Tak ingin lagi diremehkan oleh teman-temannya, seorang bocah berusia enam tahun nekad mencari 'Ayah Darurat' sempurna; tampan, cerdas, dan penyayang.
Ia menargetkan pria dewasa yang memenuhi kriteria untuk menjadi ayah daruratnya. Menggunakan kecerdasan serta keluguannya untuk memanipulisi sang pria.
Misi pun berjalan lancar. Sang bocah merasa bangga, tetapi ia ternyata tidak siap dengan perasaan yang tumbuh di hatinya. Terlebih setelah tabir di masa lalu yang terbuka dan membawa luka. Keduanya harus menghadapi kenyataan pahit.
Bagaimana kisah mereka? Akankah kebahagiaan dan cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emergency Daddy 14.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Anggita selesai dengan pekerjaannya. Wanita itu kembali menemui Nathan yang berada di ruang kerja.
Anggita membawa minuman dan beberapa kudapan yang ia pesan. Ia meletakkan nampan itu di atas meja. Sebisa mungkin Anggita masih menjaga sikap, meski Nathan sebenarnya cukup berhasil membuat Anggita merasa kesal.
"Minumlah, dan kita bisa mulai bicara, aku ingin pembicaraan kita ini cepat selesai."
"Hm... Selain suka memukuli ku, kau juga suka mengusirku," ucap Nathan santai seraya menyeruput minuman yang Anggita hidangkan.
Anggita tak menanggapi ucapan Nathan, ucapan yang bagi Anggita tidak lah penting sama sekali. Ia juga meraih gelas miliknya dan menikmati minuman itu sebelum membahas permasalahan tentang putranya yang memberikan tawaran aneh pada Nathan.
"Jadi di mana sebenarnya suamimu? Atau kau sudah menjanda?" tanya Nathan begitu frontal, tanpa basa-basi.
Yang seketika membuat Anggita tersedak minumannya. Wanita itu terbatuk berulang kali, ia memukul-mukul kecil dadanya dan melempar tatapan tajam pada Nathan yang sialnya malah tersenyum.
Pria yang duduk di hadapannya itu seakan menikmati kesakitan Anggita saat tersedak.
"Aku bukan janda!"
Nathan mengangguk santai mendengar jawaban Anggita. Wanita itu sudah melotot padanya, Nathan yakin, saat ini Anggita pasti ingin sekali terbang ke atas pangkuannya dan memukuli wajah tampannya.
"Berarti kau masih memiliki suami? Tapi, suamimu pergi meninggalkanmu dan putramu, begitu?" tanya Nathan lagi. "Aigh! Kurang ajar sekali pria seperti itu. Kau tidak salah jika menggantinya."
"Aku bukan janda! Dan aku belum bersuami!" tekan Anggita dengan rahangnya yang sudah mengeras. Merasa geram dengan sikap Nathan.
Mendengar perkataan Anggita, sontak saja membuat Nathan semakin terperangah. "Bukan janda...dan juga tidak bersuami? Lalu apa?" tanya Nathan seperti bocah polos. Ia jadi menatap Anggita dengan tatapan yang makin sulit diartikan.
Tak bisa dibohongi, Nathan sebenarnya tertarik dengan wanita yang ada di hadapannya ini. Nathan sadar perasaan itu, ia bukan lah lagi anak remaja, bukan pula pria munafik. Sedari muda, ia memang akan langsung mengejar wanita yang ia suka dengan caranya sendiri.
Jika ada pertanyaan, mengapa sampai saat ini ia belum jua menikah dan selalu terdengar tidak memiliki kekasih alias jomblo sejati, ia juga terkesan menutup diri dari para wanita.
Bukan karena Nathan tidak mau, hanya saja memang tidak ada wanita yang membuatnya bersemangat seperti dulu di masa mudanya, saat terakhir kali pria itu mengejar mati-matian seorang gadis cuek dan berakhir semesta yang tidak menyatukan mereka.
Dan setelah identitasnya terbuka sebagai putra kedua dari keluarga Raksa, ia sempat menjalin hubungan dengan berbagai jenis wanita, tapi hanya sesaat dan terkesan main-main, semua watak mereka sama saja bagi Nathan, memuja harta dan kekuasaan serta latar belakang keluarga Raksa. Hingga Nathan merasa bosan, lebih tepatnya pria itu tidak mendapatkan tantangan dan Nathan pun akhirnya memutuskan untuk sendiri.
Akan tetapi, kini, setelah ia bertemu Elvano dan Anggita, ada sesuatu yang setiap saat berhasil mengusik perasaan pria itu. Entahlah apa tepatnya.
Nathan selalu saja terlibat masalah dengan Anggita dan putranya. Membuat pria itu tertarik, ia bahkan sudah memikirkan cara bagaimana mendekati Anggita yang ia nilai tengah bermasalah dengan suaminya, mungkin ia akan jadi pebinor? Atau mungkin ia menjalin hubungan dengan seorang janda? Rasanya tidak akan sulit menghadapi Dad Jon dan Mom Anita jika skandalnya seperti itu, dari pada skandal ia yang telah memiliki seorang anak di luar pernikahan. Kepalanya bisa saja benar berakhir terpisah dari tubuhnya.
"Aku tidak memiliki kewajiban apapun untuk menjelaskan tentang kehidupan pribadiku padamu. Kita fokus saja pada masalah Elvano. Abaikan tawarannya, lupakan semuanya dan jangan pernah bertemu kami lagi," tegas Anggita ingin mengakhiri drama yang dimulai oleh putranya. Wanita itu lekas mengalihkan pandangan ketika melihat netra Nathan yang berubah tajam saat menatapnya.
Tatapan yang mampu menghujam wanita itu, seakan ingin menguliti Anggita dan mencari apa yang sebenarnya tengah disembunyikan olehnya.
Nathan semakin penasaran, ia merasa ada yang tidak beres. Netranya memicing dan itu berhasil membuat Anggita merasa tidak nyaman.
"Aku masih tidak mengerti... Bagaimana bisa kau memiliki anak tanpa suami?" selidik Nathan lebih lanjut.
Meski Anggita sudah menyalakan lampu merah di antara mereka, Nathan memilih untuk menerobosnya. Ia tidak bisa diabaikan, terlanjur penasaran, ia ingin tahu apa yang wanita di hadapannya ini sembunyikan. Sedang di dalam kepalanya sendiri kini mulai bermunculan kemungkinan-kemungkinan yang ada tentang hubungan Anggita dan Elvano sebenarnya.
"Itu bukan urusanmu! Anda sudah melewati batas, Tuan Nathan." Anggita beranjak dari sofa. "Silahkan." Anggita mengarahkan langsung tangannya pada pintu ruang kerja. Meminta pria itu segera pergi.
Nathan belum beranjak. Ia masih menatap Anggita yang sudah berdiri dan kini memintanya untuk meninggalkan ruangan ini, lebih tepatnya ia diusir, untuk kesekian kalinya.
Nathan terkekeh kecil, sebelum akhirnya ia berdiri dan menatap serius pada Anggita yang sama sekali tak ingin menatapnya.
Pria itu beranjak, ia berhenti di depan Anggita yang masih mengalihkan pandangan.
"Apakah kau korban..." Nathan terlihat ragu untuk melanjutkan pertanyaannya. Sesuatu yang tabu sempat terlintas di dalam pikiran Nathan. "Aku rasa tidak mungkin itu terjadi, mengingat kau sangat pandai sekali dalam menghajar laki-laki." Nathan ingat bagaimana brutalnya Anggita ketika menyerangnya.
Anggita akhirnya menatap Nathan. Menelisik apa yang sebenarnya pria itu ingin coba ungkapkan.
"Atau... Elvano sebenarnya bukan lah putra kandungmu?" tanya Nathan akhirnya berpindah pada kemungkinan yang lebih terdengar halus untuk ditanyakan.
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/