Pemuda itu mengacungkan pistolnya persis di dada sebelah kiri Arana. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa.
Dor!!
••••
Menjadi tunangan antagonis yang berakhir tragis, adalah mimpi buruk yang harus Nara telan.
Jatuh dari rooftop sekolahnya, membuat Nara tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang di tempat dirinya terjatuh.
Nara pikir dia akan mati, namun saat gadis itu terbangun, ia begitu terkejut ketika mendapati jiwanya sudah berbeda raga.
Berpindah di raga tokoh novel yang merupakan tunangan dari antagonis cerita.
Ia bernama Arana Wilson.
Saat mencapai klimaks, tokoh ini akan mati tertembak.
Sialnya, karena terjatuh, Nara tidak tau siapa malaikat maut raga yang kini ia tempati.
Bagaimana kisah Nara di novel itu sebagai Arana. Akankah dia tetap mati tertembak atau justru ia mampu mengubah takdirnya.
🍒🍒🍒
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raintara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
...🍒🍒🍒...
"Arana, gue mau putus."
Gadis yang dipanggil Arana itu menatap pemuda yang telah setengah tahun terakhir menjadi kekasihnya dengan pandangan tak terbaca. Keputusan yang terlalu mendadak untuk dia dengar.
"Putus? Tapi kenapa?"
Malvin menatap Arana dengan wajah datarnya. "Gue bosan sama lo."
"Bosan?" Arana terkekeh sumbang. Alasan macam apa itu.
"Serius Malvin? Kenapa tiba-tiba gini?"
Malvin mengalihkan atensinya. Ia pandangi dedaunan dari pohon kelapa yang menari mengikuti irama angin.
"Sebenarnya gue udah lama mau ngomong. Tapi, gue menunggu waktu yang tepat."
Menelan salivanya hingga jakunnya ikut bergerak, Malvin melanjutkan ucapannya.
"Gue udah punya pengganti lo. Tolong lo bisa mengerti ini."
"Brengsek!"
Plak
Wajah Malvin tertoleh ke samping. Rasa kebas dan panas menjalari pipinya. Tamparan Arana cukup keras untuk meninggalkan bekas kemerahan di satu sisi pipi Malvin.
"Ini kelakuan lo Malvin?!" seru Arana. Menatap Malvin penuh kekecewaan.
"Bahkan gue udah nentang orangtua gue. Gue sampai mendiami orangtua gue. Itu semua demi lo. Tapi ini balasan yang gue dapat?!"
Gadis itu ingat. Ketika dirinya sampai harus melawan orangtuanya demi pemuda di hadapannya ini. Dia harus perang dingin dengan mereka.
Keputusan orangtua yang menjodohkan dirinya dengan pemuda lain, membuat Arana begitu kecewa karena dirinya sudah memiliki tambatan hati. Dia Malvin. Namun, setelah perlawanannya selama ini, kenapa malah penghianatan yang dia dapatkan.
Malvin menatap Arana yang memandangnya nyalang tanpa ekspresi.
"Itu bukan urusan gue. Intinya mulai sekarang, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi."
Setelah mengatakan itu, Malvin menggerakkan kakinya. Melangkah meninggalkan Arana sendirian di tepi pantai yang sepi.
Di tempatnya, Arana berdiri dengan pandangan kosong. Masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Sampai ia meninggalkan pantai dengan tatapan kosongnya. Anehnya, walaupun merasa patah hati, tidak ada air mata yang keluar. Hanya ada kobaran kebencian yang entah bisa padam atau tidak.
Di pinggir jalan raya, Arana berhenti. Menyerongkan tubuhnya untuk melihat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.
Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Saat ada sebuah truk yang melintas, dia berjalan ke tengah jalan. Sorot lampu kemuning menghalangi penglihatannya. Hingga Arana menatap sumber sorot lampu itu, ia memejamkan matanya merasa silau. Sebuah lengkingan klakson memekakkan indra pendengarannya.
Sekejab waktu terasa terhenti. Tubuhnya terasa melayang. Hingga gadis itu merasakan benturan, Arana meringis kesakitan. Tubuhnya kini terasa remuk. Kepalanya pusing. Bau anyir seketika memenuhi indra penciumannya.
Arana memejamkan matanya karena merasa berat. Saat itulah setetes air keluar dari satu matanya.
"Maafkan aku..."
...🍒🍒🍒🍒...
"Hahh....hah..."
Mata lentik itu terbuka sempurna. Nafas Arana berderu tak beraturan. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Gadis itu beranjak duduk dari pembaringannya. Mengatur nafas agar lebih stabil. Ia sugar rambut panjangnya yang basah akibat keringat.
"Mimpi apa itu." gumamnya seraya menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.
"Arana dan Malvin. Mereka pernah pacaran dan putus?"
"Ini cuma bunga tidur atau memang salah satu rahasia di novel ini?"
Arana pejamkan matanya dengan perasaan lelah. Semakin frustasi saja dengan dunia antah berantah yang ia huni ini.
Apakah mungkin, mimpi yang dialaminya adalah salah satu clue tentang misi yang harus dirinya tuntaskan.
Itu cukup masuk akal bukan. Tapi apakah mungkin, di masalalu Arana dan Malvin memiliki hubungan khusus.
Arana jadi teringat peristiwa di koridor sekolah waktu itu. Dan adegan di jalanan komplek. Malvin berbicara seolah-olah, pemuda itu dan Arana saling kenal dalam artian lebih ke sesuatu hubungan yang ambigu.
"Gue nggak tahu ini keputusan yang tepat atau tidak."
Membuka matanya, Arana tatap langit-langit yang berhiaskan bintang mainan.
"Gue harus deketin pemeran utama pria. Ya, gue harus mengulik infirmasi dari Malvin Wijaya."
...🍒🍒🍒...