Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Yisha : After Reincarnation - Pertemanan, Kisah Cinta, Dan Pengorbanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#35
Ketika Sora dan Yasmin merasa keadaan telah menjadi lebih baik, tiba-tiba saja Sora kembali mengalami mimisan yang spontan membuat kedua orang wanita itu terkejut.
Bersamaan dengan itu, Sora juga merasa tubuhnya menjadi sangat dingin hingga gadis itu mulai menggigil.
Yasmin yang terlihat panik lalu buru-buru mencari ramuan bloodie wine di dalam tas Sora. Sambil menunggu efek ramuan itu bekerja, Yasmin meraih ponselnya dan terlihat menghubungi Rayn.
“Hallo? Rayn. Sisa bloodie wine dari Puan Dagna ada di kamu, kan? Bisa bawa ke rumah Sora? Dia mulai mimisan lagi, aku jadi agak khawatir,” kata Yasmin dengan cemas.
Saat itu Yasmin tengah membawa Sora menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Meski sedikit kesusahan, namun Yasmin sukses membaringkan Sora di tempat tidurnya.
“Okay, Yas. Aku segera menuju ke sana. Tolong jaga Sora ...” balas Rayn yang saat itu memang tengah berada di tempat tinggalnya.
Seperti biasa, di sana ada Giovanni yang anteng menonton tayangan drama pada ponselnya. Namun ketika Giovanni melihat Rayn membawa sebuah tas dengan tergesa-gesa, Giovanni langsung bangkit dan mengekor pada Rayn.
“Ada apa, Rayn? Apa yang terjadi?” tanya Giovanni menyusul Rayn yang berjalan dengan terburu-buru ke arah balkon.
“Aku akan mengantar bloodie wine ini ke rumah Sora. Kau, tinggal saja dulu di sini, tidak perlu mengikutiku. Aku tidak akan lama,” jawab Rayn sebelum dirinya memanggil Bintang dengan kekuatan pikirannya.
Tak lama setelahnya, dari kejauhan terlihat Bintang yang membentangkan sayapnya dan terbang mendekati Rayn.
“Anak pintar,” ucap Rayn ketika Bintang telah mendarat dengan mulus di area balkon yang cukup luas itu.
Kemudian, Rayn menaiki punggung Bintang yang gagah dan mereka tampak melesat meninggalkan Giovanni sendirian.
“Hmmm... Sepertinya dia mulai kumat lagi bucinnya,” gumam Giovanni sambil berjalan memasuki kamarnya. Pria itu berniat melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat terdistraksi oleh tingkah Rayn barusan.
#
Dengan menggunakan serbuk sylvez yang bisa membantunya berkamuflase, Rayn bisa melesat cepat bersama Bintang sehingga Ia tak membuang waktu terlalu lama untuk tiba di rumah Sora.
Pak Ivan yang sedari tadi berjaga di pos masuk sempat terkesiap ketika melihat Bintang dan Rayn muncul secara perlahan-lahan akibat efek dari serbuk sylves yang mulai menghilang.
“Ya ampun... Kebiasaan dia emang gak pernah berubah ...” gumam Pak Ivan sambil mengelus dada.
Sementara itu, Rayn dengan cepat memasuki rumah Sora yang saat itu salah satu dun pintunya masih terbuka.
“Yasmin ...” panggil Rayn dengan suara yang tak begitu kencang.
“Pssttt... Rayn!” dari ruang tamu itu Rayn bisa melihat kepala Yasmin menyembul dari kamar Sora.
Rayn kemudian segera melangkah menaiki tangga untuk menyusul Yasmin. Tiba di ambang pintu kamar Sora, Rayn bisa melihat Yasmin tengah merapikan beberapa lembar tissue bekas dirinya menyeka hidung Sora.
“Rayn ...” ucap Yasmin dengan suara pelan.
Sora yang saat itu telah terduduk di tepi tempat tidur juga menoleh ke arah Rayn. Segurat garis senyum Sora tiba-tiba muncul tatkala kedua mata mereka bertemu.
DEG!
Tiba-tiba saja Rayn terdiam membeku. Saat itu Ia baru menyadari sesuatu hal penting. Apakah tindakannya itu tidak terlalu buru-buru? Maksudnya, dulu Rayn pernah telah cukup agresif mendekati Sora, dan sekarang, apakah dirinya tidak melangkah terlalu cepat, lagi?
“Eh ... Saya mau anterin, titipan, Yasmin. Kata Pak satpam di depan, suruh masuk aja,” Rayn mengatakan hal itu dengan terbata-bata. Dirinya benar-benar salah tingkah.
Melihat Rayn yang mendadak kikuk, Yasmin segera bangkit dari tempatnya dan menghampiri pria jangkung itu. “Heem, Ra. Aku ada kelupaan barang ...”
“Mana sini,” ucap Yasmin ketika dirinya berada di hadapan Rayn.
Rayn masih berdiri di tempatnya ketika Yasmin pergi ke sisi lain kamar Sora untuk menaruh tas berisi ramuan bloodie wine yang Rayn berikan.
“Maaf ya Pak Rayn, di sini agak berantakan,” ucap Sora sambil menyeka hidungnya.
“Eh? Ya ampun-” Rayn benar-benar tak tahu harus bersikap seperti apa, “Hm, kamu, gimana kabarnya?” Rayn akhirnya menemukan kalimat yang bisa Ia ucapkan.
“Sejauh ini, baik ...” jawab Sora singkat.
Diantara situasi canggung antara Rayn dan Sora, entah kenapa Yasmin lama sekali menaruh tas yang telah sejak tadi diterimanya.
“Syukurlah. Kalau gitu, saya pamit,” Rayn berkata dengan enggan. Dalam hatinya Ia berharap Sora atau Yasmin mendadak menahan langkahnya sehingga dirinya bisa lebih lama lagi berada di dekat Sora.
“Baik, Pak Rayn. Hati-hati ...” jawab Sora dengan suara lembutnya.
“Thank you, Rayn. Hati-hati di jalan!” jawab Yasmin dengan lantang.
Rayn tersenyum getir. Harapan sederhananya jelas sekali tidak direstui semesta. Karena hal itu, Rayn terpaksa melangkahkan kakinya menuruni anak tangga meninggalkan ruangan kamar Sora.
Ketika Rayn tiba di area pekarangan rumah Sora, dirinya dikejutkan dengan keberadaan SUV hitam yang sudah sangat dikenalnya.
Kedua alisnya tertaut melihat sosok yang berada di belakang kemudi. “Gio? Kenapa dia ke sini?”
Dari tempatnya saat ini, Giovanni bisa dengan jelas melihat Rayn yang celingukan melihat keberadaan dirinya.
TIN! TIN!
Alih-alih turun dan memanggil Rayn masuk, Giovanni malah membunyikan klakson untuk memanggil Rayn memasuki mobil. Dan sesuai dengan tujuannya, Rayn akhirnya terlihat mengambil langkah cepat dan bergegas memasuki mobil.
“Kau di sini, Gio?” tanya Rayn sambil memasang sabuk pengaman.
“Menurutmu saja. Kelihatannya bagaimana?” Giovanni melempar tatapan sinis ke arah Rayn. Bombastic side-eye.
“Seingatku, Aku memintamu untuk tetap tinggal-”
“Dan membiarkanmu terbang bersama Bintang tanpa dilindungi bubuk sylvez?!” sela Giovanni.
Rayn dibuat tidak berkutik oleh ucapan Giovanni barusan. Saat itu Rayn baru ingat bahwa kantung bubuk sylves tidak ada dalam kantung bajunya.
Meski kemungkinan Bintang untuk bisa dilihat oleh manusia biasa sangatlah kecil, bahkan nyaris tidak mungkin, tapi tetap saja berkeliaran di alam manusia tanpa perlindungan apapun tetap berbahaya. Energi yang Bintang pancarkan cukup kuat untuk beberapa orang atau makhluk dengan kekuatan tertentu. Sudah sepantasnya Giovanni merasa khawatir tentang keselamatan Rayn.
“Ini,” Giovanni meletakkan sebuah kantung serut kecil pada dashboard mobil, “Aku melihat kantung itu terjatuh ketika dirimu buru-buru pergi bersama Bintang.”
“Baiklah. Terima kasih, Gio,” jawab Rayn sambil meraih kantung itu.
“Mengkhawatirkan sosok yang kamu cintai jangan sampai membuatmu abai terhadap diri sendiri, Rayn. Berhati-hatilah ...” kata Giovanni sambil menginjak pedal gas.
“Baiklah, baiklah ... Aku akui tadi aku terlalu terburu-buru ...” balas Rayn sambil menyandarkan punggungnya.
Kedua pria itu kini telah meninggalkan kediaman Sora dan kembali memulai perjalanan menuju kediaman Rayn. Tidak ada lagi obrolan diantara kedua pria itu. Mereka kini tengah sibuk dengan isi kepala mereka masing-masing; Rayn dengan kekhawatirannya pada Sora, dan Giovanni yang sedang fokus ke jalanan.
#
•
•
•
*Picture by Pinterest
nga kan bosen.
Semangat thorr