NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Teknisi

Jerat Cinta Sang Teknisi

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Jabar, Teknisi senior yang jatuh cinta lagi pada Operator di mesin yang ia pegang. Setelah beberapa tahun menduda, ini kali pertama dia jatuh cinta lagi. Operator baru itu namanya Clara masih muda dan cantik, tapi pemalu.

  Mungkin inilah jalan cinta Jabar yang mulus bak jalan tol. Ketika Jabar memberi tumpangan pada Clara untuk berteduh di rumahnya karena hujan yang lebat, beberapa orang tetangga sempat heran dan curiga. Namun, Jabar tidak kalah gertak, dia mengaku kalau Clara adalah istri barunya yang baru beberapa hari dinikahi.

  Apakah kebohongan Jabar akan terendus massa ataukah ini jalan cintanya untuk yang kedua kali naik pelaminan? Natikan kisah serunya di karya "Jerat Cinta Sang Teknisi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Pagi Yang Mulai Panas

  Jabar dan Clara sudah berada di dalam kamar. Suara jantung Clara tiba-tiba terdengar detakannya. Jabar tersenyum, lalu dengan cepat meraih pinggang Clara dan memeluknya.

  "Abang." Clara berontak dan melepaskan tangan Jabar dari pinggangnya.

  "Kenapa? Lagipula Adek istri abang, memangnya ada yang salah?" selidik Jabar kecewa dengan penolakan Clara yang memang belum siap.

  "Ini hampir sore, dan Abang harus vit saat bekerja. Ada baiknya Abang istirahat dulu sebelum pergi bekerja nanti," ucap Clara memberi solusi sebagai cara untuk menghindari Jabar. Karena hasrat Jabar tadi yang sudah di ubun-ubun harus pupus gara-gara penolakan Clara, Jabar berjingkat lalu pergi memutar handle pintu kamar yang tadi tertutup rapat. Jabar keluar kamar dengan perasaan yang berkecamuk.

  Clara terduduk lesu di dipan sembari merenungi sikapnya tadi yang menolak Jabar. Dia sungguh-sungguh belum siap untuk memberikan jiwa dan raganya pada Jabar, tapi bukan berarti dirinya tidak menginginkan Jabar. Clara hanya takut, sebab kehilangan mahkota itu kononnya sangat menyakitkan.

  Jam tujuh tiba, Jabar bersiap pergi bekerja. Jabar berpamitan seperti biasa pada Clara. Tidak lupa memberi pesan supaya selalu mengunci pintu dan hati-hati dengan kompor gas. Dua hal itu selalu Jabar ingatkan setiap kali pergi bekerja.

  Jabar memang takut dengan keselamatan Clara, untuk itu dia hanya mampu mengingatkan setiap kali akan pergi bekerja agar Clara selalu berhati-hati.

  Meskipun dengan wajah yang muram dan kecewa, Jabar masih sempat berpamitan pada Clara. Sekilas Jabar menatap Clara lalu membalikkan badan dan menyalakan motornya.

  Melihat sikap Jabar yang kecewa, tiba-tiba sebuah desiran di dalam hati Clara timbul bagai setrum yang bertegangan tinggi.

  Clara mendesah penuh sesal dengan keputusannya tadi. Padahal di balik penolakannya ada maksud baik, Clara tidak ingin saat Jabar bekerja, justru tidak fokus lalu membayangkan hal yang tidak-tidak.

  "Assalamualaikum," salamnya seraya memacu motor kesayangannya menuju pabrik, tanpa menoleh lagi ke belakang.

  Sepeninggal Jabar, Clara merasa bersalah dengan sikapnya tadi. Lalu dengan segera Clara meraih Hp nya dan menuliskan sesuatu yang ditujukan untuk Jabar.

  "Abang, Cla minta maaf masalah yang tadi. 🙏🥰🥰🥰 I Love U."

  Sebuah pesan cinta terkirim via aplikasi What's up. Clara tidak mampu mengatakan hal yang sebenarnya selain permintaan maaf yang ber emoticon sebuah tangan menangkup dan lambang cinta, serta ungkapan cinta sebagai bukti dari isi hari Clara.

  Beberapa saat kemudian pesan WA itu telah dibaca Jabar, Clara senang bukan main berharap Jabar memahaminya dan membalasnya dengan minimal sebuah emoticon cinta. Namun sampai malam menjelang dan rasa kantuk itu muncul, balasan WA itu tidak ada sama sekali.

**

  Pagi pun menjelang. Rasanya ini hari yang paling menegangkan bagi Clara. Setelah semalam menunggu balasan WA dari Jabar yang tak kunjung datang, kini justru Clara sedang tegang menantikan sosoknya pulang.

  Rasa bersalah atas penolakannya kemarin, kini mencuat lagi. Clara kembali menegang diiringi deburan jantung yang berdebar kencang tanpa kuasa dihentikannya.

  Sejak semalam Clara sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan di pagi ini. Untuk apa lagi, selain menerima konsekuensi dari statusnya sebagai istri sang Jabar.

  Wajahnya dipoles make tipis, tubuhnya sudah harum mewangi. Tidak lupa dapurnya juga sudah ngebul sejak tadi, menyiapkan hidangan sarapan pagi yang disembunyikan di bawah tudung saji. Clara benar-benar siap lahir batin, meskipun bayangan rasa sakit itu selalu hadir dalam pelupuk mata.

  Beberapa menit kemudian suara motor Jabar sudah terdengar, dengan cepat Clara menyiapkan diri di muka pintu untuk menyambut Jabar dengan senyuman penuh cinta. Clara sudah bertekad akan memberikan segalanya hari ini jika Jabar memintanya.

  "Assalamualaikum." Salam itu terdengar begitu datar. Clara membuka pintu dengan lebar seraya membalas salam dan meraih tangan Jabar lalu menciumnya. Pintu itu segera ditutup dan dikunci.

  "Abang. Abang mau makan dulu atau ... akkhhhh," jeritan kecil itu memotong ucapan Clara. Jabar menangkap sempurna pinggang Clara, deburan jantung di dadanya kini sama-sama saling berpacu berdetak dengan suara yang terdengar keras. Keduanya sama-sama mengeluarkan hawa yang panas.

  Sebuah kecupan hangat berlabuh di bibir Clara dengan sempurna. Menyesap lama menumpahkan gejolak rasa yang sudah lama terpendam. Clara hanya mampu berdiam, menerima takdirnya. Sebab ini adalah pengalamannya yang pertama.

  "Kamu siap pagi ini?" tanya Jabar setelah melepaskan pagutannya tadi. Clara mengangguk dia siap lahir dan batin. "Baiklah, tunggulah di atas. Abang menyiapkan segalanya. Abang juga lapar perlu manuver untuk berperang nanti," ujarnya sembari menatap lekat penuh cinta pada gadis yang sebentar lagi akan berubah menjadi wanitanya.

  Clara bergegas menuju kamarnya di atas, sementara Jabar segera sarapan. Melihat di atas meja makan sudah tersedia lauk nasi, hati Jabar berdesir alangkah bahagianya dirinya bisa memiliki Clara.

  Setelah makan, Jabar segera membersihkan diri dan menyiapkan wewangian yang dianggap bisa meluluhkan Clara.

  Langkah kaki Jabar kini sudah di depan pintu kamar. Dengan tidak sabar, Jabar masuk seraya menyiapkan sesuatu yang dianggapnya antisipasi jika Clara belum siap hamil. Sebelum tiba di rumah, Jabar sudah membelinya di apotek, dengan membuang rasa malu.

  Jabar membuka pintu kamar perlahan, di dalam kamar sudah terlihat Clara yang membelakanginya menatap meja rias. Pantulan wajah Jabar yang sangat tampan terlihat jelas di sana, Clara menyunggingkan senyum bangga. Namun tak ayal jantungnya semakin memompa dengan cepat.

  Jabar sudah melihat penampilan Clara yang berbeda dengan tadi saat menyambutnya di bawah. Bajunya kini berganti dengan piyama tali, yang jika talinya ditarik satu kali saja maka terbukalah semua. Jabar paham dengan persiapan Clara, dugaannya adalah Clara pagi ini sudah siap lahir dan batin untuk dimilikinya.

  Hap, sekali tangkap tubuh Clara sudah dalam rangkulan Jabar, tanpa celah. Wangi daun mint yang ditimbulkan rokok favorite Jabar langsung tercium menyapu lubang hidungnya. Lagi-lagi sebuah kecupan itu dilabuhkan kembali tanpa ragu. Lama dan semakin dalam.

  Jabar melepaskan tautan bibir itu, menatap mata itu lebih dalam yang sudutnya timbul kaca yang masih tipis, lalu menyeka bibir yang basah itu atas ulahnya.

  "Jangan tegang, Adek harus relaks dan buang perasaan sakit itu," bujuk Jabar mempengaruhi pikiran Clara.

  "Tapi, konon itu sangat menyakitkan. Abang berjanji harus perlahan melakukannya," pinta Clara dengan bulir yang mulai jatuh. Jabar terharu, dengan cepat menyeka bulir itu yang kian deras. Belum apa-apa tapi Clara sudah sesakit itu. Namun Jabar tidak bisa menunda lagi, dia harus bisa memasuki nirwana itu, dan menjelajahi surga kenikmatan dunia yang tiada tara.

  "Abang janji, akan melakukannya dengan pelan," ujarnya seraya kembali menyatukan kedua benda yang menimbulkan efek bicara dengan begitu lembut dan penuh perasaan, sehingga membuat Clara terbuai dan sesekali bisa membalas membuat Jabar tersenyum gembira. Itu pelajaran pertama yang diberikan Jabar pada Clara sang gadis yang sangat dia puja.

Sebab sebentar lagi dia akan menyambut kepulangan Jabar dari pabrik.

1
Noviyanti
Ceritanya menarik dan cukup menghibur, alurnya juga bagus. semangat terus authornya
Lina Zascia Amandia: Hehhe... mksh Kak Novi. Karya Kak Novi lebih bagus.
total 1 replies
Noviyanti
eh kok cepet amat udahannya, udah happy ending aja nih.
Lina Zascia Amandia: Iya Kak Nov. Soalnya udah kehilangan ide.
total 1 replies
Noviyanti
syukurlah hardi sadar diri
Teteh Lia
ikut senang untuk kebahagiaan semuanya.
Lina Zascia Amandia: Terimakasih Teh kehadirannya...
total 1 replies
Teteh Lia
ya kan bang... ada yang ngarep lho. ngapain jadi pebinor. ok
Teteh Lia
begitu donk bang Hardi. jangan bermusuhan
Nasir
Bagus, ceritanya pendek gak bertele2.
Teteh Lia
padahal Clara nya juga ga pernah ngerespon bang Hardi kan ya.
Lina Zascia Amandia: Nggak kayaknya Kak...
total 1 replies
Teteh Lia
lagian si Hardi. Maruk banget... udah punya cewe, malah ngincer cewe lain juga.
Noviyanti
hehe kasian si hardi itu
Noviyanti
ya dia udah nikah cuma belom pesta doang di
Noviyanti
wah apa orang itu si hardi ya?
Lina Zascia Amandia: Mungkin..
total 1 replies
Teteh Lia
malah kena skak balik. wkwk
Lina Zascia Amandia: Mksh Teh...
total 1 replies
Teteh Lia
malu ga tuh. udah ngata-ngatain. eh salah ...🤭
Teteh Lia
mereka udah nikah. kali. yang ada elu yang bakal malu.
Noviyanti
hore jeboll juga
Lina Zascia Amandia: Wkwkkwk
total 1 replies
Noviyanti
persiapannya sungguh sangat matang ya, baru pulang jabar maen hajar aja
Noviyanti
wah bisa jadi
Lina Zascia Amandia: Hehheheeh
total 1 replies
Noviyanti
bukan naksir lagi, tapi udah jadi bini bang
Ihda Rozi
lanjut
Lina Zascia Amandia: Ok....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!