Istri Kontrak Tuan Mafia

...❣️❣️❣️...

"Kenapa Paman ingin melenyapkan aku dan Ibu, Papa?" tanya Lola lagi, suaranya sarat kecemasan, mencoba memahami kegelapan yang menyelimuti masa lalu keluarganya.

Tuan Frank menghela napas berat, matanya menerawang jauh. "Karena dia tahu kalau kalian berdua adalah kelemahan terbesar Papa. Jadi, dia menyusun rencana dengan mantap, tapi selalu Papa gagalkan. Namun suatu hari, Papa kebablasan… dan pamanmu mendapatkan ide untuk membuat ibumu membenci Papa," sahut Tuan Frank, suaranya dipenuhi penyesalan yang mendalam.

"Apa yang Paman lakukan, Papa?" tanya Lola, napasnya tertahan, takut mendengar kelanjutan cerita yang semakin mengerikan.

"Pamanmu menyewa wanita yang sudah dia siapkan sedemikian rupa, dengan mengubah wajah wanita itu menyerupai ibumu. Lalu menyuruhnya datang ke perusahaan Papa setelah Papa diberi obat perangsang, sambil memakai dress Mama-mu dan parfum yang selalu dipakai Mama-mu, membuat Papa tidak tahu kalau itu bukanlah Mama-mu... hiks, hiks, hiks, hiks," jelas Tuan Frank, suaranya pecah di akhir kalimat. Ia langsung menundukkan kepala, tubuhnya bergetar, menangis pilu.

...Lola segera memeluk Tuan Frank yang terisak. Ia merasakan kesedihan ayahnya yang begitu dalam, seolah luka lama itu kembali menganga. ...

"Papa, semua itu bukan salah Papa. Papa dijebak," tutur Lola, mencoba menenangkan, meskipun hatinya sendiri hancur.

"Tidak, Nak… Mama-mu sangat membenci Papa karena dia mengira Papa berselingkuh. Karena saat itu dia melihat sendiri dengan mata kepalanya apa yang sedang terjadi, dan berlari keluar dan pergi… Jadi, Papa membunuh wanita itu saat itu juga, dan Papa dipenjara selama bertahun-tahun. Tapi Papa malah dikabarkan mati oleh pamanmu sendiri... hiks, hiks, hiks, hiks," jelas Tuan Frank lagi, isakannya semakin keras, menumpahkan semua rasa sakit yang terpendam.

...Mendengar itu, Lola langsung mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, tubuhnya gemetar hebat, amarah membara dalam dirinya. ...

"Paman sangat tega! Dia melakukan itu hanya karena harta warisan!" murka Lola, suaranya bergetar menahan ledakan emosi.

"Bukan cuma itu, Sayang. Selama Papa di penjara, pamanmu selalu mengirimkan orang yang berbeda untuk membunuh Papa. Tapi beruntung Papa diselamatkan oleh seorang ketua mafia yang sudah berumur. Dan sebelum hukuman matinya diputuskan, dia memberikan posisinya kepada Papa sebagai ketua mafia. Matias adalah salah satu cucunya," ujar Tuan Frank, nadanya kini lebih tenang namun ada ketegasan yang baru.

"Apa?!" pekik Lola, kaget setengah mati, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ayahnya, seorang ketua mafia? Realitasnya seolah terbalik.

"Maafkan Papa, Sayang, tapi Papa tidak punya pilihan lain. Karena pamanmu selalu melakukan berbagai cara agar Papa mendapatkan hukuman mati, jadi Papa menerima posisi itu. Dan setelah sepuluh tahun Papa pun dibebaskan, tapi Papa tidak bisa mendapatkan kabar tentangmu dan ibumu... hiks, hiks, hiks, hiks," Tuan Frank kembali terisak, penyesalan dan kerinduan jelas terpancar di wajahnya.

"Lalu bagaimana Papa bisa datang ke Italia dan menemuiku?" tanya Lola, matanya masih dipenuhi pertanyaan.

"Setelah lima belas tahun di penjara, akhirnya Papa bebas. Selama enam tahun Papa mencari kalian, dan akhirnya Papa mendapatkan sebuah harapan. Papa diberitahu oleh anak Tuan Rodolfo yang bernama David tentang keberadaanmu, tapi tentang ibumu… Maaf… hiks, hiks, hiks, hiks, hiks," tangis Tuan Frank pecah, tidak sanggup untuk menyebutkan kematian sang istri tercinta.

...Bayangan Nyonya Sela yang rapuh dan menderita seolah muncul di benaknya....

"Apakah Papa juga tahu kalau Mama sudah menikah lagi?" tanya Lola, suaranya pelan, hati-hati, mencoba memahami semua kepingan puzzle yang menyakitkan ini.

Tuan Frank menganggukkan kepala. "Iya, Papa tahu. Mama-mu terpaksa menikah agar bisa memberikanmu sesosok ayah. Tapi bajingan sialan itu malah memanfaatkan situasi dan mengambil alih semua harta Mama-mu. Dia sebenarnya sudah menikah, Lola. Ayah tirimu itu sudah mempunyai istri sebelum menikah lagi dengan ibumu," jelas Tuan Frank, nada suaranya dipenuhi kemarahan yang mendalam terhadap sosok ayah tiri Lola.

...Lola kembali syok dengan kenyataan pahit yang baru saja didengarnya. Jadi, kematian ibunya yang depresi itu adalah karena semua hal ini? Hatinya bergejolak. ...

"Me-mereka semua sangat jahat! Tidak akan kubiarkan mereka semua lolos begitu saja setelah melakukan semua itu kepadaku dan Mama!" marah Lola, tinjunya terkepal erat, matanya memancarkan tekad yang membara.

"Tidak, Sayang. Kamu sedang hamil. Papa tidak mau kamu terlibat dengan masalah Papa," cegah Tuan Frank, khawatir. Ia tidak ingin putrinya menghadapi bahaya yang sama seperti dirinya.

"Papa, Lola mohon, untuk sekali ini saja percayalah kepada Lola. Lola mungkin hanyalah anak perempuan, tapi Papa tidak tahu karena ulah mereka, Lola menderita secara fisik dan batin, Papa… Penghinaan, penganiayaan yang Lola terima setiap hari… Papa pasti tahu kalau tidak gampang untuk Lola melewati itu semua," ucap Lola, air mata mengalir membasahi pipinya. Setiap kata yang keluar sarat akan luka dan kepedihan yang mendalam.

...Tuan Frank langsung memeluk Lola dengan erat. Dia bisa merasakan semua kepedihan yang putrinya lalui, setiap siksaan, setiap hinaan. Dan semua itu tidaklah gampang, apalagi dengan tubuhnya yang sangat kecil, ditambah lagi sekarang dia sedang hamil. Tuan Frank ingat, saat bertemu dengan putrinya untuk pertama kali, dia melihat Lola sudah pasrah, berdiri di tepi jembatan, hendak melompat karena sudah tidak kuat menjalani hidup. Bayangan itu kembali menghantuinya....

"Baiklah, Sayang, Papa akan mengizinkanmu untuk melakukan semua itu. Tapi sebelum itu, kamu harus menyelesaikan sekolah dan berlatih di bawah pengawasan Papa dan Matias. Dan Papa juga ingin menjadikanmu Wakil CEO setelah kedua cucu Papa lahir, agar Papa bisa punya waktu untuk bermain dengan mereka, boleh 'kan?" pinta Tuan Frank, wajahnya sendu, sebuah harapan terpancar di sana.

Lola langsung mengangguk dengan bahagia, air matanya masih membasahi pipi. "Boleh, Papa! Mereka adalah cucu-cucu Papa!" sahut Lola, suaranya penuh kelegaan dan rasa terima kasih.

Bulan-bulan Penuh Penantian

Beberapa bulan berlalu. Lola, yang kini hamil besar, akhirnya melahirkan si kembar melalui operasi caesar.

...Selama kehamilan, tak ada sosok suami di sampingnya, hanya dukungan Tuan Frank yang tak henti. Tuan Frank sendiri sangat bahagia setelah Lola melahirkan si kembar. Kebahagiaannya meluap-luap, bahkan ia lebih posesif terhadap kedua cucunya, Jonas dan Joana, ketimbang Lola sebagai ibu mereka. ...

...Namun, Lola tidak mempermasalahkan itu. Ia mengerti kalau ayahnya sangat merindukan dirinya dan ibu kandungnya, jadi dia membiarkan ayahnya melampiaskan semua rasa rindu dan kasih sayang yang terpendam kepada kedua anaknya....

...(FLASH BACK OFF...

(Bersambung)