Novel Kolosal (Kerajaan)
Bagaimana jadinya, jika kamu menemui kenyataan yang ternyata berbeda dengan apa yang kamu kira, hingga kamu menyesal telah membenci orang yang salah?
Bagaimana jika kamu akhirnya jatuh cinta pada seseorang selalu kamu sakiti dan kamu abaikan? Bagaimana caramu untuk mendekapnya kembali?
*****
WARNING : Novel ini mengisahkan tentang pernikahan, yang memuat beberapa kontak fisik. Sangat dimohon untuk bijak.
*****
"Jika tidak bisa mencintai aku, tidak bisakah sedikit saja kasihan kepadaku?" Putra Mahkota menatap tulus istrinya, Lee Youra. Wanita yang menjadi permaisurinya itu, bahkan berusaha untuk membunuhnya.
*****
Terlahir dari keluarga bangsawan terhormat, Youra hidup bahagia bersama ayah, ibu, dan Young, kakak laki-lakinya yang sangat tampan. Namun, bagaimana jadinya, jika pada akhirnya dia menjadi miskin dan sebatang kara? Lee Youra tumbuh menjadi gadis kejam yang bersumpah akan membalaskan dendamnya.
Kematian kedua orang tuanya dianggap kasus perampokan dan dilupakan begitu saja oleh istana, padahal ayahnya adalah pejabat kesayangan raja.
Ditambah, Youra menemukan lencana milik Putra Mahkota di lokasi kematian sang kakak, malah menambah daftar kebenciannya untuk para penghuni istana.
Namun, suatu hari istana memaksa Youra yang sudah punya kekasih untuk menjadi istri Putra Mahkota yang dikenal hina, pria yang sangat dibencinya.
"Aku akan melenyapkan mereka semua, bahkan suami bodoh yang memaksaku untuk menikah dengannya."
Antara dendam dan kebencian, adakah cinta diantaranya?
Mari menyelam lebih dalam, menuju kisah yang mengharukan.
Mulai dari suami yang terabaikan hingga suami yang mengabaikan. Istri yang tak dianggap sampai istri yang berusaha membunuh suaminya sendiri. Mulai dari harapan dan cinta terlarang hingga cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Politik, tahta, persahabatan, cinta, wanita, harta, dan rasa percaya, semuanya telah dikemas dengan menarik di dalam kisah dengan latar zaman kuno (Kerajaan) "BISAKAH AKU MELIHATMU LAGI"
Mari belajar banyak hal lewat novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Beberapa hari kemudian, di biro pendidikan para pelajar dihebohkan dengan kabar bahwa akan ada guru baru untuk para pemuda. Mereka semua terburu-buru dan menabrak Youra hingga kertasnya berserakan di tanah.
“Hai Adik Ipar!” teriak Ara dari jauh sesaat sebelum dia berlari mendekati Youra.
“Ada apa ini? Kenapa mereka berbondong-bondong ke sana?" tanya Youra.
“Apa kau tidak tahu? Mereka sedang menunggu guru baru yang katanya masih sangat muda. Usianya sama dengan kakakmu. Dia pemilik nilai tertinggi ujian kenegaraan,” jelas Ara.
Ara menatap kertas-kertas itu, sedikit berjongkok membantu Youra mengutipnya. Namun, tiba-tiba..
“Ini ketinggalan".
Ingatkah, soal bintang yang sangat terang, yang membuatku jatuh hati?
Tiba-tiba suara seorang pemuda terdengar berada di antara mereka sambil memberikan beberapa lembar kertas padanya.
Youra dengan sigap mengambil kertas itu tanpa memandang wajah pemuda itu.
“Sudah berapa kali, kertasmu terjatuh karena orang lain?” tanya sang pemuda dengan senyum manisnya, meninggalkan Youra yang terpana oleh pesonanya.
Dia membuatku berkali-kali jatuh hati.
Youra yang menyadari, bahwa pemuda itu adalah pemuda yang waktu itu menabraknya. Pemuda yang sama, yang ia lihat dari sudut kedai kecil, pemuda yang selama ini membuatnya gugup.
“Itu dia! Guru baru yang mereka bicarakan. Namanya Jun. Raja secara istimewa membiayai pendidikannya karena kepintarannya".
Dia adalah Jun, cinta pertamaku.
Curiga
Sejak saat itu, meski dari jauh, aku mulai memperhatikannya. Mencari cara, agar dapat melihatnya. Aku menggunakan kakakku sebagai alasan ke biro pendidikan pemuda, hanya untuk sekedar melihatnya.
Tapi suatu hari,
“Permisi, apa kalian melihat kakakku?" tanya Youra pada salah seorang pelajar.
Awalnya, aku terlalu tak peduli, pada apa yang sebenarnya terjadi, karena jatuh hati. Aku hanya sibuk mencari celah agar dapat melihat Jun.
“Aku tidak tahu. Dan kalau pun kau bertanya pada yang lain, mereka juga tidak akan tahu,” jawab mereka.
Tanpa ku sadari, kapanpun aku mencari kakak, mereka selalu mengatakan “tidak tahu”.
“Hai, apa kakakku ada di dalam?” tanya Youra pada teman kakaknya.
“Aku tidak tahu,” jawab pemuda itu.
Hal itu selalu berlanjut.
“Kami tidak tahu. Jung Hyun mungkin tahu".
Kakak tidak pernah ada.
Youra mencari Jung Hyun di sekitar biro pendidikan berharap kakaknya saat itu sedang bersamanya. Ia berkeliling, memutar kecil di sekitar biro pendidikan, tetapi hasilnya nihil. Kakaknya tidak ada disana.
“Adik Ipar, kenapa kau murung sekali? Kau menunggu kakakmu?” tiba-tiba Ara datang merangkul pundak Youra yang tampak kusut.
“Bisakah kau tidak memanggilku seperti itu?” jawab Youra.
“Kau tidak perlu khawatir. Kalau nanti aku sudah menikah dengan kakakmu, aku akan menjaganya siang dan malam. Aku akan membuatkannya makanan kesukaanya. Aku akan menjahitkan dia pakaian yang baru dan indah. Aku bersumpah untuk itu. Aku akan memeluk dan menci..”.
“Apa? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Kakakku bukan pria manja. Dia mencuci piringnya sendiri di rumah. Dia bahkan bisa masak sendiri, mencuci pakaian sendiri. Kau membuatku geli dengan membayangkan itu semua. Dia tidak akan tumbuh menjadi pria romantis,” jawab Youra.
Mendengar itu, Ara hanya tersenyum cerah dan menarik tangan Youra pulang.
“Aku tidak tahu, seberapa lama lagi aku bisa melihatmu tertawa. Kumohon, perhatikanlah kakakmu dengan baik,” gumam Ara yang sebenarnya juga khawatir.
**
Hari itu, hujan turun sangat lebat. Aku menunggu kakakku lewat di gerbang biro pendidikan tanpa sepengetahuannya. Aku tak pernah tahu, apa yang selama ini dia lakukan. Aku mencarinya, tetapi di tengah hujan yang lebat itu, aku malah melihat Jung Hyun keluar sendirian dari sebuah rumah kosong tak jauh dari sana.
“Kak Jung Hyun!" teriak Youra.
Jung Hyun yang mendengar itu langsung menghampirinya.
“Nona Youra? Kenapa belum pulang?" tanya Jung Hyun.
“Aku menunggu kakakku. Apa dia bersamamu?" tanya Youra.
Jung Hyun terdiam beberapa saat.
“Oh, Nona tahukan aku ini sangat mengagumi kepandaian kakakmu? Jadi sebenarnya, aku memintanya untuk mengajariku sepulang belajar setiap hari. Sekarang ini, dia sedang sedikit berlatih. Kalau begitu, ayo pulang. Aku akan mengantarmu selagi kakakmu belum selesai. Nanti, dia akan pulang setelah selesai berlatih” jelas Jung Hyun.
Saat itu, aku berusaha untuk percaya padanya.
Tapi, dengan jelas aku melihat wajahnya yang pucat dan gugup.
Jung Hyun tiba-tiba memegang tangannya.
“Aww!" keluhnya pelan.
Kakakku, tidak pernah ingin melukai siapapun, jika hanya sekedar berlatih.
Sejak saat itu, kecurigaanku begitu dalam.
Youra berpikir keras di sepanjang jalan, mencoba mengusir seluruh pikiran buruk yang menghantui otaknya. Ia terus saja menurunkan perasaan buruk itu dan menghalaunya jauh-jauh, hingga tanpa sadar, akhirnya ia sampai dirumah.
“Ibu, aku pulang".
“Kau mandi hujan?" tanya ibunya yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
“Ibu,” panggil Youra.
Nyonya Eri menoleh kepada Youra, yang duduk bersandarkan meja.
“Apa, apa Ibu tahu kenapa kakak selalu pulang terlambat?” tanya Youra.
“Tentu saja. Kakakmu, dia itu sangat rajin berlatih. Setiap sore, dia akan berlatih bersama temannya,” jelas sang ibu yang kembali beraktifitas.
Karena ibu yang mengatakannya, aku pun mempercayainya.
”Nona, Anda kehujanan? Duduklah, aku akan mengeringkan rambut Anda".
Nana datang dan mengambil handuk kecil untuk Youra. Nana membersihkan helaian rambutnya, dan mengelap
rambut itu sedikit lamban. Sang ibu, akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kau tahu, sejak ada kau di rumah ini, aku benar-benar punya seorang teman. Aku tidak sendirian lagi, jika seluruh keluargaku sibuk. Kau ini, seperti kakak bagiku. Bagiku kau adalah sahabat sekaligus keluargaku. Jadi, aku harap jika suatu hari nanti kau menikah, kita harus tetap menjadi keluarga ya?".
Mendengar itu, Nana menundukkan wajahnya cepat.
“Nona, terimakasih sekali. Aku tidak akan menikah. Aku akan tetap melayani Nona selamanya,” jawab Nana.
“Ais, kau ini bicara apa? Meski usiaku belum 13 tahun, aku tahu kok, kalau seluruh anak perempuan akan menikah bahkan di usia yang masih 13 tahun. Kau tidak boleh berkata seperti itu. Kau ini mengingatkanku pada kakakku yang tergila-gila pada pedang itu. Aku tidak tahu seperti apa dia besar nanti, dengan sifatnya yang kejam itu".
Youra yang sedang berusaha mengusir keraguannya, mencoba untuk tersenyum dan lanjut bercerita.
“Hm, aku bingung dengan diriku sendiri. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kepalaku, tetapi, aku mencurigai kakakku sendiri. Bukankah itu lucu? Bahkan belum lama ini, aku mencurigai Ara, temanku. Ah iya, aku lupa. Aku akan memperkenalkanmu pada Ara. Dia pasti sangat menyukaimu”.
Youra yang sibuk bercerita itu, tidak sadar bahwa saat itu, Nana tidak ceria seperti biasanya. Ia terus menyembunyikan wajahnya.
Sangat jelas terlihat di mataku, wajahnya saat itu. Nana, yang biasanya sangat ceria dan semangat mendengar ceritaku, aku dengan jelas melihat matanya. Dia seperti habis menangis hebat.
“Nana, kau, kau baik-baik saja?”.
Dia yang saat itu tertunduk, tiba-tiba menangis dan memelukku.
“Nona, maafkan aku”.
Aku tidak tahu, apa yang dia katakan saat itu, tetapi kenapa, rasa sakitnya menembus hingga ke jantungku.
**
Malam itu, Young tidak lagi pulang terlambat. Ia kembali ke rumah bersama ayahnya. Youra melihat kakaknya pulang, berusaha mencari cara untuk diam-diam mengikuti kakaknya hingga ke belakang. Young membuka jubahnya disana. Ia meletakkan sepatunya dekat anak tangga, dan mencuci pakaiannya itu segera.
Hari itu, aku melihat dengan jelas, air yang mengalir dari jubah kakakku berwarna merah.
Tak lama setelah itu, Youra berlari cepat ke ruang keluarga. Mereka duduk di ruang keluarga bersama-sama tanpa Nana. Saat itu, Nana tiba-tiba izin pergi untuk mengunjungi makam ibunya.
Hari itu, bulan bersinar sangat terang di langit. Angin berhembus mesra hingga aku tak ingin melewatkan sedetikpun juga. Malam dimana kekhawatiranku mencuat tinggi, terhadap apa yang baru saja kulihat. Namun, aku berusaha berpikir jernih. Mungkin saja, ada luka kecil yang kakakku dapatkan.
“Wah wah, Ibu kalian masak sup ayam,” sang ayah membuka suasana.
“Hari ini, putriku tersayang bilang ingin makan sup ayam. Kebetulan ini makanan kesukaanmu dan Young juga, jadi aku memasak satu ekor ayam menjadi sup”.
Nyonya Eri mengambilkan nasi untuk suami dan anaknya.
Youra saat itu hanya melamun. Pikirannya tak dapat terkendali dari ingatannya terhadap jubah kakaknya yang berdarah. Seolah melayang, ia tak dapat memahami perasaannya sendiri.
“Youra, ada apa? Apa sup ayamnya tidak membuatmu lapar?” tanya sang ibu.
Saat itu, Young datang sehabis mandi. Ia duduk di depan adiknya, melipat kakinya dan bersila rapi.
“Aku hanya ingat Nana, Bu,” jawab Youra berusaha menghindari hatinya sendiri.
“Tenang saja, Ibu sudah menyisihkan ayam ini untuknya. Kalian makanlah dulu,” jelas sang ibu.
Youra, ia terus memperhatikan sang kakak yang tampak baik-baik saja.
Saat itu, ia tampak baik-baik saja. Apa yang sedang dia sembunyikan?
Youra menghilangkan pikiran buruknya. Namun tak lama saat mereka sedang makan, tiba-tiba Nana kembali pulang membawa beberapa buah.
Saat Nana tiba di ruang keluarga, buah-buahan itu terjatuh begitu saja dari tangannya dan menggelinding ke arah Young, karena matanya yang takjub melihat Young dengan rambut basahnya yang terjuntai menambah pesona ketampanannya. Lantas, semua orang terkejut.
“Nana, kau sudah kembali? Ayo kemarilah makan bersama kami,” ajak Youra.
Nyonya Eri pun mengambilkan piring untuknya.
“Maafkan aku Nona, mana mungkin aku berani,” tunduknya terburu-buru.
“Buah jeruk?” tanya Young dengan suara beratnya, sambil memegang buah yang menggelinding ke arahnya tadi.
“Ha? Ii, iya Tuan. Iya Tuan Muda,” Nana gugup.
“Cepatlah kemari, makan dulu bersama kami, Nak. Baru setelah itu, kau bisa mengupaskan jeruk ini untuk putraku. Dia sangat suka buah ini,” pinta Tuan Lee.
“Ba, baik Tuan".
Aku memperhatikannya dengan jelas.
Nana tampak berusaha mengatur napasnya, ia terburu-buru duduk hingga tak sengaja menginjak roknya sendiri. Tingkah lucunya membuat semua orang yang ada disana tertawa.
Kakakku Young, dia tersenyum di depan orang lain, untuk pertama kalinya.
Nana yang hampir saja terjatuh ikut sedikit tertawa. Dia sangat malu, tetapi berusaha tetap tenang dan pelan-pelan duduk. Namun, matanya malah terus melirik-lirik Young. Saat itu, Young yang sedang makan ikut tersenyum karena tingkahnya. Melihat senyum Young yang menawan, membuat Nana terpelongo tak sadarkan diri. Dia yang berusaha tampak elegan, malah kembali tidak sengaja menyenggol buah jeruk itu, hingga jeruk-jeruk itu jatuh dan berserakan.
“Ha? Maaf, maafkan aku Tuan Muda, maafkan aku. Tolong jangan usir aku dari sini, aku sangat menyayangi Nona Youra,” spontan Nana sambil bersimpuh di lantai yang malah membuat semuanya terkejut dan tertawa.
“Sebegitu takutnya kau pada putraku?" tanya Tuan Lee sambil tertawa.
“Putraku Young tidak seperti itu. Meski tampak mengerikan, dia ini orang berhati hangat,” jelas Nyonya Eri sambil menaruh sepotong ayam ke mangkuk Nana.
Young saat itu hanya diam saja dan terus memakan makanannya.
Aku melihat dengan jelas, kakakku, ada sesuatu yang sedang dia pikirkan.
Malam itu, berlalu begitu indah dan bahagia. Mereka berbincang sebentar lalu beranjak tidur setelahnya, menikmati indahnya malam melalui mimpi mereka.
Entah kenapa aku merasa, ada yang aneh malam itu.
**
sukses
semangat
mksh
Setelah "bisakah aku melihatmu lagi"
dan "suamiku, sumpah aku cinta kamu"
Semangattttttttt