Gadis Cantik Kesayangan Badboy

Bara langsung berjalan dan menarik Lisna dari Lio membuat kedua manusia itu terkejut, Lisna sendiri terkejut melihat keberadaan abangnya di sana. Dia tidak tau jika abangnya itu sudah pulang dari luar negeri karena Bara sengaja tidak memberitahu Lisna. Biar surprise, pikirnya.

"Sayang, kamu ngapain jalan sama dia? Kamu selingkuh, hm? Aku tinggal beberapa bulan saja kamu udah berani selingkuh, apalagi jika setahun? Kamu pasti nikah sama cowok lain, kan?" Cecar Bara langsung menarik Lisna ke dalam pelukannya.

Lisna tersentak mendengar ucapan abangnya itu, Lio sendiri terkejut bukan main. Pemuda itu tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, ini pasti mimpi! Lisna miliknya dan hanya miliknya, pasti pemuda itu hanya bohong dan mengaku-ngaku pacar gadisnya itu.

Galen dan dua lainnya juga melongo namun mereka paham jika ini yang tadi di katakan oleh Bara supaya mereka tidak bocor soal hubungan Lisna dengan Bara yang adalah kakak adik.

"A-abang" Gugup Lisna tidak percaya dengan ucapan abangnya itu.

Gadis itu merasa bodoh tidak tau mau berkata apa, dia terkejut melihat keberadaan abangnya yang tiba-tiba ada di sekolah barunya. Dan lebih terkejut lagi mendengar ucapan abangnya itu yang menuduhnya selingkuh. Otak Lisna benar-benar dibuat Heng, tidak mengerti maksud abangnya itu.

"Kenapa kamu selingkuh dari aku, sayang? Kamu mau aku nikahin aja langsung biar gak bandal lagi, hm?" datar Bara.

'Ha. Ini bang Bara kenapa dah' batin Lisna ketar-ketir melihat tatapan tajam Bara padanya.

Lisna melirik Lio yang juga menatapnya dingin dengan tangan terkepal kuat. Wajah pemuda itu sudah memerah menahan amarahnya, tidak terima melihat gadisnya itu di peluk oleh Bara, anak dari sahabat papanya itu.

Tapi bisakah Lio marah? Dari yang dia dengar dari mulutnya Bara barusan, Lisna adalah pacarnya. Jadi apakah Lio perebut?

"Maksud Lo apa, Bar?" tanya Lio dingin dengan mata menyorot tajam kearah Bara.

"Lisna pacar gue! Kenapa Lo rebut Lisna, hah. Gue nganggap Lo sahabat gue karena bokap kita juga sahabatan, tapi Lo tega mau nikung gue" ucap Bara sinis.

Lisna terkejut mendengar ucapan Bara, jadi Abang sama pacarnya itu saling mengenal. Lalu kenapa abangnya itu berkata hal yang gak jelas seperti ini, mengatakan Lisna pacarnya.

"Gue gak tau Lisna cewek Lo, dan lagi Lisna gak pernah ngomong kalau dia memiliki pacar" jawab Lio menahan sesak di dadanya.

Dia sangat menyayangi gadisnya itu, bahkan mungkin tidak akan sanggup hidup jika Lisna pergi darinya. Lisna sudah dia jadikan alasannya untuk bahagia, Lisna adalah kebahagiaannya. Tapi kenapa?

Kenapa ini harus terjadi padanya? Lisna yang sudah dia sayangi itu ternyata pacar dari sahabatnya, Bara. Kenapa gadisnya itu tidak pernah jujur? Sekarang apa yang harus dia lakukan, dia tidak bisa hidup tanpa gadisnya itu.

"Gue gak akan marah sama lo karna lo gue anggap sahabat gue juga. Dan lagi Lo gak tau kalau Lisna cewek gue, tapi jangan lagi Lo coba-coba deketin cewek gue setelah Lo tau sekarang Lisna adalah milik gue!" Tegas Bara namun dalam hatinya mati-matian menahan tawa melihat wajah menyedihkan Lio.

Galen dan kedua sahabatnya juga merasa tidak tega melihat keadaan bos mereka yang terlihat menyedihkan dan wajahnya yang memerah menahan marah dan sesak di dadanya mengetahui fakta itu.

Tapi mereka hanya diam saja tidak ingin ikut campur, lagian Lisna adiknya Bara. Dan Bara hanya iseng pada bos mereka itu.

"Hm. Sorry kalau gue udah pernah rebut milik Lo" ucap Lio merasa sangat sesak di dadanya.

"Lis, Lo kenapa gak jujur dari awal? Gue harus bagaimana sekarang? Gue sayang sama lo, gue rasa kebahagiaan gue cuman Lo, Lis. Kenapa Lo gak bilang kalau sebenarnya Lo punya pacar? Lo jahat, Lis" ucap Lio merasa sangat terpukul.

Hatinya hancur berkeping-keping, baru saja dia merasa hidupnya berwarna setelah kedatangan Lisna tapi kini kembali redup setelah mengetahui Lisna bukan miliknya!

Saat Lisna ingin menjawab, Lio langsung pergi begitu saja melewati mereka dan juga Galen serta dua lainnya tidak di sapa oleh Lio.

Hati pemuda itu hancur, sangat hancur karena gadisnya itu ternyata milik sahabatnya. Dia tidak bisa marah pada siapapun, apalagi Lisna tidak menolak saat di peluk oleh Bara, sahabatnya itu. Itu artinya jika pemuda itu benar-benar pacarnya Lisna.

"Lio.." panggil Lisna hendak ingin mengejar pacarnya itu tapi di tahan oleh Bara.

Lio tidak menghiraukan panggilan Lisna dan tetap melangkahkan kakinya memasuki sekolah, hatinya sangat kacau dan dia hanya butuh ketenangan untuk mencerna dan berusaha menerima semuanya.

Hatinya menolak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar, tapi itu faktanya. Lio tidak bisa menerimanya tapi juga tidak bisa membantah.

"Adek is, siapa yang ngijinin adek pacaran, hm?" tanya Bara lembut tapi di tekan.

"Maksud bang Bara apasih, ngapain coba ngaku-ngaku pacarnya Lisna dan tadi gak ngijinin Lisna ngomong" kesal Lisna.

"Biar dia marah dan putusin adek, lah. Enak aja dia ngerebut adek kesayangan gue" ucap Bara posesif dan langsung merangkul pinggang Lisna.

"Bang Bara kenapa jahat, kalau Lio marah benaran sama Lisna. Lisna juga marah sama Abang" sungut Lisna.

"Jangan kasih tau ya, dek. Biarin aja cowok kamu itu uring-uringan, pokoknya jangan kasih tau Lio kalau kamu itu adeknya Abang. Abang masih ingin buat dia menyedihkan" ucap Bara tersenyum kecil.

"Woi, curut" pekik Jo dan langsung memeluk Lisna erat.

Lisna tersentak dan langsung menggeplak kepala Jo membuat pemuda itu meringis dan melepaskan pelukannya.

"Gak usah peluk-peluk Lo, di tubuh Lo banyak kuman" sinis Lisna.

"Ck. Di tinggal enam bulan Lo makin nyebelin deh, gak ada tobatnya sedikit pun" decak Jo kesal.

"Udah. Sekarang kita masuk, gue sama Jo juga masih ke ruang kepala sekolah" titah Bara langsung merangkul pinggang Lisna posesif.

"Abang, jangan gini dong. Nanti Lio mutusin gue gimana, udah yah bang. Jangan kerjain Lio lagi" pinta Lisna.

"Jangan dulu, dek. Kalau kamu ngasih tau Lio, Abang marah sama kamu" ancam Bara.

Lisna terdiam, dia tidak bisa jika abangnya itu marah padanya. Tapi jika dia tidak memberitahu Lio, yang ada pacarnya itu yang marah. Lisna semakin pusing, entah kenapa juga abangnya itu melakukan itu sama pacarnya.

"Ngerti, adek sayang?" tanya Bara sedikit di tekan.

Lisna hanya mengangguk pasrah, jika dengan Bara, mana berani gadis itu melawan dan membantah ucapan abangnya itu.

Bara tersenyum kecil melihat adiknya itu mengangguk patuh, ketiga lainnya juga hanya geleng-geleng kepala melihat kejahilan Bara dan Lisna yang ternyata penurut pada abangnya.

Mereka langsung masuk ke kelas sedangkan Bara dan Jo pergi keruang kepsek untuk melapor.

****