ya Tuhan... Kemana aja kamu... !!”
Joana meringis saat suara yang sangat memeka-kan telinganya itu masuk ke dalam indra pendengarannya. Dia dengan cepat menjauhkan ponsel dari telinganya karena tidak mau telinganya berdenging akibat suara cempreng temannya.
“Ana.. Joana !! Kamu mendengarkan aku tidak bodoh ?!”
“Ck iya iya.. Aku denger. Tapi kamu ngomongnya pelan dikit dong. Telinga aku sakit tau.”
Ucapan Joana mengundang tawa temannya. Ela, biasa dia di panggil. Namanya Graciela Berto, dia adalah tokoh publik sama seperti Joana. Hanya saja Ela jauh lebih dewasa dari Joana. 6 tahun selisih umur mereka berdua. Beberapa kali menjadi partner kerja dalam satu judul film membuat keduanya menjadi akrab.
Merasa butuh waktu untuk bertemu, keduanya pun langsung janjian untuk bertemu. Bahkan Ela tidak menghiraukan jadwalnya yang padat dan lebih memilih bertemu dengan Joana siang ini juga.
Sebelum pergi Joana memberitahu Daniel. Joana hanya tidak mau jika sampai begitu Daniel datang dirinya tidak ada di rumah. Apa lagi mereka sudah ada janji untuk melakukan USG hari ini.
Joana berdandan simpel. Dia mengenakan dress warna peach selutut tanpa lengan. Untuk alas kakinya Joana memilih mengenakan sandal biasa namun tetap pantas di padukan dengan dressnya.
Begitu keluar dari rumah Joana terkejut melihat mobil Daniel yang sudah berada di halaman rumah nya.
“Daniel...” Gumam Joana mengernyit.
Ketika hendak mendekati mobil ponsel Joana berbunyi pertanda satu notifikasi masuk. Itu adalah pesan dari Daniel yang mengatakan sengaja menyuruh supir untuk mengantarkan kemanapun Joana pergi.
Joana tersenyum geli. Daniel terlalu berlebihan namun juga sweet menurutnya.
Merasa tidak perlu bertanya lagi, Joana pun langsung masuk ke dalam mobil Daniel. Joana memberitahu supir suruhan Daniel kemana dirinya akan pergi. Dan mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat yang Joana maksud.
“Sumpah Na.. Aku tuh kaget banget denger kabar itu dari awal. Aku sudah berusaha menghubungi kamu tapi nomor kamu nggak pernah aktif. Ini aja aku baru pulang loh dari luar kota dan langsung mencoba buat nelpon kamu lagi. Untungnya nomor kamu sudah aktif lagi...”
Joana hanya bisa tersenyum dengan kehebohan Ela. Ela memang sangat bawel. Namun Ela juga sangat perduli padanya.
“Tapi Na.. Masa sih itu anaknya Daniel? Kamu kan belum lama putus sama Dante. Atau jangan jangan kamu selingkuh sama Daniel? Itu yang buat Dante berpaling dari kamu?”
Joana menatap Ela lalu menghela napas. Meski Joana ingin sekali bercerita, namun Joana tidak mungkin berbicara yang sebenarnya. Karena saat ini yang bisa Joana percaya hanya Daniel dan Thomas, papahnya.
“Semuanya terjadi begitu saja La..” Jawab Joana simpel.
Ela menyipitkan kedua matanya.
“Kamu tuh bener bener yah.. Seenggaknya jangan sama brondong kek. Daniel itu masih bocil. Sama kamu aja tuaan kamu.” Kata Ela dengan candaan.
Joana hanya bisa tertawa saja. Joana juga tidak tau kenapa Daniel begitu ngotot melindungi nya.
“Tapi ya sudahlah. Toh nasi sudah menjadi bubur. Yang penting sekarang kan Daniel mau tanggung jawab. Kamu juga harus jaga kesehatan kamu loh Na.. Nggak usah setres. Nggak usah mikir aneh aneh. Inget calon ponakan aku di perut kamu.”
Joana menganggukkan kepalanya beberapa kali. Itulah yang dia suka dari Ela. Ela tidak pernah memaksa untuk Joana menceritakan segala hal padanya. Ela hanya akan selalu menjadi pendengar dan pengingat yang baik bagi Joana tanpa sedikitpun menuntut Joana harus jujur segala hal padanya.
“Iyaa.. Doain semuanya lancar ya La..”
“Itu pasti. Kamu nggak usah dengerin apapun kata orang. Yang penting kamu bahagia, kamu sehat, calon ponakan aku juga sehat, udah begitu saja. Nggak usah ribet ribet. Oke?”
Joana terkekeh.
“Iya iyaaaa...” Balasnya.
TBC