Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.
Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.
Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.
Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,
Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Pendatang Di Negeri Kami
Voli laki-laki, sejak kelas satu sampai kelas tiga memiliki tim voli masing-masing. Kenapa Tim kami tidak pernah di undang main keluar, sedangkan seluruh pemain di ambil dari tim ku. Apa karena di Tim Nakoda empat orang anak guru-guru di sana, apa di Tim ku tidak ada anak-anak guru, tapi kenapa seluruh pemain di ambil dari tim ku, dan mengatas nama kan tim anak-anak kalian, Tim Nakoda." Ucap Gura sambil tersenyum.
Sebagian anak murid ternganga mendengar ucapan Gura, mereka baru sadar, benar yang di umum kan selama ini di sekolah, peringkat terbaik voli hanya Tim Nakoda sedang kan seluruh pemain di ambil dari Tim Gura, Tim Kapten. Hampir seluruh murid mengangguk dan berbisik-bisik, apa yang di ucap kan Gura benar.
"Gura jangan terlalu jujur, Tim Nakoda dan Tim Kupu-Kupu itu para tim anak-anak guru, apa lagi semua nya teman Diara, emang nya kamu siapa?". Teriak Yuni dari luar, Yuni menyindir seluruh guru di sana.
"Heh! Hati-hati kalau bicara". Ucap Sim, dia adalah anggota tim Nakoda dia anak nya Bu Lita.
"Apa kamu takut dengan kejujuran ini?". Ucap Yuni, menatap Sim dengan senyuman mengolok.
Jangan kan Sim, Diara sendiri ngeri berhadapan dengan Yuni, dia juga termasuk cucu dari kakek Gura, Yuni ini keponakan kandung oleh Ayah Gura, dia putri dari adik perempuan nya ayah Gura.
Walaupun ayah Gura saat ini hanya orang biasa dan tidak memiliki jabatan apa pun dalam negeri, tapi gelar yang di emban kakek Gura adalah dia pewaris nya, pangkat tertinggi dalam negeri hulu, pemilik adat dan aturan yang harus di patuhi oleh suku lain, jika tidak di patuhi. Akan terkena sumpah sotia biso nan kawui ( Sumpah sotia, ialah sebuah hukum yang sama-sama di setujui atau sumpah setia, jika melanggar kena kutukan. Biso nan kawui ialah, hukum kutukan alam dari roh yang suci atau jiwa-jiwa yang mulia, hampir sama dengan kutukan bisa si pahit lidah).
Lalu Sim dan teman lain nya menunduk. Para guru di dalam lokal saling bertatapan satu sama lain, mereka makin ketakutan jika masalah bertambah rumit, kedua suku ini tidak boleh di singgung dan di remeh kan para pemangku adat nya.
"Ada lagi yang tidak senang dengan kejujuran ini, keluarkan pendapat kalian!". Ucap Yuni sambil menatap beberapa orang perempuan di sana, mereka ialah anggota tim Kupu-Kupu, mereka juga anak-anak para guru.
Tapi tidak ada seorang pun yang berani bersuara. Semua orang hening hanya terdengar suara Yuni, mereka juga takut pada murid yang jenius dan berbakat ini, apa lagi Yuni juga calon bundo kanduang, Seandainya pembawa gelar bundo kanduang di suku nya meninggal atau tidak sanggup lagi, semua suku antan kayo telah menunjuk bahwa Yuni ini pengganti nya, dia calon bundo kanduang yang akan di nobat kan baik dalam suku nya dan juga dalam negeri.
Dalam keadaan hening itu, berdering kembali ponsel ibuk Lita, dari nomor baru, dengan tangan gemetar dan gugup dia langsung mengangkat telepon nya.
"Halo!, ya ini siapa?". Tanya bu Lita.
"Aku kakak nya Ira, Om Diara, benar ini nomor Buk lita". Tanya orang itu.
"Ya! Benar Pak!". Jawab Buk Lita.
"Bagaimana masalah Gura dan Diara Buk! sudah selesai?". Tanya Om Diara.
"Rumit Pak!". Jawab Buk Lita.
Seluruh guru menatap ke arah Buk Lita. Seakan bantuan akan segera tiba. Dan para guru-guru yang lain nya kembali berwajah cerah, sebab yang membantu mereka orang yang berpangkat tinggi dari Negeri Hulu, tapi mereka lupa bukan berpangkat tinggi dalam negeri hulu.
Para Guru ingin melihat Gura minta maaf langsung pada Diara dan keluarga besar nya. Harapan mereka tentang masalah bola voli akan terselamat kan kembali.
Seluruh murid yang berpihak pada Diara, mereka kembali tersenyum, sebab siapa yang tidak tahu dengan Om nya Diara ini.
"Gura dalam masalah besar". Ucap Tim Nakoda, mereka tersenyum sambil menatap Yuni.
Dan juga para Tim Kupu-Kupu dan beberapa wanita lainya menatap Yuni dengan tersenyum angkuh sambil berbicara.
"Kelihatan adik mu dalam masalah besar". Ucap Sasa anak Bu Ani, pada Yuni.
" Gonggongan mulut besar Gura, akan terkunci dengan ketakutan". Ucap murid yang lain pada Yuni.
Sebab kebanyakan dari anak-anak guru dan anak-anak sekolah lainya yang tidak dekat dengan Gura, hanya mengetahui kalau Gura itu, selain anak pengembala dan juga anak petani sawah dan sawit serta rempah-rempah lain nya. Apa yang bisa dia perbuat menghadapi Om Diara yang berpangkat tinggi itu.
"Kelihatan Adik mu akan mencret, atau ngompol di celana". Ucap Sasa perlahan pada Yuni sambil tersenyum. Lalu Sim mendekati Yuni.
"Kelihatan tak lama lagi, Putra Om mu itu akan bersimpuh di kaki Diara, apa yang bisa di perbuat Om mu itu terhadap Om Diara, berbuat menangis dan meminta-minta maaf seperti pengemis di hadapan keluarga Diara". Ucap Sim lalu mereka tertawa bergumam sambil menutup mulut.
"Apa Gura membawa celana cadangan, untuk mengganti nanti celana nya yang basah". Ucap murid yang lain, yang pro pada Diara.
"Teman-Teman, jangan bicara seperti itu, nanti dia menangis apa kalian tidak kasihan pada dua pecundang ini". Ucap teman nya Diara yang lain.
"Eh! yang harus kalian pikir kan bersama orang-orang tua kalian, bagaimana menyelesaikan masalah bola voli yang tidak jujur ini, bukan masalah Gura dengan Diara yang kalian pikir kan!!". Ucap Yuni setengah teriak, suara Yuni menggema ke setiap ruang kelas. Semua guru dan para murid menatap ke arah Yuni.
"Masalah kalian saja belum selesai, ingin mencampuri urusan orang lain, seharus nya kalian malu pada perbuatan orang tua kalian, karena tidak memiliki kejujuran, bukan bangga!!". Ucap Yuni lagi di sertai dengan wajah nya merah padam, menahan amarah.
"Dengan cara seperti ini, orang tua kalian memberikan makan dan membesar kan kalian, apa kalian bangga?". Kembali Yuni berbicara tampa sedikit pun mengormati seluruh guru di dalam kantor.
Seluruh guru hanya meneguk air liur mereka, masalah ini belum selesai, masalah baru yang akan timbul lagi. Mereka semua tertunduk dengan malu serta dengan ketakutan.
"Ingat!, kau hanya pendatang di negeri kami". Ucap Yuni, sambil menunjuk beberapa orang murid yang barusan.
Wajah para guru serta beberapa murid ketakutan dan pucat pasi jika Yuni bertindak lebih lanjut. Karena di Negeri Hulu yang memiliki ke kekuasaan ialah para pemangku adat.