Cinta Suci Bilqis

Bilqis gegas masuk ke dalam rumah setelah Rny mempersilakannya masuk ke dalam untuk melihat bagaimana kondisi bundanya saat ini. Bilqis nampak tak bisa membendung air matanya untuk tak tumpah ketika melihat bundanya terbaring lemah di atas tempat tidur. Walau selama ini ia menjaga jarak akibat sakit hati yang ia terima di masa lalu namun bukan berarti dia membenci sepenuhnya Putri, ia masih ingat bahwa wanita ini adalah orang yang telah melahirkannya ke dunia maka Bilqis harus bersikap baik dan sopan pada Putri.

"Bunda."

Putri membuka perlahan kedua matanya ketika Bilqis memanggil namanya, Putri nampak belum sepenuhnya siuman jadi ia masih seperti setengah bermimpi kalau ia melihat Bilqis di sini.

"Ini mimpi?"

"Bukan Bunda, semua ini bukan mimpi karena aku memang ada di sini."

Air mata Putri tak bisa dibendung lagi dan wanita itu pun kemudian menangis tersedu-sedu. Ia menyesali apa yang selama ini sudah ia lakukan pada Bilqis dan Putri kemudian meminta maaf pada Bilqis atas apa yang sudah ia lakukan di masa lalu.

"Bunda minta maaf."

"Bunda tak perlu meminta maaf karena aku sudah memaafkan Bunda."

Putri nampak tersenyum saat mendengar apa yang barusan Bilqis katakan, Putri kemudian tiba-tiba saja mau menceritakan siapa ayah kandung Bilqis yang mana membuat Bilqis terkejut tak percaya dengan apa yang didengarnya ini.

"Maafkan Bunda yang selama ini tak mau memberitahu kamu."

"Jadi ayahku masih hidup?"

"Bunda juga tak tahu, semenjak kejadian itu maka Bunda tak pernah berhubungan lagi dengannya."

Bilqis terdiam mendengar apa yang barusan bundanya katakan. Walau bundanya mengatakan tak tahu apakah sang ayah masih hidup atau tidak namun perasaan Bilqis mengatakan kalau sang ayah masih hidup saat ini.

"Terima kasih karena Bunda telah mau mengatakan semua ini padaku."

Putri tersenyum dan mengatakan kalau ia senang bisa membuat Bilqis tersenyum saat ini.

"Maafkan Bunda yang selama ini tak henti-hentinya membuat kamu marah."

****

Rendi sudah mencoba untuk membujuk Bilqis namun tetap saja hasilnya nihil, Bilqis tak mau rujuk lagi dan memilih untuk tetap pada jalannya yaitu bercerai. Rendi tak memiliki pilihan lain lagi selain melepaskan Bilqis walau tak rela dengan semua ini. Rendi masih berandai-andai jika saja dulu ia tak terlalu terbawa emosi dan kemudian mendengarkan semua yang mamanya katakan maka semua ini tak akan pernah terjadi.

"Kok kamu malah menyalahkan Mama?!"

"Lantas memang siapa lagi yang perlu disalahkan? Bukankah memang Mama yang salah dalam hal ini? Mama membenci Bilqis yang mana pada akhirnya malah membuat aku memercayai apa yang Mama katakan. Sekarang Mama bisa lihat sendiri kalau rumah tanggaku dan Bilqis tak bisa lagi untuk diselamatkan!"

Ayumi tak percaya bahwa untuk pertama kalinya putranya menyalahkannya untuk perceraiannya dengan Bilqis. Ayumi nampak tak bisa menerima begitu saja ketika ia disalahkan. Ayumi mengatakan kalau ia tak bersalah, justru memang Rendi saja yang salah.

"Kalau kamu memang sangat mencintai Bilqis, lantas kenapa memilih Cathrine?"

"Aku khilaf!"

"Khilaf?!"

Perdebatan antara Ayumi dan Rendi nyatanya menyita perhatian Herlambang. Pria tua itu meminta keduanya untuk berhenti bicara karena membuat kepalanya pusing mendengar adu teriakan antara keduanya.

"Kenapa kalian malah jadi saling menyalahkan? Harusnya kalian berdua saling intropeksi diri, kalian yang sudah menciptakan semua ini."

****

Bilqis siap untuk menyambut status barunya sebagai seorang janda. Walau rasanya berat sekali dalam bayangannya hidup tanpa seorang suami namun Bilqis yakin bahwa keputusannya untuk berpisah adalah sesuatu hal yang baik dan bukan tanpa pertimbangan. Bilqis sudah yakin bahwa keputusannya adalah keputusan terbaik dan memang seharusnya ia dan Rendi tak pernah ada dalam satu jalinan pernikahan.

"Bu Bilqis."

Bilqis menoleh ke arah sumber suara yang mana ia melihat ada sosok Krisna di sana. Pria itu nampak tersenyum pada Bilqis dan kemudian ia menyerahkan sesuatu untuk Bilqis yang mana te tentu saja hal itu membuat Bilqis mengerutkan keningnya heran.

"Pak Krisna, apa ini?"

"Ini adalah hadiah dari saya, tolong anda makan."

"Tapi Pak ...."

"Saya tak menerima penolakan. Pokoknya Bu Bilqis harus menerima ini."

Bilqis menghela napasnya panjang dengan apa yang Krisna katakan barusan, ia kemudian gegas berterima kasih dengan pemberian Krisna ini. Bilqis melihat Krisna pamit dan pergi lagi dari sekolah ini dan Bilqis kini menatap hadiah yang diberikan oleh Krisna ini. Bilqis kemudian membuka hadiah dari Krisna ini dan rupanya Krisna memberikan Bilqis satu set makan siang dan ada sebuah kartu ucapan yang sengaja ditulis tangan sendiri oleh Krisna.

"Tulisannya masih tak berubah."

****

Cathrine makin gencar untuk mendekati Rendi dan ingin pria itu segera menikahinya. Rendi yang sudah sadar bahwa selama ini ia membuat kebodohan pun tertawa sumbang. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena gak bisa mempertahankan rumah tangganya dengan Bilqis dan malah termakan ucapan Ayumi.

"Bodoh."

Itulah yang selalu dikatakan oleh Rendi karena ia merasa gagal untuk memertahankan rumah tangganya. Ia mengabaikan Cathrine dan membuat wanita itu menjadi uring-uringan sendiri. Rendi tak bisa Cathrine biarkan pergi begitu saja dan wanita tersebut menggunakan berbagai cara untuk membuat Rendi bisa tetap bersamanya.

"Bukankah aku mengatakan padamu untuk jangan masuk ke dalam ruangan ini kalau kamu sama sekali tak memiliki keperluan?" tanya Rendi dingin.

"Kenapa sikapmu jadi berubah begini? Bukankah kamu biasanya selalu bahagia kalau bertemu aku?"

Rendi rasanya ingin tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Cathrine barusan, ia tertawa karena benci fakta bahwa apa yang wanita katakan barusan memang benar adanya. Ia gagal dalam memertahankan rumah tangganya dengan Bilqis dan pada akhirnya semua berakhir dengan menyedihkan begini.

"Keluar sekarang juga!"

"Kok kamu malah mengusir aku?"

"Aku bilang keluar! Apakah perlu aku menggunakan cara kasar?!"

Cathrine nampak kesal bukan main dengan yang Rendi lakukan namun ia tak dapat melakukan apa pun.

****

Ayumi nampak kesal karena semenjak Rendi tahu semuanya maka Rendi masih marah padanya dan tak mau bicara dengannya. Ayumi sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kembali hati Rendi namun sayangnya putranya itu tak semudah itu mau menerimanya kembali setelah apa yang terjadi.

"Katakan padaku, apa yang perlu Mama lakukan supaya kamu berhenti bersikap begini."

"Mama bicara apa sih?"

"Mama membicarakan soal kelakuan kamu belakangan ini. Kamu secara terang-terangan membenci Mama."

Rendi mengatakan bahwa ia sama sekali tak benci Ayumi melainkan lebih tepatnya ia kecewa pada dirinya sendiri. Ia gagal dalam berumah tangga dan Ayumi mengatakan bahwa Rendi tak perlu untuk bersedih hati untuk itu.

"Masih banyak wanita lain yang suka padamu."