Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Selama sakit Marcel merasa senang. Mendapatkan perhatian tulus dari kekasihnya membuat Marcel sangat senang. Selama didiami Luna, Marcel gelisah. Namun sekarang, saat Luna memperhatikannya seperti ini membuatnya tenang.
"Kamu kenapa lihatin kayak gitu?" Luna bingung melihat Marcel yang sejak tadi memperhatikannya.
"Senang aja lihat kamu perhatiin aku kayak gini,"
Luna hanya membalas senyuman saat mendengar perkataan dari Marcel. Kemudian Luna kembali mengompres Marcel yang sedang demam.
"Istirahat ya, biar cepat sembuh!" Luna mengelus rambut halus Marcel. Marcel menutup matanya, menikmati elusan yang diberikan Luna.
"Aku sayang kamu!" Perkataan itulah yang selalu diulang Marcel. Apalagi saat akan tidur, dirinya selalu mengatakan. Marcel ingin Luna selalu tau bahwa dirinya selalu menyayangi dan mencintai Luna.
...****************...
Di kantornya, Marcel termenung memikirkan Luna yang kembali menjauhinya. Padahal saat dirinya sakit hingga kemarin, Luna masih berbicara dengannya. Namun sekarang, Luna kembali lagi mendiaminya. Pesannya sejak pagi tak dibalasnya. Membuat Marcel kembali gusar.
Sean yang sejak tadi melaporkan jadwal milik Marcel hanya berdiri diam, memperhatikan bosnya. Sean terkejut melihat wajah frustasi dari Marcel. Apalagi saat Marcel mengajak rambutnya, Sean langsung menunduk.
"Sean, bisa ubah jadwal saya hari ini?" Marcel menatap Sean datar dan serius.
Sean yang ditatap seperti itu berkeringat dingin. Suasana hati bosnya yang memburuk setelah cuti sakitnya, membuatnya gelisah. Mengingat jadwal saat ini adalah agenda penting. Apalagi absennya Marcel selama 4 hari membuat pekerjaan semakin menumpuk.
"Sean?" Marcel menatap Sean serius. Kedua tangan yang menopang dagu dan tatapan mata yang seolah melihat mangsa, membuat Sean gemetar.
"Maaf sebelumnya bos, hari ini ada agenda penting yang sudah tertunda saat anda sakit. Jadi..." Sean tak berani melanjutkan perkataannya saat menyadari tatapan Marcel semakin tajam.
"Jadi?"
Sean gugup, dirinya memilin tangannya saking takutnya.
"Ini penting bos, anda harus meeting dengan para investor hari ini bos!" teriak Sean dengan penuh keberanian. Dirinya tak tahan dengan aura gelap yang dikeluarkan Marcel saat ini.
Marcel yang mendengar suara keras Sean hanya duduk diam. Dirinya memikirkan perkataan mengenai agendanya hari ini.
"Hanya itu?"
Sean diam. Nada datar Marcel membuatnya menegang. Dirinya takut saat ini.
"Saya tanya, hanya itu yang penting?"
"A-ah, iya bos. U-untuk hari ini agenda itu yang terpenting," jelas Sean dengan gelagapan.
"Baiklah, majukan agenda itu. Setelahnya ubah semuanya!" perintah Marcel langsung dilaksanakan oleh Sean. Sean mengangguk dan mengiyakan, lalu keluar karena sudah merasa tak tahan.
Sedangkan Marcel, terdiam memikirkan pesannya yang tak dibalas oleh Luna sejak tadi pagi.
...****************...
Berbeda dengan Marcel, Luna saat ini melihat-melihat gedung butik yang baru saja ia beli. Bersama Putri, Luna melihat gedung yang akan ia jadikan butik bersama dengan temannya itu.
"Gedung ini keren. Pinter juga lo nyarinya, Lun!" seru Putri yang antusias melihat gedung yang akan menjadi calon butiknya nanti.
Luna senang melihat Putri merasa cocok dengan gedung ini. Gedung ini adalah gedung bekas tempat pelatihan balet. Sungguh gedung yang sangat ia inginkan untuk menjadi tempat butiknya kelak.
"Syukurlah kalau cocok!"
"Oh iya, rencana kita buat pindah ke apartemen bersama jadi?" tanya Putri yang menanyakan rencana mereka untuk tinggal bersama di sebuah apartemen.
"Jadi! Aku juga udah cerita ke mama dan papa. Mereka setuju aja!" Luna tau bahwa kedua orang tuanya akan setuju saja jika dirinya akan tinggal bersama Putri. Mereka sangat percaya dengannya.
"Okelah, gue juga udah nemu apartemennya. Bagus kok, pasti cocok juga buat lo!" Luna hanya diam. Dirinya sangat tau selera Putri yang hampir sama dengannya. Jadi, dirinya pasti tak masalah dengan desain ruang apartemennya nanti.
TRINNGGGG..... TRINGGG.......
Luna melihat pesan di ponselnya. Melihat siapa pengirimnya, Luna menyeringai. Merasa bahwa rencana yang ia buat membuahkan hasil.
Putri yang melihat senyum seringai Luna yang menandakan bahwa mangsa telah menangkap buruannya. Ekspresi yang janggal itu seolah tertangkap jelas di depan matanya. Ekspresi yang menandakan bahwa rencana telah berhasil tertangkap.
"Putri, kayaknya aku harus pulang deh!" seru Luna dengan berjalan dan memasuki mobilnya.
"Oke, hati-hati!" teriak Putri yang melihat kepergian Luna.
Di dalam mobil, Luna menyeringai saat mengingat isi pesannya. Seolah sudah putus asa karena seseorang tak bisa bertemu dengannya. Merasa frustasi karena tak ia hiraukan.
...****************...
Maaf ya baru up dan cerita kali ini sedikit pendek, karena aku baru sembuh. Jadi tolong dimaklumi ya 🙏🙏
Semoga kalian menikmati alur ceritanya. Sampai jumpa di next chapter ya 😊
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.