Terpikat Pesona Pacar Setingan

Ting tong! Suara bel pintu berbunyi, sejak satu Minggu dia tinggal di rumah ini baru kali ini ada seseorang yang membunyikan bel rumah.

Mytha mengalihkan atensinya ke pintu, hari ini Jeff libur dari kegiatannya jadi Mytha pun tak pergi kemana-mana karena sang majikan ingin menghabiskan waktunya di rumah.

Mytha membukakan pintu, dia pikir tukang pos atau kurir paket yang datang namun ternyata bukan. Seorang remaja pria berdiri sambil menatap aneh kearahnya.

“Siapa kau?” tanyanya dengan nada dingin tanpa ekspresi.

Mytha mengerutkan kening, seharusnya dia kan yang bertanya begitu padanya, “hey bocah, seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, siapa kau dan mau apa kau kemari?” ucap Mytha sambil bertolak pinggang, dia masih memegang susuk di tangannya karena dia memang tengah memasak, belum lagi celemek berwarna pink yang terpasang di tubuhnya.

Remaja pria itu menilik penampilan Mytha dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah dia sedang mengukur tinggi Mytha berikut berat badannya.

“Mytha, siapa yang datang?” suara Jeff muncul dari arah dalam.

“Alex!” pekiknya setelah dia melihat siapa yang datang, ternyata dia kenal anak ini.

“Jeff, kau kenal bocah ini?” tanya Mytha.

“Dia Alex, Adikku,” sahutnya.

“Ah jadi kau adiknya Jeff, maaf aku tidak tahu. Kalau begitu masuklah, aku tak berani menyuruhmu masuk tadi, takut kalau kau orang jahat,” ucap Mytha tak enak hati.

Alex berjalan masuk, anak ini tampak aneh di mata Mytha, tatapannya tajam dan dingin bahkan sejak datang kemari tak pernah sekalipun Mytha melihat dia tersenyum.

“Kalian tinggal bersama?” tanyanya setelah dia duduk di sopa dan Mytha tengah menyajikan segelas jus di hadapannya.

Jeff tersenyum dan malah balik bertanya, seolah dia enggan menanggapi pertanyaan dari Alex, “tumben sekali kau datang kemari, apa kau merindukan Kakak?” Jeff tersenyum manis, dia mencoba menyentuh kepala Alex, namun bocah 16 tahun itu menepisnya dengan tatapan tak suka.

“Hey Nona, apa kau benar-benar pacarnya Kakakku?” tanyanya pada Mytha.

“Kenapa, apa kau tidak percaya kalau aku punya pacar?” Jeff yang menyahut.

“Cih, padahal aku sudah menyukai yang waktu itu, kenapa sekarang beda lagi.” keluhnya dengan wajah membrengut sambil melipat tangan di dada.

“Apa maksudmu Luna? Bukankah sudah aku bilang dia temanku dan lagi dia istrinya Dean. Tapi Mytha juga temannya Luna.” Jelas Dean.

“Apa dia tahu seperti apa kau dulu?” tanyanya.

Jeff terkekeh, “tenang saja dia tahu semuanya, aku tidak menyangka bahwa adikku ini ternyata begitu perhatian terhadapku,” ucapnya sambil tersenyum.

“Cih, aku hanya tidak ingin Ibuku kecewa. Dia tidak tahu kalau kau gay dulu, aku datang kesini untuk memastikan apa kau benar-benar punya pacar wanita, atau pacarmu justru wanita jadi-jadian,” ujarnya.

“Hey, apa maksudmu dengan wanita jadi-jadian, aku ini benar-benar wanita,” Protes Mytha.

“Benarkah, tapi kenapa benda yang menonjol di dadamu kecil sekali. Punya temanku saja lebih besar dari pada punyamu,” ucapnya dengan nada datar, seolah apa yang dia katakan ada lah biasa baginya.

Jeff mendengus senyum, sedang Mytha melempar tatapan kesal, mau protes tapi dia adik bosnya, dan lagi apa yang Alex katakan benar adanya, ah sudahlah.

“Hey bocah, apa hanya itu yang kau lihat dari wanita? Jaman sekarang pria juga bisa punya dada besar,” keluh Mytha.

Alex hanya berdecak pelan sebagai jawaban.

“Ibu senang saat melihat berita tentang kau yang sekarang punya pacar, dia ingin kau membawa pacarmu pulang,” Alex kembali berucap.

Jeff mendengus pelan, “tentu, tapi tidak sekarang. Lagi pula Mytha juga belum siap, ya kan Honey,” Jeff meminta pendapat.

Mytha hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Apa Ibu tahu kau datang kemari?” tanya Jeff.

Alex diam tak menyahut. Sepertinya dugaan Jeff benar jika bocah ini kabur dari rumah.

“Aku akan menghubungi Ibu dan bilang kau ada disini.” Jeff meraih ponselnya.

“Tidak, jangan sekarang,” cegahnya.

“Kenapa? Kau membuat masalah lagi?”

Lagi-lagi Alex hanya diam, sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. Bocah ini memang suka sekali berkelahi, dia tak banyak bicara namun banyak bertindak, gurunya sering kali mengelukan tindakannya yang tak segan memukul temannya jika mereka bertengkar.