Cinta Ketua Geng Motor
Suasana sebuah jalan raya cukup menegangkan. Pasalnya, telah terjadi tawuran antar geng motor yang membuat pengguna jalan lain, tidak berani lewat di sana. Mereka takut kena sabetan pedang dan celurit yang di jadikan senjata oleh anggota geng motor tersebut.
Warung dan tempat umum lainnya memilih menutup tempat mereka untuk menghindari amukan anggota yang motor yang sedang berantem. Beberapa orang anggota geng motor telah terlihat terluka. Tetapi mereka masih saja saling mengayunkan senjata.
Perkelahian antara geng motor Starly dan geng motor Singa tersebut, memang kerap terjadi di daerah tersebut hingga meresahkan masyarakat sekitar. Mengganggu aktifitas mereka mencari rezeki.
Beberapa orang telah melaporkan perkelahian tersebut kepada polisi. Sebelum polisi datang, mereka ternyata sudah kabur terlebih dahulu. Mereka seperti memiliki naluri bahwa polisi akan segera datang.
Rupanya, mereka sudah menghitung waktu hingga polisi datang ke tempat kejadian. Sepuluh menit waktu efektif perkelahian mereka dan mereka akan langsung pergi apapun hasilnya. Pemenang akan di tentukan, dengan berhasilnya mereka melarikan diri dari kejaran polisi.
Dua orang anggota geng motor Singa, yang terluka akhirnya tertangkap oleh polisi. Hal itu membuat geng motor Singa, merasa dendam. Karena mereka telah dinyatakan kalah dan harus meninggalkan daerah tersebut.
Galang, ketua geng motor Starly merasa puas dengan hasil perkelahian tersebut. Setelah kemenangan itu, mereka mengadakan pesta minuman keras di markas mereka.
Anggota geng motor Starly terdiri dari 7 pemuda yang masih berusia antara 18 tahun hingga 20 tahun. Ketua geng mereka yang bernama Galang, seorang mahasiswa semester 2 yang lebih sering berada di markas daripada berada di kampus.
Usia Galang, baru 19 tahun. Tetapi, selain karena dia sangat pemberani, juga karena orangtuanya kaya dan memiliki banyak uang, Galang diangkat menjadi ketua geng motor Starly.
Dalam kondisi setengah mabuk, Galang memutuskan untuk pulang ke tempat kostnya, sementara yang lain masih berada di markas.
"Gue pulang dulu. Perasaan gue tidak enak. Mungkin karena gue udah dua hari ini nggak bisa tidur," ucap Galang kepada anak buahnya.
"Oke, Bos. Seharusnya Bos sekarang bisa beristirahat dengan tenang, karena geng Singa udah kalah dari kita. Mereka nggak bakalan berani bertingkah lagi," sahut Dira, anggota paling muda, 18 tahun, seorang pelajar SMA.
"Bos, jangan lupa besok malam. Bos sekarang mesti istirahat agar bisa menang," kata Very, 19 tahun, teman sekampus Galang.
"Tentu, aku nggak akan lupa. Kalian teruskan pestanya," jawab Galang.
Galang bergegas pergi meninggalkan markas menuju tempat kostnya dengan mengendari sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.
Siapa sangka, sejak keluar dari markas besarnya, beberapa orang mengikutinya dengan menggunakan sepeda motor juga. Saat berada di tempat yang agak sepi, mereka memepet motor Galang dan salah satu dari mereka menendang motor Galang hingga jatuh.
Galang yang dalam kondisi setengah mabuk, segera dihajar oleh orang-orang tersebut tanpa ampun. Tubuh Galang babak belur tetapi mereka terlihat belum puas. Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah pisau.
"Apa Lo yakin pingin tusuk dia?" tanya salah satu diantara mereka.
"Gue yakin, gue nggak peduli berurusan dengan polisi. Kalau bisa, gue akan habisi dia sekalian. Gue kagak takut sama tu bocah," jawab pemuda yang memegang pisau yang bernama Tora.
Tanpa menunggu lama, pemuda itu langsung menusuk perut Galang. Tak ada ada suara teriakan Galang karena Galang dalam kondisi tidak sadarkan diri. Darah mengalir dari luka tusukan tersebut dan mereka bergegas meninggalkan Galang.
"Sudah cukup. Ayo pergi sebelum polisi datang."
Mereka pergi tanpa peduli dengan kondisi Galang yang tidak bergerak sama sekali. Orang akan mengira jika Galang sudah meninggal.
Saat itu, sebuah sepeda motor berhenti karen melihat tubuh Galang yang tergeletak begitu saja di jalan. Seorang gadis cantik bernama Shella Amalia turun dari sepeda motornya. Mendekati Galang yang dipenuhi bercak darah.
Hampir dia berteriak, tetapi Shella menyadari bahwa malam sudah sangat larut dan hampir tidak ada orang lain yang lewat. Shella membuka helm Galang dan saat melihat luka di bagian perut Galang, Shella mengambil penutup peralatannya untuk mengikat perut Galang.
Shella, gadis cantik dengan rambut sebahu. Kesehariannya kuliah sambil bekerja membantu ayahnya yang menjual fried chicken. Shella memiliki tubuh yang agak kecil berusaha mengangkat tubuh Galang, tetapi ternyata dia tidak kuat.
Beberapa menit kemudian, ayahnya lewat dan dia berteriak memanggilnya.
"Ayah, tolong Shella!"
Suara teriakan Shella mengagetkan Pak Darman, ayah Shella. Lebih kaget lagi saat dia melihat pakaian Shella dipenuhi bercak darah dan berusaha mengangkat tubuh seseorang.
"Shella, siapa dia? Kenapa tubuhmu penuh dengan darah?" tanya Pak Darman panik.
"Ayah, tolong dia. Kasihan," kata Shella sambil menangis.
Shella teringat kecelakaan yang menimpa Kakaknya beberapa tahun yang lalu. Karena terlambatnya pertolongan, kakaknya akhirnya meninggal kehabisan darah.
Tanpa pikir panjang, mereka bergegas membawa Galang menuju ke rumah sakit terdekat. Mereka tidak ingin kejadian pada kakaknya Shella akan terjadi pada Galang.
Galang segera mendapatkan perawatan darurat dan ditangani dengan beberapa dokter.
Shella yang masih syok dan panik, duduk di kursi tunggu dengan pakaian yang dipenuhi bercak darah Galang. Ayahnya, menemani Shella sambil berusaha menenangkan Shella.
"Shella, sudah. Jangan menangis lagi. Pemuda itu tidak akan kenapa-napa," kata Pak Darman tenang.
"Shella takut dia meninggal seperti Kakak. Shella seperti melihat Kak Dani. Saat kecelakaan itu, tidak ada yang berani menolongnya karena takut berurusan dengan polisi. Kalau saja, mereka mau membawa Kakak ke rumah sakit, Kak Dani masih ada harapan hidup," kata Shella disertai isak tangisnya.
Pada saat itu, seorang perawat keluar dan meminta Shella mencari donor darah untuk Galang.
"Pasien kehilangan banyak darah. Dia membutuhkan darah segera. Golongan darah pasien AB," kata perawat sambil menatap Shella.
"Suster, golongan darah saya O. Tolong ambil saja darah saya," kata Shella sambil mengusap air matanya.
"Apa kamu yakin, Shella?" tanya ayahnya.
"Shella yakin, Ayah. Suster, bisa sekarang?" tanya Shella sudah tidak sabar.
"Mari ikut saya," kata Suster.
Shella mengikuti langkah suster untuk pemeriksaan. Setelah dipastikan darah Shella cocok dengan Galang, Dokter segera mengambil darah Shella untuk didonorkan pada Galang.
Proses penyelamatan Galang berlangsung cukup lama. Untung ada darah dari Shella sehingga Galang masih bisa bertahan hidup. Setelah Galang ditempatkan di ruang perawatan, Shella dan Pak Darman harus mengurus biaya rawat inap meski hanya dengan uang muka. Saat itu, mereka hanya memiliki uang sebesar 700 ribu, hasil dari berjualan hari itu. Mereka menggunakan uang itu untuk uang muka.
Pak Darman meminta Shella untuk segera pulang agar ibunya tidak khawatir. Shella menuruti keinginan ayahnya sementara ayahnya akan menunggui Galang hingga sadar untuk bisa menghubungi keluarganya.
Sampai di rumah, Shella bergegas mandi dan berganti pakaian karena takut ibunya akan melihat pakaiannya yang penuh darah. Shella menemui ibunya yang sudah selesai melakukan sholat malam.
"Ibu, Shella pulang," kata Shella pelan.
"Mana ayahmu? Kenapa ayahmu belum pulang?" tanya Bu Rasti khawatir.
"Ayah, berada di rumah sakit," jawab Shella.
"Apa, rumah sakit?" tanya ibunya panik.
Tiba-tiba, ibunya langsung pingsan mendengar kata rumah sakit. Shella sangat panik melihat ibunya pingsan.
"Ibu, ibu kenapa?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments