Azira membenci Ayahnya karena tega meninggalkan Ibu, dan dia bahkan lebih membenci istri kedua Ayahnya sebab jika bukan karena wanita itu, Ibu tidak akan pernah menginjak dunia malam. Tidak, sejujurnya Azira membenci Ayah dan keluarga Ayahnya yang bahagia serta harmonis. Pernah memandang rendah Azira dan Ibunya yang miskin, mereka bahkan tanpa ragu membunuh Ibunya.
Azira sangat membenci mereka semua!
Karena kebencian inilah dia terpaksa memasuki keluarga Ayah, menghancurkan kehidupan bahagia putri terkasih Ayah dan merebut calon suaminya, Azira melakukan semua itu.
Dia pikir balas dendamnya telah selesai setelah melihat keluarga Ayahnya hancur, dan dia pun siap dihancurkan oleh suami paksaan nya. Namun, siapa sangka bila suami paksaan nya tidak hanya tidak menghancurkannya namun juga menyediakan rumah untuknya kembali?
Apa ini?
Apakah ini hanya penyamaran sang suami untuk membalas dendam kepadanya karena telah merebut posisi wanita yang dicintai?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Hernawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.9
Melihat situasi itu, Azira langsung memanfaatkannya untuk memukul-mukul preman yang satu lagi. Preman itu masih shock melihat rekannya yang jatuh di atas trotoar menahan sakit.
"Diam, gadis sialan! Jangan bergerak lagi." Perintah preman itu marah.
Namun Azira tidak perduli dan terus saja meronta-ronta minta dibebaskan, apalagi ketika melihat seorang laki-laki muda yang keluar dari mobil itu sepertinya akan datang membantu, semangat Azira semakin tinggi untuk terus memberontak.
Ini adalah kesempatan untuk lepas dari cengkeraman preman ini, maka dari itu ia terus saja bertingkah meskipun lengan kirinya telah memerah menahan sakit.
Plak
Karena sudah tidak tahan lagi dengan tingkah Azira, tangan preman itu terangkat tinggi langsung menamparnya sekuat tenaga. Sejenak, Azira benar-benar linglung dengan tamparan preman itu, ia pusing dan tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya.
Di samping itu, dalam waktu yang bersamaan laki-laki yang turun dari mobil tersebut langsung menendang keras perut preman itu karena marah melihatnya menampar seorang wanita dengan kasar.
Grab
Lalu, ia dengan cepat menangkap tubuh Azira yang akan jatuh karena kehilangan penyokong tubuhnya.
Pandangan Azira menjadi buram, ia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah laki-laki ini. Akan tetapi yang pasti, tubuh laki-laki ini begitu hangat dan nyaman, membuat Azira tanpa sadar terbuai.
"Apa yang terjadi di sini dan siapa laki-laki ini?" Nyonya Bara tiba-tiba muncul menengahi, mencegah anak buahnya dipukul sampai babak belur.
"Tante, kenapa tidak langsung tanyakan saja pada kedua laki-laki ini lebih jelasnya." Mata dingin laki-laki ini begitu enggan untuk berkompromi, namun itu hanya sekedar kesan karena ia masih mempertahankan sikap sopan santunnya pada pihak lain.
"Nyonya, kami tadi sudah berhasil menangkap gadis ini namun karena laki-laki ini, rencana kami akhirnya gagal." Lapor preman yang masih merasa kesakitan diperutnya.
Mendengar laporan preman tersebut, mata hitam pekat nan tajam laki-laki itu pun jatuh pada sosok glamor tante-tante yang ada di depannya.
Dari tatapan matanya, laki-laki ini bisa menilai bahwa wanita dan kedua laki-laki itu sedang berkomplot untuk menculik gadis yang di pelukannya ini.
"Ah, pemuda tampan sepertinya ada kesalahpahaman diantara kita." Nyonya Bara mendekati laki-laki itu dengan senyuman palsunya.
"Kesalahpahaman apa maksud, Anda?" Tanya laki-laki itu tidak tertipu dengan senyuman manis nyonya Bara.
Tertawa kecil, tangan kanannya yang bersih dan lentik menunjuk Azira yang masih linglung di dalam pelukan pemuda itu.
"Dia adalah keponakan ku, tapi karena terjadi perdebatan di rumah ia melarikan diri ke sini. Jadi karena tidak punya pilihan lain aku harus menyewa dua orang ini untuk menemukannya." Jelas nyonya Bara dengan ekspresi yang meyakinkan.
Tersenyum lembut, pemuda itu dengan teguh menatap lurus nyonya Bara.
"Apakah sampai harus menggunakan kekerasan?" Tanya pemuda itu santai, namun menyiratkan sesuatu.
"Ah..itu karena dia terlalu nakal jadi mereka terpaksa menggunakan kekerasan." Elak nyonya Bara mencari pembenaran.
Namun sayangnya pemuda ini sama sekali tidak tertipu sekuat apapun ia memberikan alasan.
"Maka untuk memastikannya kenapa kita tidak menghubungi polisi saja untuk mengetahui apakah alasan kalian dapat diterima atau tidak meskipun kalian ini mengakui sebagai keluarganya." Tawar pemuda itu mencari jalan tengah.
Spontan, ekspresi nyonya berubah pucat. Memperlihatkan ketakutan yang samar namun dapat dilihat dengan jelas oleh pemuda itu.
"Sepertinya tidak perlu karena-"
"Karena kalian berniat menculiknya, bukan?" Potong pemuda itu cepat.
Tertegun, tubuh nyonya Bara seketika membeku. Ia bahkan tidak bisa memberikan senyuman palsu yang biasa terapik manis di sudut bibir berkerutnya.
"Aku kenal wanita ini dan ia tinggal di komplek perumahan edelweis. Aku juga kenal keluarganya jadi bagaimana bisa kau mengaku-ngaku menjadi keluarganya?" Serang pemuda itu tajam, mencoba mengikis keberanian lawan bicaranya.
"Jadi, nyonya yang terhormat aku harap ini adalah terakhir kalinya aku melihat mu dan jika suatu hari aku mendengar kabar bahwa wanita ini tiba-tiba menghilang, maka orang pertama yang akan aku cari adalah-"
Cekrek
"Kamu." Ucapnya serius seraya memperlihatkan nyonya Bara fotonya yang baru saja pemuda itu ambil menggunakan handphonenya.
"Anda tahu bukan bahwa mencari Anda tidak akan sulit jika menyangkut aparat hukum, jadi aku harap berhati-hatilah lain kali." Ancam pemuda itu seraya memperbaiki posisi Azira agar senyaman mungkin di dalam pelukannya.
"Sial, ayo pergi." Perintah nyonya Bara sambil berlari menjauh dari pemuda itu.
Bersambung...