NovelToon NovelToon
KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Puspita.D

Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Dalam dua hari ini aku menunggu mas Tio yang kata nya juga mau pindah ke rumah mama.

"Putri..sudah kah kamu bersih kan kamar mu, jangan sampai Tio datang kamar mu dalam keadaan berantakan" kata mama mengingatkan aku yang lupa membersih kan kamar ku.

"Iya ma, aku lupa" sahut ku menepuk jidat. Aku pun segera membersih kan kamar ku. Dan belum sempat aku membersih kan tubuh ku yang bau keringat. Mas Tio sudah datang menggunakan angkot. Yah maklum kami memang belum punya apa-apa. Hidup masih berantakan.

Mama dan bapak terlihat membantu mas Tio menurun kan barang-barang nya.

"Istirahat lah dulu nak, mungkin kamu lelah" kata bapak, mas Tio pun masuk ke kamar yang sudah sempat aku bersihkan.

"Dek..." sapa nya, aku hanya terseyum tak berani mendekat karna sudah pasti tubuh ku bau nya tak sedap.

"Ngapain di pojok situ dek?" tanya mas Tio. Aku pun gelagapan.

"E...itu...anu..mas aku mandi dulu yah" tanpa menunggu jawaban dari mas Tio aku pun segera keluar kamar.

Karna tak sempat mengambil pakaian untuk ganti aku pun mengambil yang ada di jemuran.

Rumah mama dan bapak tak memiliki kamar mandi, kalo mau mandi kami harus turun ke sumur, dan lumayan lelah karna saat pulang jalan nya akan menanjak.

Aku pun tak berlama-lama berada di sumur. Bukan karna pingin cepat-cepat bertemu mas Tio, tapi berada di sumur sendirian membuat bulu kuduku merinding. Karna menurut bapak. Di samping sumur ada sebuah pohon rindang yang menaungi sumur, itu ada mba kunti nya. Yah walaupun aku nggak pernah lihat secara langsung. Tapi tetap saja aku takut.

Sampai di rumah. Bukan nya bersih, eh aku malah berkeringat lagi. Jalan yang menanjak, di tambah aku yang lari ketakutan. Membuat ku berkeringat kembali.

"Mas.." panggil ku saat masuk kamar. Namun mas Tio tidur pulas. Aku tak ingin mengganggu nya.

"Lebih baik aku masak aja" lirih ku, meski tinggal serumah dengan mama, aku memilih memasak sendiri dengan memiliki alat masak sendiri. Mama pun tak keberatan justru senang karna aku punya rasa tanggung jawab terhadap suami.

Beberapa minggu tinggal di rumah mama. Semua terlihat biasa. Mas Tio kini tak bekerja dengan kakak nya lagi.

Mas Tio bekerja secara mandiri di pertambangan. suatu sore rumah tampak sepi. Mama dan bapak pergi ke rumah saudara nya karna ada acara. Dan kata nya menginap.

"Sini dek, tidur di samping mas" kata mas Tio yang berbaring di atas kasur sederhana.

Aku pun menurut. Aku pikir mas Tio juga ikut tidur nyata nya, mas Tio malah pergi mandi dan berpakaian rapi.

Tanpa membangun kan aku mas Tio pergi entah ke mana. Hingga malam tiba, aku merasa takut sendirian di rumah.

Waktu itu usia kandungan ku sudah tiga bulan. Karna tubuh ku yang mungil perutku belum terlihat.

"Kemana kamu mas...pergi nggak pamit" tak lama terdengar suara pintu terbuka, aku yakin itu mas Tio.

Aku pura-pura memejam kan mata, sampai saat mas Tio berada di hadapan ku dengan posisi membelakangiku, aku menyentuh bokong nya dengan ujung jari kaki ku.

"Hayo...dari mana?" kata ku dengan niat bercanda. Namun tak di sangka mas Tio begitu marah pada ku.

Seketika mas Tio duduk di atas tubuh ku dengan satu kaki menindih satu tangan ku, satu tangan memegang erat tangan ku yang satu, dan tangan nya yang lain menampari wajah ku.

"Apa maksud mu, menendang ku hah?!!" seru nya, hah menendang aku hanya mencolek menggunakan ujung jari kaki ku.

"Mas lepas sakit" jerit ku.

"Biar kamu tau rasa" saat tangan ku terlepas, tanpa berpikir panjang aku memukul perut ku.

"Apa yang kamu lakukan!" seru nya tak terima.

"Biar...biar mati sekalian anak mu" kata ku lantang.

Mas Tio bukan nya melepas kan aku malah kembali memegang erat tangan ku, dan kembali menampar wajahku.

Tak tahan mendapat tamparan, aku pun nekat meludahi wajah nya, baru itu mas Tio melepas kan aku.

Aku pun menangis tersedu.di pojok tempat tidur. Tanpa merasa bersalah mas Tio menyulut rokok dan menghisap nya dengan santai.

Ke esokan pagi nya, aku begitu khawatir dengan kondisi. Anak yang aku kandung.

"Ma..tolong betulkan perut ku, rasa nya keram" kata ku pada mama, yang kebetulan bisa memijat perut ibu hamil.

"Memang nya kenapa, kok bisa keram" tanya mama.

"Tadi malam aku bertengkar dengan mas Tio, dan aku memukul perut ku ma" lirih ku sambil tertunduk.

"Kenapa bisa begitu? Kalian ini apa nggak bosan bertengkar, kalo teradi sesuatu pada anak kalian, apa nggak meyesal nanti nya?" cerocos mama, namun ada benar nya.

mama segera memijat perut ku dengan hati-hati.

"Sudah. Lain kali jangan di ulang seperti itu lagi, untuk masih baik-baik saja bayi mu" ucap mama sedikit kesal.

"Panggil suami mu. Mama ingin bicara dengan kalian berdua" sambung mama , aku pun memanggil mas Tio.

"Sebenar nya apa sih yang kalian ribut kan? Sampaikan harus bertengkar melibat kan anak yang tak berdosa, bahkan belum lahir" tanya mama dengan wajah kesal nya.

Namun tak di sangka dengan santai mas Tio menjawab.

"Salah sendiri, dia berani meludahi wajah ku" kata mas Tio dengan enteng.

"Aku melakukan nya karna mas menampar wajah ku dengan seenak nya. Mas pikir nggak sakit hah?" dengan menahan dongkol aku meninggi kan suara ku.

"Sudah sudah...mama cuma berharap, janga kalian ulangi lagi, perbuatan kalian" mama pun meninggal kan kami berdua yang saling diam.

Hari demi hari berlalu dan kini berganti bulan. Kandungan ku kini berusia 7 bulan. Mas Tio yang sudah bisa mengkredit motor. Tak lagi menambang. Kini mas Tio bekerja mencari besi tua, berkeliling dari rumah ke rumah. Dengan meminjam sedikit modal di tempat ku bekerja dulu.

"Mas mau ke mana?" tanya ku suatu sore.

"Mau ke tempat teman ku, mau minta uang yang di pinjam tempo lalu" jawab nya, namun tak ada niat mengajak ku bersama nya.

Aku menunggu di rumah sepupu ku yang jarak rumah nya 500 meter dari rumah mama.

Hingga larut malam aku menunggu, rasa lapar aku tahan.

Mas Tio pun datang, dan langsung mengajak ku pulang. Sampai di rumah aku segera makan.

Namun entah apa sebab nya. mas Tio ngomel tak henti-henti.

"Sudah aku bilang. Tak usah menunggu ku, siapa yang suruh kamu menunggu ku sampai kelaparan" mendengar kata--kata mas Tio nafsu makan ku hilang. Rasa nya nasi yang sudah aku telan nyangkut di tenggorokan.

Aku pun pergi meninggalkan mas Tio dan makanan di piring yang masih separuh.

aku merasa kesetiaan ku menunggu nya hingga kelaparan tak di hargai. Malah bilang kalo sudah makan bersama teman nya, dengan lauk daging. Sementara yang aku makan di rumah hanya sayur bening dan tempe.

Oh iya aku baru ingat beberapa hari lalu, aku pernah ungkapkan keinginan ku pada mas Tio, kalo aku pingin makan daging. Tapi ini malah mas Tio sendiri yang makan tanpa memikir kan aku.

1
Ds Phone
macam macam dugan hidup nya
Ds Phone
hamil ke dia
Ds Phone
nakit betul dia
Ds Phone
macam mana dengan rumah tangga meraka
Ds Phone
suami apa macam tu nak beban sama isteri
Ds Phone
itu jalan tak baik tu
Ds Phone
sangup metua kata macam tu
Ds Phone
muking ada yang tak kena
Ds Phone
tinggal kan aja
Ds Phone
laki tak ber tangung jawab
Ds Phone
apa nasib rumah tangga nya
Ds Phone
dia tak tahu orang hamil macam mana
Ds Phone
ada tukang hasut
Ds Phone
dapat laki macam tu memang susah
Ds Phone
laki nya kaki mabuk
Ds Phone
malu pulak tapi ikut
Ds Phone
sebenar dia suka pada kamu
Ds Phone
yake macam tak ada keputusan aja
Ds Phone
sakit hati sebenar nya
Ds Phone
dah masa sendiri tahu apa pun nak dimasak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!