Galang, ketua geng motor, jatuh cinta dengan seorang gadis yang memiliki trauma dengan geng motor. Namanya Shella, gadis penjual fried chicken yang cantik dan pintar.
Shella merupakan penyelamat hidup Galang, dan memberikan sebagian darahnya saat nyawa Galang di ujung maut.
Bagaimana Galang harus berjuang agar bisa mendapatkan cinta dari Shella?
Trauma apa yang dialami Shella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eni pua, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Bertemu anggota geng
Galang tampak kesal dengan ulah mereka. Ternyata mereka semua menulis namanya. Mungkin mereka tidak rela jika Galang memutuskan untuk keluar dari geng mereka.
Geng motor Starly, didirikan oleh Galang. Awalnya mereka hanya bertiga. Galang, Bagas dan Dira. Mereka sama-sama merasa diabaikan oleh keluarga. Merek tumbuh menjadi pemuda yang suka memberontak. Jika orangtuanya berkata A, mereka kan memilih B. Itulah cara mereka menunjukan eksistensinya.
Mereka bertemu di ajang pelatihan balap motor. Mereka berusaha melampiaskan kekecewaan hati mereka dengan ikut bergabung dengan latihan balapan. Tetapi, orangtua mereka melarang sehingga membuat mereka mendirikan geng motor untuk bisa balapan liar.
Mereka tidak takut mati. Karena apalagi takut tertangkap polisi. Selama ini, mereka selalu bisa bermain cantik, sehingga mereka tidak pernah tertangkap.
"Bos, tetaplah menjadi Bos kita," ucap Dira.
"Iya, Bos. Kita nurut saja, mau Bos apakan geng kita, asalkan Bos tetap ketua kami," kata Bagas.
Semua setuju dengan perkataan Dira dan Bagas. Mereka berusaha meyakinkan Galang untuk tetap menjadi ketua. Sayangnya, Galang sudah memutuskan untuk berhenti.
"Maaf, gue nggak bisa. Gue mau mengejar cinta gue, karena gue pingin memiliki cinta pertama gue. Gue nggak mau nyesel seperti Daddy. Menyia-nyiakan wanita yang dicintai," jawab Galang.
Mendengar pengakuan Galang, mereka semua terdiam. Galang tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan. Dia hanya ingin mendapatkan kepercayaan dan bisa lebih dekat dengan Shella, setelah keluar dari geng motor.
Galang teringat janjinya pada Shella untuk pulang lebih cepat, karena itu dia segera pamit pada teman-temannya untuk segera pergi.
Sebelum pergi, Galang mengajak Bagas untuk mengantarnya pergi. Galang meminta bantuan Bagas untuk menjual jam tangan miliknya. Jam tangan, hadiah ulang tahun dari ibunya. Mungkin jika saat ini ibunya tahu, dia akan marah padanya. Tetapi dia sudah siap dengan segala resikonya.
"Bos, apa nggak dipikirkan lagi?" tanya Bagas.
"Hanya ini jalan satu-satunya untuk membayar administrasi. Tidak mungkin aku terus merepotkan keluarga Shella. Sudah cukup selama ini gue menjadi parasit di rumahnya," jawab Galang sambil menarik napas dalam-dalam.
"Shella memang gadis yang sangat baik. Bahkan seandainya itu gue, gue juga nggak bakalan mungkin, mau menghabiskan waktu, uang dan tenaga untuk merawat Bos. Apa, Bos nggak ngerasa kalau Shella itu lebih mirip istri Bos?" tanya Bagas sambil menatap Galang.
"Is-tri?" tanya Galang lalu tertawa pelan. "Jangan becanda."
"Gue nggak becanda. Coba aja Bos ingat-ingat. Mana ada zaman sekarang istri kayak Shella. Kalau Bos ada stok, bolehlah kasih satu buat gue," sahut Bagas.
"Stok apaan. Gadis kayak Shella tu nggak banyak. Kalau dipikir-pikir, emang dia spesial banget. Makanya gue nggak akan melepaskan kesempatan untuk memilikinya," kata Galang.
"Apa Bos sudah berhasil?"
"Sangat sulit untuk bisa mendapatkan hatinya, apalagi dia tidak ada waktu untuk memikirkan cinta. Hidupnya hanya belajar dan bekerja. Tapi, gue tidak akan menyerah begitu saja. Kemungkinan sekecil apapun, tidka akan gue lewatkan," Jawab Galang.
"Semangat, Bos."
Setelah cukup berbincang dengan Bagas, Galang segera kembali ke resto. Dia memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, tetapi karena memang motor Shella motor lama, jadi tidak bisa dipaksa untuk lari cepat.
Akhirnya, sampai juga ke resto. Di sana, Pak Darman dan Shella sudah menunggu dan mereka terlihat sangat lelah. Melihat itu, Galang merasa menyesal telah terlambat pulang.
"Assalamualaikum," ucap Galang.
"Wa'alaikum salam," sahut pak Darman. Sementara Shella rupanya sudah tertidur di kursi.
"Paman, maaf, Galang terlambat," ucap Galang.
"Tidak apa-apa. Tadinya paman khawatir kamu kenapa-napa. Syukurlah kamu baik-baik saja," sahut Pak Darman.
"Shella ...." Galang melihat ke arah Shella.
"Shella, bangun, ayo pulang." Suara Pak Darman pelan tapi sudah bisa membangunkan Shella. Shella berusaha membuka matanya yang masih sangat mengantuk. Dia melihat kearah Galang yang terus memandanginya sambil tersenyum.
"Ayah, Shella nanti yang dibelakang, Shella masih mengantuk," ucap Shella. Shella sebenarnya kesal pada Galang karena terlambat pulang, tetapi dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk marah pada Galang.
Ayahnya setuju dan mereka bergegas pulang untuk segera beristirahat.
***
Sejak Galang mulai kuliah lagi, Shella selalu menemaninya setiap berangkat dan pulang. Bagi Shella, saat membantu seseorang, tidka boleh setengah-setengah. Shella ingin membantu Galang hingga di bisa menyelesaikan kuliah dengan nilai yang baik.
Galang telah banyak berubah dan sekarang dia lebih gila kerja dibandingkan Shella. Dia lebih sering mengambil lembur, untuk mendapatkan bonus. Dia ingin menabung untuk bisa mengembalikan uang yang sudah dihabiskan Shella selama perawatannya.
Memang Shella tidak pernah memintanya Galang untuk mengembalikannya, tetapi Galang menyadari jika uang yang dihabiskannya adalah hasil kerja keras Shella selama ini.
Galang mengikuti semua anjuran Shella, baik yang berurusan dengan kuliah maupun dalam pekerjaan. Galang menjadi anak yang penurut.
Galang dan Shella belajar bersama karena kebetulan mereka mengambil jurusan yang sama. Saat mereka pulang kuliah, mereka akan langsung ke resto dan belajar selama satu jam, sebelum mereka bekerja.
Di kampus, banyak mahasiswi yang meminta Shella untuk memintanya memberikan surat pada Galang. Bahkan sehari, Shella bisa mendapatkan 5 buah surat cinta.
Kadang, Shella merasa bosan hari memberikan surat-surat itu pada Galang. Tetapi karena itu sebuah amanat, maka suka tidak suka, dia harus memberikannya pada Galang.
"Shella, tolong berikan pada Galang, ya?" Salah satu gadis menyerahkan amplop padanya diikuti yang lain.
Shella tidak bisa menolak, dan dia hanya bisa tersenyum, sebagai jawabannya. Ketika mereka sampai di resto, barulah surat-surat itu, Shella berikan pada Galang.
Kali ini, entah untuk yang ke berapa, Shella kembali memberikan surat pada Galang. Kali ini Shella agak sedikit tegas pada Galang. Shella tidak ingin, belajar Galang terganggu karena surat-surat itu.
"Galang, sebelumnya aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadi kamu, tapi demi masa depan kamu sendiri, aku harap kamu masih tetap fokus dengan kuliah kamu. Jangan sampai setelah pacaran, kuliah kamu akan berhenti lagi seperti dulu," ucap Shella sambil menyerahkan surat pada Galang.
"Shella, sebenarnya semua surat yang kamu berikan padaku, tidak pernah ada satupun yang aku baca," ucap Galang.
"Kok bisa, bukannya waktu pertama kali kamu menerima surat itu kamu terlihat sangat senang?" tanya Shella kaget.
"Aku senang, karena aku mengira surat itu dari kamu," jawab Galang pelan.
"Dari aku? Untuk apa aku mengirimi kamu surat, orang setiap hari kita ketemu," kata Shella agak gugup.
...****************...
Sambil menunggu up selanjutnya, baca juga karya teman aku.