Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wedding
Bagaimana kehidupan seorang Ryu Dean sejatinya? Seorang pemuda yang tidak tahu apapun selain berbisnis dan keuntungan.
Pasangan hidup? Dirinya sudah memilih Almira dari awal. Tidak ada keraguan, mengapa? Mungkin karena baginya cinta seperti bisnis atau membeli produk.
Dapat dilihat betapa cantiknya Almira, dari keluarga baik-baik. Tentang memiliki kekasih, ayahnya dulu bahkan merebut ibunya yang sudah memiliki kekasih.
Tapi.
Ada kalanya teori tidak akan sesuai dengan praktek. Bagaimana memilih sayuran yang mulus, tapi terlalu banyak pestisida. Sedangkan sayuran berlubang terkadang lebih sehat. Mungkin pengalaman hidup akan sedikit menamparnya.
Seperti kali ini, entah apa yang ada di otaknya. Ryu Dean, atau kita sebut saja Yudha tidak pergi dengan sekretarisnya. Tapi lebih memilih menyewa ojek online.
Tapi kali ini dirinya yang mengendarai motor matic tersebut. Sedangkan Fiona yang berada dalam boncengannya.
"Kita mau kemana?" Tanya Fiona setengah berteriak.
"Seperti katamu, aku akan melamarnya. Bantu aku mempersiapkan nya!" Jawaban Yudha, menambah laju kecepatan motornya. Kala itulah, Fiona memegangnya lebih erat.
Yudha tersenyum menyadari gadis ini menyandar di punggungnya.
"Pelan-pelan!" Teriak Fiona, tanpa menemukan jawaban.
Sebuah perasaan yang aneh bagi Yudha. Melakukan video call dengan Almira, bahkan wanita itu membuka pakaiannya. Segalanya ada di benaknya, tapi tidak seperti kenangan indah atau penuh napsu. Sebuah fakta yang begitu mengejutkan dan mengecewakan baginya.
Dirinya bahkan enggan ikut membuka pakaian. Mematikan panggilan sepihak itulah yang dilakukan olehnya.
Ini... agak... aneh... mengecewakan?
Tapi seperti kata Fiona, mungkin melamarnya dapat membuat segalanya berubah. Walaupun sejatinya Yudha juga tidak yakin.
Menghentikan motor Fiona di tempat parkir sebuah mall.
"Ayo masuk." Fiona menarik tangannya penuh semangat. Tentu saja tidak sabar untuk ditraktir. Karena membatu Yudha mempersiapkan lamarannya.
Anak Taipan? Sultan? Chaebol? Entah apa istilahnya. Setelah membelikan Fiona beberapa kantong makanan, mereka memasuki sebuah butik ternama.
Kala itulah perlakuan tidak biasa didapatkan oleh Fiona. Dirinya dibimbing duduk di sofa besar, seperti menemani pelanggan VIP. Menunggu Yudha mengganti pakaiannya.
Kala itulah tirai terbuka, Yudha terlihat tersenyum menawan memakai setelan tuxedo putih.
Seketika Fiona yang tengah mengunyah sosis jumbo tertegun. Benar-benar seperti aktor atau model, tidak kak security benar-benar keren. Tapi bukankah harga bajunya pasti mahal? Apa kak security bisa membayarnya.
"Bagaimana? Apa menurutmu Almira akan terkesan dengan penampilanku?" Tanyanya pada Fiona, menyadarkan pemuda ini hanya sahabatnya.
"Tentu saja! Semua wanita akan berteriak melihatmu. Kecuali aku, di mataku semakin hari kamu semakin jelek." Celetuk Fiona jujur.
Mengapa? Karena cinta yang tidak akan menjadi miliknya tidak boleh dikagumi olehnya.
"Jangan bilang kamu mengatakan aku seperti slime lagi." Pemuda itu berusaha keras untuk tersenyum.
"Benar!" Fiona mengangguk, dengan kesal Yudha melangkah mendekatinya. Memakan sosis jumbo yang ada di tangan Fiona.
"Kenapa kamu habiskan!" Teriak Fiona.
"Karena aku yang mentraktirmu tapi kamu mengatakan aku menyerupai slime?" Yudha mengangkat salah satu alisnya.
"Tapi memakan, makanan sisaku. Itu artinya ciuman tidak langsung. Iih! Aku kan jadi malu." Celetuk Fiona, membuat Yudha memijit pelipisnya sendiri.
Tapi anehnya dirinya tidak bisa marah. Malah sedikit melirik sudut bibir Fiona, dimana terdapat saus mayones di sana. Tangannya bergerak perlahan membersihkannya.
"Jujur saja, aku tidak pernah memiliki teman, karena dari kecil terlalu sibuk belajar dan bekerja. Mereka yang mendekatiku, memiliki maksud hanya untuk mengejar keuntungan. Kamu orang pertama yang aku anggap sebagai teman." Kalimat hangat penuh senyuman dari seorang pemuda yang biasanya dingin.
Fiona tertegun diam sejenak. Jantungnya berdegup cepat dengan jarak sedekat ini, memandangi wajah yang begitu indah. Tapi sekali lagi cinta ini bukanlah miliknya.
Karena itu berusaha untuk tersenyum, mengantarkan Yudha pada wanita yang dicintainya olehnya. Itulah yang dilakukan Fiona.
"Kak security, saat lamaranmu di terima, jangan lupa traktir. Selain itu setelah kamu menikah nanti, kita tidak boleh berteman lagi." Kalimat aneh dari Fiona.
"Kenapa?" Tanya Yudha.
"Karena teman wanita hanya akan menyakiti hati istri atau pacar. Begitu juga aku nanti, saat punya pacar, aku tidak akan berteman denganmu lagi." Kata-kata masuk akal dari Fiona.
Tapi bagaikan Yudha kesulitan menerima logika yang begitu masuk akal ini. Menyenangkan memiliki Fiona sebagai temannya. Dirinya menatap ke arah tangan itu. Tangan yang entah kenapa ingin digenggam olehnya.
"Sudahlah! Aku sudah memilih sekitar lima setel pakaian. Kamu tidak mau beli?" Tanya Yudha.
"Tidak! Tidak ada yang cocok denganku. Tapi---" Kalimat Fiona terhenti.
"Tapi?" Yudha mengernyitkan keningnya.
"Aku ingin mencoba mengenakan gaun pengantin. Kemudian mengambil beberapa foto." Fiona terkekeh.
Yudha menipiskan bibir menahan tawanya. Mall ini merupakan salah satu aset milik ibunya. Wajar saja kemanapun dirinya masuk akan diperlakukan seperti pelanggan VIP.
"Aku akan bicara pada pemilik butik." Jawaban penuh senyuman dari sang naga.
*
Apa yang tidak bisa dikabulkan olehnya. Kali ini Yudha yang duduk membuka katalog. Kala itulah tirai terbuka.
Gaun putih begitu indah terlihat, matanya tidak bisa berkedip selama beberapa puluh detik. Menelan ludahnya, darahnya mengalir dengan cepat. Bukan tipikal pakaian terbuka, pakaian pengantin panjang, dilengkapi dengan kain brokat pada bagian leher hingga lengan.
Sarung tangan indah, pengantin wanita yang tersenyum hangat. Hanya senyuman sederhana, tapi berhasil membuatnya tertegun.
"Ayo ambil foto!" Suara bentakan Fiona menbuat dirinya tersadar dari lamunannya.
"Iya! Cerewet!" Ucap Yudha mengambil handphone Fiona. Mengambil beberapa foto, pandangan matanya tidak dapat lepas.
Foto yang begitu anggun. Bukan fotonya tapi orangnya. Tangannya sedikit gemetar, membayangkan bagaimana jika gaun itu dibuka. Bagaimana jika bibir wanita itu dinikmati olehnya.
Tidak! Yudha melenyapkan pemikirannya. Berusaha bertindak senormal mungkin.
"Apa cantik!?" Tanya Fiona.
"Jelek seperti slime!" Jawab Yudha ketus.
Fiona menatap sinis, menjulurkan lidahnya."Kamu yang jelek!" Teriaknya kembali memasuki ruang ganti.
Sedangkan Yudha yang sudah meletakkan handphone Fiona, sedikit melirik. Dirinya membuka galery, memperhatikan satu persatu foto yang baru saja diambil olehnya.
Wajah Yudha tersenyum, diam-diam mengirim gambar tersebut pada handphonenya sendiri. Kemudian menghapus riwayat pengiriman agar tidak ketahuan.
Tangannya sedikit bergerak, menunggu Fiona berganti pakaian. Ada beberapa foto Fiona disana, benar-benar aneh wanita ini. Bahkan ada fotonya dengan cosplayer taman hiburan yang bergaya ala tokoh animasi.
Tapi tangan Yudha terhenti menyadari sesuatu. Vidio dimana Derio dan Almira hampir melakukannya di perpustakaan. Bagaimana ciuman itu begitu dalam. Bagaimana sepasang organ hanya bergesekan belum menyatu. Bagaimana...
Menghela napas kasar, kembali meletakkan handphone Fiona. Aneh bukan? Tidak ada air mata yang mengalir. Dirinya bagaikan tidak merasakan apapun.
"Sudah! Ayo kita pilih cincin dan membeli bunga!" Teriak Fiona yang telah mengembalikan gaun pengantin.
"Ayo!" Teriak Yudha yang telah membayar pakaiannya. Kemudian berjongkok di hadapan Fiona, gadis yang naik ke punggungnya. Membawa beberapa paperbag.
Berlari dan tertawa seperti anak kecil. Sebuah persahabatan yang indah bukan.
Apa yang sejatinya ada dalam otak Yudha, setelah melihat video yang dapat dikatakan hampir dewasa tersebut? Tentu saja kesal, berapa jumlah uang yang dikirimkan ibunya untuk membeli kesetiaan Almira.
Tapi tidak! Hari ini dirinya ingin tahu satu hal lagi. Lamaran besok akan dipercepat olehnya menjadi hari ini. Mengapa? Ada alasan tersendiri... Dalam senyuman seorang Ryu Dean.
Apa yg akan kamu lakukan kalau pinguin mu hanya di suruh ini dan itu di perusahaanmu....
Bakalan seru nih...
Jika nyawa sudah ditenggorokan maka tidak ada kesempatan untukmu bertobat🤣🤣🤣🤣🤣🤣