NovelToon NovelToon
Maaf, Takdirku Bukan Bersamamu

Maaf, Takdirku Bukan Bersamamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Selingkuh / Cinta Terlarang / Dijodohkan Orang Tua / Pengawal
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Aletha seorang cucu angkat dari konglomerat dijodohkan dengan pria yang juga merupakan konglomerat. Pernikahan paksa berlangsung demi menjaga perusahaan keluarga Aletha dari ambang kehancuran.

Namun dalam kehidupan cintanya, Aletha tidak memiliki riwayat percintaan yang baik begitu juga dengan pernikahannya. Tetapi nasib berkata lain, dalam kehidupan rumah tangganya terselip pria lain yang menjaganya dengan baik.

Lalu apakah yang akan terjadi dalam rumah tangganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar Baik dan Buruk

Bekas kemerahan yang ada pada kulit di bagian bawah lehernya menjadi pertanyaan untuknya. Dalam benaknya kemungkinan bekas ini ditanggalkan oleh nyamuk.

Keberadaanya dalam kamar setelah ia bangun adalah ulah David. Dirinya merasa malu karena tertidur di samping David. Namun nasi sudah menjadi bubur dan kini ia malu menatap David.

Di meja makan David memerhatikan Aletha. David merasa salah sangka mengira Aletha menghindar dan tau yang telah dirinya lakukan kepada Aletha. Keduanya terjebak dalam lamunan masing-masing hingga keduanya berusaha meminta maaf.

"Maafkan aku," ucap keduanya secara serentak.

"Apa? Ti-tidak maafkan aku, a-aku yang bersalah," kata Aletha dengan cukup terbata-bata.

David yang mendengarnya merasa janggal, mengapa Aletha merasa seperti itu.

"Maksudmu?" David bertanya dengan dahi yang mengkerut.

"Harusnya aku tidak tertidur. Maaf karena kau terpaksa mengangkatku. Aku tau aku berat dan aku takut itu membuatmu tidak nyaman. Maaf," ucap Aletha sambil menunduk.

David menghela nafas lega, ternyata ia hanya salah sangka dan Aletha belum tau apapun. "Tidak apa-apa, dan maaf aku telah menyentuhmu."

"Ah itu, tidak apa-apa."

Sembari mereka berbincang, Dion datang membawa beberapa berkas. Ia menatap Aletha dengan tatapan teduh. Aletha tersenyum kecil, hal yang ia nantikan telah tiba kabar dari Dion untuknya.

Berkas itu David bawa ke dalam mobil. Ia menepuk pucuk kepala Aletha dengan pelan dan pergi. Aletha menatap kepergian David dan beralih melihat Dion.

"Bagaimana?" Aletha bertanya Antusias.

"Aku mempunyai kabar baik dan buruk. Yang mana duluan yang ingin kau dengar?"

Pertanyaan Dion berhasil membuatnya sedih. Dia tahu meskipun kabar itu baik, kenyataan yang sebenarnya adalah buruk. Dengan berat hati ia harus mendengar kabar gembira dahulu sebelum mendengar kabar buruk.

"Kabar baik."

Dion merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah foto seorang wanita muda yang sangat cantik. Ia memberikannya kepada Aletha. Foto itu sudah usang dan terdapat robekan yang hanya menampilkan wanita yang mirip dengan Aletha.

"Itu ibumu. Aku mendapatkan foto ini dari pamanmu. Nama ibumu adalah Miranda," ucap Dion sembari merogoh saku celananya. "Dan ini, ada alamat tempat tinggal ibumu yang lama."

"Pamanku?"

"Benar, pamanmu telah lama tidak bersama ibumu. Ia telah putus hubungan. Pamanmu mengatakan bahwa hubungannya dengan ibunya tidak baik. Ibunya tidak merestui dia dengan wanita pilihannya. Oleh karena itu ia kabur ke kota lain. Dan ibumu saat itu masih dibawah umur."

Rasa sakit menyentuh diri Aletha. Perasaan memanas dan kerinduan menyebar. Ia tidak tahu harus berkata apa dan bereaksi seperti apa. Hanya mengetahui kabar persoalan pamannya saja sudah membuat dirinya begetar. Lalu bagaimana untuk kabar yang lain.

"Kabar baiknya aku menemukan alamat ibumu dan kita bisa mencari tahu ke sana. Tempatnya tidak jauh, sekitar tiga jam perjalanan untuk ditempuh."

"Kabar buruknya?" Aletha bertanya dengan perasaan tidak siap.

"Ibumu telah meninggal dunia tidak lama dari ia melahirkanmu. Penyebab kematiannya adalah bunuh diri."

Kata bunuh diri membuat hatinya runtuh. Mata bening itu kini mulai berair dan terlihat berkilauan. Air mata mulai menetes mengalir dari pipinya menuju tanah yang ia pijakan. Aletha menurunkan tubuhnya lalu duduk jongkok sembari menangis.

Tangisan yang terdengar pilu dari Aletha membuat Dion merasa bersalah. Ia ikut berjongkok dan menepuk pelan punggung Aletha. Gadis yang ada di sampingnya begitu rapuh. Ia tahu mengapa Aletha menangis berderai.

Satu hal yang membuat Aletha sangat merasa pilu adalah ibunya memilih bunuh diri setelah kelahirannya, apakah kelahirannya begitu hal yang menyulitkan bagi hidup ibunya. Perasaan bersalah Aletha karena lahir ke dunia sangat kuat. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Aku tidak tau harus berkata apa, tetapi apapun pilihan ibumu adalah hal yang sulit dan kau harus bisa menerimanya. Meskipun begitu, memilih melahirkanmu adalah bagian yang dia pilih. Kita tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Sebaiknya jangan terlalu larut dalam kesedihan, menangislah secukupnya."

Tangan yang tadinya mengelus punggung kini naik mengelus kepala Aletha. Dion ikut merasakan kesedihan yang gadis ini rasakan. Di bawah langit biru Aletha menangis menatap Dion yang ikut merasakan pahitnya hidupnya.

Mata mereka saling bertemu. Penglihatan Aletha terlalu kabur karena air mata yang menumpuk. Tetapi suara Dion dan sentuhannya dapat ia rasakan. Aletha mulai sadar bahwa dirinya sudah mulai jatuh cinta kepada Dion.

Uluran tangan yang terus Dion berikan kepada dirinya dan perkataan manis dari Dion membuat hatinya membukakan diri pada Dion bukan suaminya. Mengetahui hal itu dengan jelas Aletha tambah menangis. Ia takut ia akan kehilangan semua ini dan ia takut ia akan semakin membuat kesalahan.

Sudah merasa cukup menangis, Aletha menyandarkan dirinya pada bangku empuk yang ada di gazebo. Bagi dirinya bagian yang paling ia suka adalah gazebo di rumah ini. Bentuknya yang bulat dan di sekitarnya ada taman bunga serta kolam membuat pemandangan menjadi lebih indah.

"Apakah hanya sedikit itu identitas ibuku?" tanya Aletha memulai percakapan kembali.

"Kurasa tidak. Ini catatan alamat ibumu, artinya jika kita ke sana banyak hal yang dapat kita ketahui. Bukan hanya bisa menerka-nerka tetapi kita bisa mengetahui faktanya."

"Terima kasih telah membantuku," uca Aletha dengan mata yang cukup sembab.

"Sama-sama. Tetapi aku melakukannya berdasarkan janji, aku sudah berjanji kepadamu dan aku tidak mau mengingkarinya." Dion berkata dengan lebih santai.

"Hidupmu sepertinya lebih sulit." Perkataan Aletha membuat Dion bingung.

"Mengapa?"

"Punya tanggung jawab besar kepada adik perempuanmu. Bosmu yang menyuruhmu apa saja dan ..." Aletha menjeda kalimatnya kemudian menatap bunga-bunga yang bermekaran dengan indah. "Menjagaku serta membantuku dalam hal apapun."

"Aku tidak masalah. Itu sudah tugasku dan aku senang melakukan hal itu," sanggah Dion yang membuat pipi Aletha merona.

Untungnya Dion tidak dapat melihat wajahnya yang sudah merah merona. Aletha mengatur nafas dan meyakinkan kepada dirinya bahwa semuanya baik-baik saja, tidak boleh membuat perasaannya sampai terlalu jauh.

"Aku tidak bisa memberikan apapun selain kata terima kasih," kata Aletha yang tidak berani menoleh ke arah Dion.

Dion tersenyum kecil. "Kata terima kasih sudah cukup bagiku Nyonya."

Akhirnya Aletha menoleh ke arah Dion.

"Mau menjadi temanku?" ajak Aletha dengan suara yang lucu.

Mendengar ajakan Aletha yang lucu berhasil membuat Dion tersenyum lebar, istri bosnya ini sangat tidak bisa ditebak sedari awal. Aletha yang melihat Dion tersenyum jadi ikut tersenyum.

"Baiklah, sekarang kita menjadi teman. Aku hanya mau menjadi teman, bukan sahabatmu."

Perkataan Dion barusan membuat Aletha tertawa. Dion heran mengapa gadis ini bisa tiba-tiba tertawa disaat ia baru saja selesai menangis. Bahkan Aletha pun juga tidak tau mengapa dirinya bisa merona di saat matanya sembab.

"Ada apa?" tanya Dion masih dengan senyumannya.

"Karena sahabatmu adalah suamiku, jadi tidak bisa diganti." Alasan Aletha yang kini membuat Dion tertawa.

"Ada apa?" tanya Aletha bingung.

"Aku dan dia memang sahabat, tapi itu dahulu. Sekarang aku dan dirinya hanya sebatas bos dan tangan kanan. Dan ah, dia juga menyukaiku, katanya seperti itu," jawab Dion dengan penuh percaya diri.

Mereka berdua saling tertawa. Tapi dari jendela luar, Thea menatap mereka dengan tatapan khawatir.

"Celaka," gumam Thea dengan raut wajah penuh khawatir.

1
Claranita
gws
Claranita
WTF
Claranita
gwe juga kok, takut naik
Rembulan Pagi: samaaaa
total 1 replies
gadis semeru
lanjut
Nadivhazha
Terus thea juga tau perselingkuhan aletha? tapi jatuhnya belum selingkuh
Claranita
istrimu suka lukis toh bàng
Claranita
5555
Claranita
psikopet
Claranita
lahap yng mna tu bang
Claranita
Alexa?
gadis semeru
semangat 😘😘😘😘
Nadivhazha
You deserve better aletha, jangan pilih dion. Lo kalo milih Dion hidup lo gabisa bahagia karena David gila, please sama david aja
Nadivhazha
Emosi banget
Nadivhazha
Najis banget nih keluarga
Rembulan Pagi
FYI buat yang baca teliti, carreta ini nama bibinya
gadis semeru
semangat terus kak. Ayo kita terus berkarya🥰
Nadivhazha
Please ngaku lo tha, pasti merinding
Rembulan Pagi: wkwk iya dia merinding kok
total 1 replies
Nadivhazha
Tarik ga ucapan loo
Nadivhazha
Hahaha kocak
gadis semeru
semangat 😘😘😘😘😘
ceritanya rekomen banget buat dibaca
Rembulan Pagi: terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!