NovelToon NovelToon
Mendadak Istri (Oh, Lilis)

Mendadak Istri (Oh, Lilis)

Status: tamat
Genre:Aliansi Pernikahan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:30.4k
Nilai: 5
Nama Author: amih_amy

"Tidak ada yang namanya cinta sejati di dunia ini. Kalaupun ada, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami." ~Liam

"Cinta sejati tak perlu dicari. Dia bisa menemukan takdirnya sendiri." ~Lilis.

Bagaimana ceritanya jika dua kepribadian yang saling bertolak belakang ini tiba-tiba menjadi suami istri?

Penasaran? Ikuti kisahnya sekarang ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Kesepian

...----------------...

Hening tercipta beberapa saat setelah Lilis berkata demikian. Sudah tentu Liam tidak akan mengizinkan.

"Nggak bisa! Aku nggak izinkan kamu pergi, Lis. Bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau ngebantah suami itu dosa. Katanya dengan patuh pada suami kamu bisa dapat tiket masuk surga? Apa kamu lupa dengan keinginanmu itu?"

"Lilis nggak lupa, tapi Lilis mau nyari tiket ke surganya dengan cara lain aja. Punya suaminya juga nggak mau diajak kerja sama. Lilis tuh pengen ke sananya sama suami Lilis, tapi karena kamunya nggak mau, Lilis mau cari suami baru aja."

"Lis! Kamu ngomong apa, sih?"

Liam tidak suka dengan perkataan Lilis. Tanpa sadar ia mengunci tangan perempuan dalam genggamannya. Sedikit kencang membuat tangan Lilis jadi kesakitan. "Aku nggak suka, ya, kamu ngomong kayak tadi," serunya lagi dengan tatapan penuh peringatan.

"Sakit atuh, Ay."

Liam langsung melepaskan tangan istrinya ketika mendengar istrinya meringis kesakitan, "Maaf," ucap Liam menyesal.

"Tapi Lilis tetep mau pulang ke rumah Kakek Wahyu." Lilis tetap kekeh dengan keputusannya, membuat Liam memijat pelipisnya sembari menghela napas kasar.

"Oke. Aku antar."

"Nggak mau, tapi ... kalau kamu maksa, Lilis mau minta tolong aja. Tadi siang Lilis lupa ngambil duit di ATM. Jadi ... buat ongkos taksi, pinjem dulu seratus!" ujar Lilis dengan polosnya sambil menadahkan telapak tangan.

Liam mengernyitkan kening dengan bibir sedikit ternganga. Tidak habis pikir dengan tingkah istrinya. Memangnya boleh seabsurd itu? Bisa-bisanya permintaan seperti itu terlontar ketika mereka tengah bertengkar.

"Ada, nggak? Kalau nggak ada, nggak apa-apa. Lilis mau minta kakek bayarin aja pas nyampe rumah." Lilis kembali berkata karena Liam hanya diam saja. Lantas, perempuan itu melanjutkan niatnya untuk memasukkan pakaian ke dalam koper.

"Ada, kok, ada." Liam segera mengambil dompet lalu membukanya. Lantas mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dari dalamnya. "Segini cukup?" tanya Liam sambil menyodorkan lima lembar uang seratus ribuan ke hadapan Lilis.

Lilis mendengkus sambil menatap uang tersebut, lalu mengambil satu lembar saja di antara uang itu, "Dibilangin cuma seratus. Nanti Lilis ganti."

Lilis yang sudah selesai mengemas pakaian langsung menyeret kopernya ke luar kamar. Liam pun segera mengejar.

"Lis, kamu nggak boleh kayak gini. Aku udah minta maaf, kan? Kita belum lama menikah, tapi kamu sudah kabur aja kalau ada masalah," tutur Liam sambil menahan koper Lilis dengan tangannya.

"Masalahnya itu ada di kamu, Ay. Lilis pikir lebih baik kita sendiri-sendiri dulu, deh. Kita saling introspeksi. Kamu boleh merenung tentang kelanjutan pernikahan kita. Lilis nggak mau kita sama-sama tersiksa dengan pernikahan ini."

Lilis menepis tangan Liam dari kopernya, lalu menyeret koper tersebut ke luar dari rumah Liam.

Napas Liam pun terlontar kasar, lalu mengacak rambutnya yang tidak berantakan. Liam harus apa? Ia hanya bisa menatap punggung Lilis sampai hilang di pembatas pintunya.

Lilis benar-benar sudah habis kesabaran. Rasa kesal yang sudah menggunung akhirnya meletus juga. Ditambah dengan rasa lelah dengan aktivitasnya dari pagi, membuatnya tidak bisa menahan emosi.

*****

Sesampainya di rumah sang kakek, Lilis sedikit ragu untuk menemui kakeknya itu. Lebih tepatnya, perempuan itu merasa malu.

Malu karena harus pulang sendirian. Malu karena membawa koper yang isinya adalah pakaian. Hal itu saja cukup untuk menjadi bahan pertanyaan.

"Kakek!" Lilis langsung berlari memeluk kakeknya yang tengah duduk santai sambil menonton acara televisi. Lelaki itu terkejut melihat cucunya tiba-tiba kembali.

"Loh, cucu kakek pulang nggak bilang-bilang, sih?" seru Wahyu sambil mengurai pelukan Lilis.

"Kejutan, atuh." Lilis menyengir sambil duduk di sofa kosong di samping kakeknya.

Lelaki tua itu pun mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk, "Suamimu mana? Masih di mobil?" tanya Wahyu membuat Lilis sedikit kaku.

Lilis menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga untuk mengurangi rasa gugupnya, lalu ia berkata, "Lilis sendirian, Kek. Mas Liam lagi ada proyek di luar kota. Katanya seminggu di sana. Makanya Lilis ke sini. Lilis nggak mau tinggal sendiri. Boleh, kan, Lilis tinggal di sini untuk sementara waktu, Kek?"

"Boleh, dong. Rumah ini selalu terbuka buat kamu, Nak," jawab Wahyu sambil mengusap puncak kepala Lilis dengan sayang.

Lilis tersenyum pelik. Ia sengaja berbohong agar kakeknya tidak marah kepada Liam. Sikap Lilis pada kakeknya sudah lebih hangat daripada sebelum menikah. Hal itu membuat Wahyu sangat bahagia dan berterima kasih kepada cucu menantunya yang bisa membuat sikap Lilis berubah.

"Kalau gitu Lilis ke kamar dulu, ya, Kek," pamit Lilis sambil beranjak berdiri, tetapi tak lekas melangkah ketika mengingat sesuatu yang belum dia beritahukan kepada kakeknya itu. "Oh, iya, Kek. Aku sekarang udah kerja, loh. Jadi asisten MUA terkenal di sebuah kru film," katanya.

"Kamu kerja? Memangnya Liam nggak ngasih kamu nafkah? Kalau memang kamu butuh uang, Kakek pasti berikan beberapa pun yang kamu mau, Sayang."

Lilis mendengkus. Inilah yang dia takutkan jika dahulu memberitahu tentang cita-citanya kepada sang kakek. Lilis tidak mau meraih segala sesuatunya dengan cara instan seperti itu.

"Ini bukan hanya perkara uang atuh, Kek. Lilis maunya dapat usaha sendiri. Nggak seru kalau semuanya langsung dikasih," ucap Lilis sambil mengerucutkan bibir. Wahyu pun tertawa mendengarnya.

"Iya, iya. Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu suka. Kakek akan selalu mendukung kamu."

"Hatur nuhun pisan, Kakek. Lilis sayang sama Kakek."

Lilis memeluk kakeknya lagi. Namun, di balik punggung kakeknya itu, ia menyembunyikan kesedihan yang teramat mendalam. Air matanya pun hampir berlinang dan terjun mengenai pundak kakeknya. Tak mau ketahuan, Lilis buru-buru mengusap sudut matanya, lalu kembali memasang senyuman bahagia.

****

Sedangkan di belahan bumi bagian lain, terlihat Liam tengah duduk termenung sendirian. Tatapannya nanar memandangi ranjang kosong yang biasa ditempati sang istri. Ada rasa yang membuatnya gamang. Hati lelaki itu tengah dilanda kesepian.

Liam tidak tenang dan merasa bersalah sepeninggal Lilis. Hatinya seperti tertekan batu besar yang membuat dadanya sesak ketika jauh dari istrinya. Namun, Liam masih menyangkal jika itu adalah perasaan cinta.

"Harusnya aku bahagia jika Lilis memilih untuk pergi sebelum aku jatuh cinta kepadanya. Dengan begitu, aku tidak akan terjebak ke dalam buasnya cinta itu sendiri. Tapi ...." Liam menjeda kalimat yang ditujukan entah untuk siapa. Sebelah tangannya meremat baju yang menutupi bagian dadanya dengan kencang.

Sesak. Itulah yang Liam rasakan. Daging tak bertulang bertahta dalam dada itu seperti ditusuk oleh pedang. Namun, sesaat kemudian Liam pun sadar. Apa yang dia lakukan sekarang hanya akan membuatnya menyesal.

Untuk apa meratapi kepergian perempuan itu. Toh, dia sendiri yang mau. Kalau memang perempuan itu mencintainya, maka ia tidak akan pernah goyah. Liam tidak akan menangisi perempuan yang berkhianat dengan cintanya sendiri. Seperti sang ibu yang memilih pergi lalu menikah lagi.

...----------------...

...To be continued...

1
Qaisaa Nazarudin
LILIS NYA AJA YG PLIN PLAN,TADI KATANYA MAU NYELESAIN SEMUANYA MALAM INI DI DEPAN KAKEKNYA,LHA SEKARANG NGAPAIN MAU GITU AJA DI AJAK PULANG...🤦🤦🤦🙄🙄🙄
Qaisaa Nazarudin
Kalo begitu harusnya kakek Wahyu jangan pisahkan Lilis dengan keluarga angkatnya,Karena dia sudah terbiasa dgn mereka..

Mampir thor 🙋
mommy lala
suka...😍😍
°ammy🌾👉ig: amih_amy: makasih, Kak. Jika berkenan baca juga ceritaku yang lainnya, ya 🙏
Silakan cek di profilku 🥰🥰
total 1 replies
Farida Wahyuni
Luar biasa
°ammy🌾👉ig: amih_amy: Terima kasih, Kak. Jika berkenan, bisa baca karyaku yang lainnya 🥰🙏
total 1 replies
Okta Liska
ceritanya awal aja udah seru
°ammy🌾👉ig: amih_amy: makasih, Kak 🥰
total 1 replies
marie_shitie💤💤
memang karakter g PNY rasa hormat sok sibuk k. lis
marie_shitie💤💤
kebiasaan yg bikin km g berubah g menghargai suami,toh kecewa m km g kapok kapok
fhittriya nurunaja
terimakasih thor semangat terus berkarya💪💪💪
°ammy🌾👉ig: amih_amy: Terima kasih kembali, Kak. Semoga selalu suka karya receh othor amatir ini 🥰😘
total 1 replies
angie widya
siap siap nerima hukuman lis
fhittriya nurunaja
lanjut thor 💪💪
angie widya
tanda tanda ini mah 😁
°ammy🌾👉ig: amih_amy: Tanda-tanda apa, teh? 😅
total 1 replies
fhittriya nurunaja
🤦‍♀️ ternyata Rara
angie widya
euhh
mimpi ternyata
angie widya
jadi namanya dikasih nama rara ya 🥹🥰
marie_shitie💤💤
Rara meninggalkah
angie widya
ko rara nya meninggal 😭😭😭
fhittriya nurunaja
Inalilahi Rara meninggal 🥺🥺🥺
°ammy🌾👉ig: amih_amy: iya, Kak 🥺
total 1 replies
angie widya
gemes ih
pengen narik rara
°ammy🌾👉ig: amih_amy: tarik tambang 😅
total 1 replies
fhittriya nurunaja
makasih thorr lanjut.. 💪💪
°ammy🌾👉ig: amih_amy: siap 🥰
total 1 replies
fhittriya nurunaja
lanjut.... semangat 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!