Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 9
Joana sudah berada di kantor sebelum Nathan datang. Pagi-pagi sekali gadis itu berangkat menggunakan bus, dan sekarang ia sudah berada di ruangannya, memeriksa lagi pekerjaannya sebelum ditanda tangani Nathan. Ia terlihat serius meneliti setiap barisan angka pada lembaran kertas yang ada di tangannya.
"Hai Joana," Victor menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Senyuman pria itu merekah karena bisa bertemu dengan gadis yang sudah mencuri atensinya sejak berkenalan waktu itu.
Joana meluruskan pandangannya, dan menyapa balik Victor. "Hai Victor." Joana melambaikan satu tangannya. "Kenapa berdiri disana? Masuklah."
"Apa aku mengganggumu?" Victor akhirnya masuk, dan tak lupa ia menutup pintu ruangan Joana.
"Tidak, Victor. Kau duduklah."
Victor sedikit mendorong ke belakang kursi yang ada di depan meja Joana, lalu kemudian mendudukinya. "Oh ya, yang aku dengar kau telah berhasil membuat perusahaan Ex company mau bekerjasama dengan NK Group? apa berita itu benar?"
"Oh ya Tuhan, cepat sekali beritanya menyebar."
Padahal pertemuan penting itu baru terjadi kemarin siang, di restoran Italy. Joana tidak menyangka pemberitaan itu cepat merebak ke telinga rekan kerjanya.
"Berarti berita itu benar?" Joana mengangguk cepat. "Selamat atas keberhasilan-mu, Joana. Aku bangga padamu. Selain memiliki wajah yang cantik, kau juga sangat hebat." Victor melayangkan pujian dengan cara terang-terangan.
"Aku hanya beruntung, Victor."
"Kau selalu rendah hati, Joana." Victor tidak mengalihkan pandangannya dari Joana, Ia semakin mengangumi gadis hebat yang ada di hadapannya itu.
"Kemarin adalah presentasi pertama untukku, pengalaman baru, dan syukurlah semua berjalan dengan lancar." Joana menceritakan dengan senyuman ceria. Membuat siapa saja yang melihat senyuman itu terpana. "Omong-omong, apa yang kau bawa?" Tanya Joana melihat paper bag yang diletakan Victor di atas meja kerjanya.
"Aku membawa spaghetti carbonara. Apa kau sudah sarapan, Joana?"
"Sudah, Victor."
Victor mengeluarkan kotak bekal, dan membuka penutupnya. Diraihnya garpu lalu menggulung spaghetti tersebut. "Kau harus mencoba spaghetti buatanku."
"Tidak... Kau makanlah. Aku masih merasa kenyang." Tolak Joana halus.
Victor pura-pura tidak mendengar penolakan Joana, Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, mengarahkan garpu ke arah mulut Joana. "Buka mulutmu!" pinta Victor.
Ragu-ragu Joana membuka mulutnya. Victor segera memasukkan spaghetti ke dalam mulut Joana. "Bagaimana? Rasanya lezat, bukan?"
Victor mengambil tisu, mengusap saus yang mengenai bibir Joana membuat gadis itu tertegun kemudian tersenyum. "Hmm.. ya.. spaghetti buatanmu sangat lezat." Jawab Joana seraya memundurkan wajahnya
"Eghm... "
Suara deheman terdengar membuat Joana sedikit memiringkan tubuhnya, melihat Nathan berdiri di ambang pintu. Omong-omong kapan pria itu masuk? Joana maupun Victor tidak mendengar suara pintu terbuka.
Joana dan Victor berdiri. "Selamat pagi, Tuan." Sapa mereka bersamaan yang tidak mendapatkan sapaan balik dari Nathan.
"Bawa hasil pekerjaanmu ke ruanganku!" Perintah Nathan sambil menatap Joana. Seperti biasanya, tidak ada ekspresi yang ditunjukkan pria itu. Terlihat flat namun aura yang diperlihatkan pria itu sangat dingin. "Dan kau, Victor, " dan kali ini tatapannya tertuju pada pria itu. "Segera habiskan sarapanmu, lalu kerjakan pekerjaanmu."
Nathan membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruangannya yang berada tidak jauh dari ruangan Joana. Joana bergerak cepat, ia merapikan berkas-berkasnya yang berserakan di meja. "Aku tinggal dulu, Victor. Maaf. "
"Tidak masalah. Kau pergilah sebelum Tuan Nathan marah."
"Kenapa pagi ini terasa panas sekali," gerutunya. Nathan menyambar remot AC, menurunkan suhunya dan ia juga melepaskan jasnya, hingga tubuh atletisnya tercetak jelas dari balik kemeja. Joana yang baru masuk dibuat tertegun sampai-sampai gadis itu harus menelan ludahnya melihat kesempurnaan ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya.
"Letakan berkas itu di meja," perintahnya tanpa menatap Joana, "dan seperti biasa, buatkan aku kopi." Nathan melenggangkan kakinya ke belakang meja, seraya mengendurkan dasinya.
Joana kembali pada kenyataan setelah beberapa detik terhanyut dengan pesona pria itu. Sesuai perintah, Joana meletakkan hasil pekerjaannya di meja Nathan, dan membuat kopi.
Sambil menunggu Joana membuat kopi untuknya, Nathan memeriksa pekerjaan yang dikerjakan Joana.
Secangkir kopi selesai dibuat, Joana meletakkan di meja.
Nathan bergeming, tidak mengatakan apapun. Fokusnya pada lembaran berkas yang dikerjakan Joana, mengabaikan keberadaan gadis itu. Biasanya pria itu langsung memberitahu Joana, apa yang harus dikerjakan atau memerintah Joana dengan perintah yang tidak masuk akal. Seperti kemarin, Nathan meminta Joana membersihkan ruangannya. Padahal itu bukan bagian dari pekerjaan Joana. Dan malangnya Joana tidak bisa menolak perintah atasannya.
"Apa kau menyukai spaghetti?"
"Hah?" Joana menganga, terkejut mendapatkan pertanyaan itu dari atasannya. Apa ia tidak salah dengar? Bahkan, ia butuh waktu beberapa detik untuk menelaah pertanyaan dari Nathan.
Tidak ada jawaban, Nathan menatap Joana. Sorot matanya sangat tajam seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya. "Apa kau tidak mendengar pertanyaanku, Nona Joana Sharoon?"
"Aku mendengarnya, Tuan." Joana merasa gugup, di tatap seperti itu.
"Lalu, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? apa kau ingin aku memotong gajimu." Nathan tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Pemandangan Joana bersama Victor adalah pemicunya. Tapi sayang, pria itu terlalu bodoh tidak menyadarinya.
Lagi-lagi Joana mendapatkan ancaman seperti itu kala dia tidak langsung menanggapi ucapan Nathan.
"Ya, aku sangat menyukai spaghetti," jawab Joana dengan cepat, kemudian... "tidak-tidak," detik berikutnya ia meralat jawabannya. Ia baru ingat spaghetti nomer sekian dari daftar makanan favoritnya. "Aku lebih menyukai sandwich isi daging buatan Mommy, pizza buatan Paman Orlando, dan ayam tepung. Lalu, minumannya jus jeruk, dan jus strawberry."
Nathan mengerutkan keningnya, kedua alisnya sedikit menukik. "Aku hanya bertanya kau menyukai spaghetti atau tidak? kenapa kau menyebutkan semua makanan favoritmu?"
Joana tersenyum lebar seraya mengusap tengkuk lehernya. Benar juga apa yang diucapkan atasannya, kenapa pula ia menyebutkan makanan dan minuman favoritnya. Berharap akan ditraktir? heh singkirkan kehaluan-mu Joana, sebelum kau terhempas.
"Keterusan, Tuan." Jawabnya dengan cengiran.
Nathan paling pandai mempertahankan wajah datarnya. Ia tidak menunjukkan reaksi mendengar jawaban Joana. Benar-benar kaku.
"Sekarang atur pertemuanku dengan Tuan Sky, sebelum kita berangkat ke Indonesia."
"Be-berangkat ke Indonesia?!" Joana tidak mengetahui prihal itu, karena Nathan baru memberitahunya.
"Kenapa reaksimu seperti itu?"
"Tidak apa-apa, Tuan. Kapan kita akan berangkat?"
"Tiga hari lagi."
"Mendadak sekali." Gumamnya terdengar oleh Nathan.
"Aku tidak perlu meminta pendapatmu. Jangan berisik, dan jangan protes. Kau cukup mematuhi perintahku. Sekarang kembali ke ruangan-mu."
Joana memutar tubuhnya. Berjalan beberapa langkah, sampai dekat pintu Nathan memanggilnya. Joana berbalik, menatap Nathan.
"Jam istirahat, datanglah ke ruanganku."
.
.
.
Hayo ngapain di jam istirahat, jangan bikin aku cemburu 😒
coba kita liat kehidupan Joana & Nathan setelah menikah gimana yaa,,apa akan happy teruss,atau malah sebaliknya...🚴♂🚴♂
Jo yang di kecup Q seng mesem" deweeeee