NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Pagi hari kedua di SMA Purnama Jaya terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut menggantung lebih lama, seolah enggan meninggalkan halaman sekolah yang sunyi. Kirana duduk di bangku taman dekat lapangan basket, menatap gedung tua yang kemarin malam nyaris menelannya bulat-bulat.

Radit datang membawa dua roti isi dan segelas teh hangat dari kantin.

"Kamu belum sarapan, kan?" katanya pelan. Kirana mengangguk dan menerimanya.

"Tadi malam... kamu beneran naik ke lantai empat?" tanya Radit pelan sambil duduk di sebelahnya.

Kirana tak langsung menjawab. Matanya terpaku pada jendela paling atas gedung sekolah.

"Iya. Kelas 404 itu nyata. Tiga belas bangku. Tiga belas foto. Semua siswa yang hilang. Dan ada pesan di papan tulis..."

Radit menelan ludah. "Bangku keempat belas?"

Kirana mengangguk.

"Gila..." bisik Radit. "Kita harus kasih tahu yang lain."

---

Mereka berenam akhirnya berkumpul di ruang musik yang jarang digunakan. Pintu dikunci. Tirai ditutup.

Kirana membuka buku catatan tua yang ia temukan di ruang arsip lantai satu pagi tadi. Sampulnya lusuh, tapi halaman-halaman dalamnya masih utuh. Di dalamnya, ada tulisan tangan, puisi, dan gambar-gambar kecil. Nama di halaman pertama:

Dian T. Wibowo Kelas XI IPS 2

"Dian... salah satu dari tiga belas siswa itu," kata Diriya.

Nila mengambil alih membaca.

"17 Juli - Aku merasa seseorang mengikuti aku pulang. Tapi aku nggak lihat siapa pun. Kadang suara langkah kaki berhenti begitu aku balik badan. Aku kira cuma imajinasi. Tapi setiap malam jam dua lewat... ada yang mengetuk jendela kamarku dari luar."

Mereka semua saling pandang.

"Jam dua lewat... kayak suara kursi diseret yang kita denger kemarin malam?" bisik Kezia.

Jalu menjentikkan jari. "02.13. Jam itu muncul terus. Apa itu kode?"

Kirana membuka halaman terakhir buku catatan itu. Tertulis dengan huruf besar, kasar, dan tidak rapi:

> "JIKA KAU MEMBACA INI, JANGAN NAIK KE LANTAI EMPAT SENDIRIAN. MEREKA MENUNGGU."

Tertanda: D.T.W.

---

Siangnya, mereka semua sepakat menyelidiki lebih lanjut. Tapi alih-alih naik ke lantai empat, mereka memilih menelusuri ruang klub jurnalistik lama yang kini kosong. Menurut arsip, ruangan itu dulunya dipakai para siswa untuk menyimpan kliping berita dan dokumentasi sekolah.

Dan di situlah mereka menemukan lemari besi dengan lambang mata terbuka.

"Simbol ini juga ada di buku catatan Dian..." ujar Kezia.

Jalu berhasil membongkar kunci lemari dengan kawat.

Di dalamnya, mereka menemukan:

Tiga buah kaset rekaman lama

Majalah dinding dari tahun 2009

Sebuah peta sekolah dengan lingkaran merah pada empat titik

Dan foto hitam putih murid-murid dengan mata dicoret tinta merah

"Ini... bukan dokumentasi biasa," gumam Radit.

Diriya menggigil. "Mereka tahu siapa yang akan hilang sebelum mereka hilang..."

---

Kirana mengambil satu kaset dan membawanya ke ruang UKS yang memiliki tape recorder lawas. Saat diputar, suara berisik terdengar, lalu...

> (suara anak laki-laki) "Namaku Bagas. Kalau kalian denger ini... aku udah gak ada. Aku dan temen-temen dari program unggulan tahu ada yang salah. Kami bukan dipilih karena cerdas... tapi karena kami bisa lihat. Bisa dengar. Bisa rasa."

> "Mereka nggak akan biarin kita keluar. Mereka butuh tiga belas. Dan sekarang tinggal satu lagi..."

Kaset berhenti.

Kirana berdiri pelan. Matanya memerah.

"Ini semua bukan penculikan biasa. Ini... pengorbanan."

---

Di luar ruang UKS, matahari tenggelam lebih cepat dari biasanya. Dan dari lantai empat, terdengar bunyi... sebuah kursi ditarik perlahan.

---

Langit mendung sejak subuh. Hujan tidak turun, tapi udara lembap menempel di kulit seperti napas dari sesuatu yang tak kasatmata. Di kamar asrama, Kirana berdiri menatap tembok yang dingin, pikirannya masih tertinggal pada suara rekaman semalam.

"Mereka butuh tiga belas. Dan sekarang tinggal satu lagi..."

Kalimat itu berputar-putar di kepalanya. Siapa yang dimaksud Bagas? Apakah bangku keempat belas itu memang untuk dirinya? Atau salah satu dari sahabatnya?

---

Pukul delapan pagi, mereka berenam dikumpulkan di aula sekolah. Bu Endah menyambut mereka dengan wajah lebih tegang dari biasanya. Kepala sekolah, Pak Darmin, berdiri di sisi panggung sambil menggenggam mikrofon.

"Anak-anak, hari ini akan datang tim dokumentasi dari yayasan. Kalian akan difoto untuk arsip program unggulan. Mohon mengenakan seragam lengkap dan hadir di ruang teater pukul satu siang."

Kirana melirik ke Radit yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa hanya kami berenam yang difoto?" bisik Kirana.

Radit menggeleng. "Gue juga ngerasa aneh."

Diriya, Kezia, Jalu, dan Nila menoleh bersamaan. Semua punya firasat yang sama: ini bukan sekadar dokumentasi.

---

Sebelum jam satu, mereka kembali ke ruang jurnalistik lama. Kirana ingin melihat ulang peta dengan empat lingkaran merah. Ia menyadari bahwa salah satu titik merah menunjuk ke dinding luar perpustakaan, dekat taman belakang.

Saat mereka ke sana, tak ada yang istimewa. Hanya semak liar dan dinding tembok tinggi.

Namun Radit, dengan rasa penasarannya, mengetuk bagian bawah dinding.

"Kosong," gumamnya. "Kayak ada ruang di balik sini."

Jalu menarik ranting besar dan menghantam bagian bawah dinding. Plesteran semen retak... dan terlihat celah.

"Ada ruang!" pekik Kezia.

---

Dengan bantuan senter ponsel, mereka masuk merayap ke dalam ruang tersembunyi. Ruang itu sempit, penuh debu dan bau kapur barus yang menyengat.

Di dalamnya hanya ada satu hal: tembok dengan tiga belas mata yang digambar dengan arang.

Mata-mata itu sangat realistis. Seperti benar-benar mengawasi mereka. Dan di bawahnya, tertulis:

> "Kami melihat. Kami tahu. Kami memilih."

Diriya mundur. "Ini... bukan mural biasa. Rasanya kayak... mata itu hidup."

Saat Kirana menyentuh salah satu gambar mata, ia mendengar suara di kepalanya:

> "Kami melihatmu sejak sebelum kau datang. Kau cocok. Kau akan jadi penghubung."

Kirana terjatuh. Dadanya sesak. Radit langsung menopangnya.

"Apa yang kamu dengar?" tanya Radit cemas.

Kirana gemetar. "Mereka... mata-mata ini... bukan cuma gambar. Mereka entitas. Dan mereka yang memilih siswa-siswa yang hilang."

---

Mereka segera keluar dari ruang rahasia itu, menutupnya kembali dengan semak.

Saat kembali ke ruang teater, mereka terkejut.

Hanya ada satu kursi di panggung.

Dan satu kamera besar menghadap ke sana. Tidak ada kru. Tidak ada staf yayasan. Hanya Pak Darmin... tersenyum tipis.

"Kirana, kamu duluan ya," katanya pelan.

Sahabat-sahabat Kirana terdiam.

Kirana melangkah maju. Tapi saat ia hendak duduk, kursi itu bergeser sendiri... dan muncul bayangan hitam di belakangnya.

bersambung

1
Tiara Bella
wow author kesana kemari bawa cerita seru....semangat ya
MARQUES
cerita sangat bagus kalau bs lanjutkan terus pertualangan Kirana tanpa ada cinta cintaan thor biar cerita ny makin menarik trus untuk di baca sekian saran saya thor 🙏😄
Cindy
lanjut kak
mustika ikha
penasaran thor kelanjutannya, /Determined//Determined//Determined//Determined/
Tiara Bella
takut bacanya tp penasaran hehehhee.....
Tiara Bella
berasa lg nnton sinetron sh....
Wulan Sari
ayo lanjut lagi anak indigo mengatasi apa lagi semangat 💪 Thor 👍
Wulan Sari
critanya menarik membuat kadang terbayang sendiri gimana kalau kenyataan🙂
semangat Thor berkarya itu tidak mudah salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️🙂🙏
Tiara Bella
jantung Aman pemirsah.....wkwkwkkww
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Cindy
lanjut kak
RA
ceritanya seru, lanjutttt dan semangat
RA
semangat
Sribundanya Gifran
lanjut
mustika ikha
berasa ikut ke dalam cerita dengan cerita yg menakutkan diikuti suara musik horor atau gamelan yg mistis, thor ceritanya menakutkan tapi membuat penasaran, jd lanjutkan/Joyful/
Wulan Sari
semangat Kirana kamu pasti bisa menyesuaikan semua keseimbangan dunia ayoooo, ....
lanjutkan Thor semangat 💪 salam sehat selalu 👍❤️🙂🙏
Wulan Sari
seru lanjutkan Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
takut bacanya tp penasaran.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!