Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10# Vio--Shaka's Wedding
Arlan masih setia dengan motor bermodel--body besarnya. Begitupun Jingga yang justru datang dengan motor milik papa Mei, Zaltan pun sama. Sementara Mahad dan Maru, memilih membawa mobil yang katanya tak mau jika harus bertarung dengan angin dan polusi ibukota.
Savio terlihat sangat menawan dalam balutan baju pengantin off whitenya, sebelum nanti ia akan memakai baju abu kehijauan senada dengan para groomsmen, sementara para bridesmaid tampil dengan gaun one shoulder sampai ke mata kaki mencetak badan dengan belahan panjang di bagian depan hingga lutut bernuansa putih--senada dengan Shaka, bersama beberapa aksen bunga yang melingkari sanggulan model braided bun. (sanggul kepang)
Arlan memainkan rambut yang masih basahnya, ia acak-acak untuk kemudian ia tata saat berhadapan dengan jendela kaca besar hotel.
"Wehheyyy! Apa kabar?!" ia dan Jingga berjabat tangan dan saling membenturkan bahu.
"Wah bang Jing, keliatan lebih...kusem!" tawanya dibalas tawa Zaltan yang turut bergabung, memberikan keriuhan semakin menjadi-jadi.
Begitu pula saat Mahad dan Maru bergabung, kkn 21 seolah memiliki nyawanya kembali, meski Jovi dan Alby nan jauh disana.
"Udah ketemu sama Shaka?" tanya Arlan kembali merapikan jasnya, entahlah...cukup dibuat suka dengan jas ini, karena apapun itu merk jasnya...model pakaian ini seperti menambah poin plus kekharismaan seorang lelaki.
"Udah, tadi di ruang ganti pengantin." Jawab Jingga mendorong kacamatanya, Mei sempat mengusulkannya memakai lensa, namun Jingga menolak dengan alasan tak bisa dan tak biasa.
"Ah males gue. Banyak ben cong di dalem." Zaltan menyahut memantik tawa mereka lagi, "WO nya njirr milih MUA nya ban ci kabeh. Hih!" gidiknya masih ingat lambaian genit ban ci di dalam ruang make up pengantin yang bikin dirinya seketika merinding disko, bulu kuduknya menjerit-jerit.
Mahad tertawa kencang melihat kengerian Zaltan.
"Udah liat cewek-cewek? Mereka udah dateng?" tanya Maru mengedarkan pandangan ke arah ballroom yang hanya menampakan pegawai hotel dan pihak WO berlalu lalang.
"Udah. Mereka kesini dari jam 5, malah nginep di rumah Senja dulu." kembali jawab Jingga, sudah pasti ia tau setiap detail kegiatan Mei, ia kan bayangannya.
Arlan mengangguk setuju seraya menampilkan senyuman miringnya, "emang lo ngga liat mobil Senja di parkiran, Ru?"
Maru menggeleng, apakah ia lupa atau justru tak tau mobil Senja yang mana?
"Gue cari tempat buat nyesep dulu lah..." Arlan seperti orang sakaw yang resah mencari tempat sepi diikuti yang lain, sementara tak sengaja...sekelebat sosok seorang perempuan diantara balutan dress putihnya itu tak bisa untuk tak membuat Maru tersiam sejenak, demi melihatnya melintas jauh di depan sana sedang menghampiri dan bercengkrama dengan seorang petugas WO. Sudah lama sekali ia tak melihatnya, mami-nya Jojo dan Yaya. Begitu cantik dari terakhir ia melihatnya.
Hingga ia berlalu dan menghilang meninggalkan bayangan punggung yang indah.
Maru segera menyusul yang lain dimana mereka sudah hampir tak berjejak.
Kini tiba saatnya, para tamu undangan memenuhi ballroom hotel bernuansa abu dan gold bernafaskan kekhusyuan.
Saat Shaka telah berhasil mengucapkan dengan lantang janjinya di depan Tuhan, kini Savio berjalan diiringi para bridesmaidnya.
Ada sentakan tiba-tiba yang membuat daya kerja jantung Maru mendadak berhenti memompa di tempatnya. *Si paling menonjol* datang sepaket senyuman yang tak pernah luntur mengiringi Vio bersama yang lain.
"Vio keliatan banget beratnya." kekeh Zaltan berbisik diantara Mahad dan Arlan.
"Ini belum seberapa, Zal...ntar keliatan banget berbebannya kalo dah merit." Tawa jenaka Arlan langsung di desisi Jingga.
"Si Shaka girang banget, keliatan tuh dari mukanya udah siap nerkam si Vio." Masih saja keduanya bergosip membuat Jingga harus kembali menggeplak punggung Arlan. Maru tak ayal ikut tersenyum tipis mendengar celotehan mereka, namun fokusnya tetap tak berpindah dari wajah Senja.
Senja dapat melihat mereka, para laki-laki kkn 21 yang berdiri berderet. Jujur saja, rasa sukanya sudah bisa ia kontrol...tak separah waktu lalu, setidaknya sekarang ia bisa berdamai dengan perasaannya terhadap Maru. Hanya saja tatapan itu, tatapan dingin Maru seolah sedang mencecar dan memintanya untuk segera menoleh membalas tatapannya. Tidak, ia tak mau untuk luluh kembali dan gagal untuk maju.
Namun rupanya takdir selalu berkata lain, ia cukup kesulitan sebab peredarannya mengharuskan Senja berada dalam ruang lingkup Maru, seperti sekarang. Padahal, baik ia atau Maru sudah berusaha untuk tak sering muncul bahkan terkesan menghilang demi menghargai usaha Senja yang ingin melupakan Maru.
Kini moment haru yang berurai air mata dari Vio-Shaka bersama keluarga sudah terlewati, bagian seru seperti berbagi nasi dan ayam serta prosesi adat lain sudah dilakukan penuh keseruan. Bahkan dalam potret berbagai moment, ada Jingga dan Mei yang selalu menempel. Dan sisanya, memilih berkerumun bersama di satu sudut melihat berbagai runtutan acara, termasuk ketika para bridesmaid dan groomsmen ini melakukan tugasnya mengiringi dan menempeli pengantin.
Sampai tiba giliran Vio dan Shaka melempar buket bunga, mereka tak kalah berebut, kecuali Mei yang memang tak berniat melakukan itu, ia berdiam diri bersama Jingga di pinggir sambil memperhatikan yang lain berebut tempat.
"Lo ngapain ngikut antri juga sih?!" omel Senja pada Arlan, "ya lo tadi ngga denger, itu yang dipanggil tuh yang perjaka sama gadis...lah gue kan masih perjaka."
"Udah kali oy, berantem mulu nih pasangan pacar mo nyet." Zaltan menyela.
"Oke, siap ya!"
"1..."
"2..."
Mereka sudah harap-harap cemas setengah gemas.
"Lempar arah sini Vi!" jerit Senja membuat Vio tersenyum manis ke arah teman-temannya itu.
"Kayanya ada yang pengen cepet nyusul nikah nih?" tanya Lula tertawa.
"Iya, nanti gue kasih ke bang Jing sama eonni yang mau nyusul merit.." kilah Senja tanpa mau menatap siapapun dan lebih memilih melihat sepasang pengantin baru di depan, sekilas dapat ia lihat Maru yang berada tepat di samping sedikit belakang dari ekor matanya.
"3!"
"Wwooooo!"
Buket bunga dilempar, sekaligus membuat para tamu undangan yang berebut menangkap itu, langsung saling sikut dan ricuh di bawah sana, termasuk Senja.
Bukan ikut berebut menangkap buket, refleks Maru justru melindungi Senja dari sikutan yang lain, menarik dan membawanya ke dalam kungkungan dimana dapat ia lihat orang di samping Senja beresiko membuat gadis ini terjatuh dan terinjak-injak, terutama di bagian gaun belahnya itu.
Ada waktu sepersekian detik yang mampu membuat keduanya terlibat eye contact saat itu.
"Aduh, du duh..." meski dorongan-dorongan tetap mampu menggeser badan Maru yang mengungkung dirinya, hingga membuat keduanya tersingkir, namun beruntung tak sampai bikin Senja terluka dan jatuh.
"Ngga usah ikut-ikutan, Nja. Nanti gaun kamu keinjek." Ucapnya pertama kali bicara lagi, setelah sekian lama.
"Yeeeee!"
Bukan Mei atau Jingga yang berada di pojok ruang, bukan pula Lula yang hampir terjatuh dibantu Zaltan. Atau Syua yang sudah melepas heelsnya seraya tertawa bersama Mahad, apalagi Arlan yang langsung berlari tak ingin jasnya rusak, melainkan...
Pluk!
Buket bunga itu jatuh di kepala seorang di tengah sana, dimana beberapa orang sudah saling tin dih dan tertawa.
"Thanks," Senja langsung menjauh berjarak dan kembali ke tempat dimana Mei--Jingga berada disusul Maru serta yang lain.
Sementara Vio dan Shaka sudah tertawa riang, dengan Shaka yang yang merangkul pinggang Vio mesra.
\*\*
"Bridesmaid, groomsmen, foto yuk foto!" pinta sang fotografer yang langsung membuat anak-anak kkn 21 ini mengikuti langkah si fotografer dengan membersamai langkah sepasang pengantin ini. Bukan di podium, namun di sudut lain hotel lebih tepatnya area outdoor.
"Sayang banget Alby sama Jovi ngga disini..." ujar Vio berjalan didampingi semuanya, termasuk Senja yang buru-buru menggandeng Vio di sisi lain Shaka, "biar aja. Mas fotografer, ntar minta fotoin kita di podium pelaminan ya, biar bisa edit foto temen yang ngga disini, kasih aja lah foto mereka yang lagi jongkok." Oceh Senja selalu lain dari yang lain.
"Hahah, ngga estetik banget Nja!" omel Vio.
"Elah, kan yang penting ada."
Mereka berjajar sesuai arahan si fotografer dan pengarah gaya.
"Kakak yang ini coba gantian posisinya. Biar posisinya kaya tangga." pintanya mengubah posisi Senja dan Syua.
"Oke sip!" ujarnya, jepretan pertama kedua dan ketiga cukup bagus, namun ketika gaya keempat, sungguh membuat Senja dibuat mati kutu, sebab sang pengarah gaya memintanya bersampingan dengan Maru, sementara Arlan justru diminta berdampingan dengan Mei.
"Elah, bang ini calon bini orang nih!"
"Oh, salah?" tanya nya.
"Ini calon lakinya, bang. Jangan diganggu gugat, ntar rumah lo banjir bandang..." omel Zaltan memantik tawa mereka.
"Oh sorry...Sorry bang..." ucap tak enak pria dengan kameranya itu pada Jingga dan Mei yang digelengi Jingga dan Mei sendiri.
Diantara keseruan mereka, kedua orang yang sejak tadi sama-sama diam masih saling bersikap canggung terutama Senja.
"Kamu baik-baik aja Nja? Sakit?" tanya Maru digelengi Senja, "aku cuma..."
"Yok...siap yok!" pinta sang fotografer membuat mereka mengambil posisi masing-masing.
"Sorry ya," ucap Senja menaruh sikunya di pundak Maru, "no problem. Kamu kalo sakit, mauku anter balik?" masih saja lelaki ini bertanya.
"Engga." Tolak Senja, "aku oke."
"Atau mau tuker posisi sama Arlan?" tawar Maru paham jika Senja tak nyaman, namun gadis itu menggeleng, "ngga apa-apa, aku oke kok, Ru...asli..."
Maru mengangguk paham, "oke..oke, percaya." Senyum Maru tipis.
.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....