Cinta Setelah Benci

Setelah insiden pelukan secara tiba-tiba tadi, Siena menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Dia merangkai bunga dan mengabaikan keberadaan Erlan yang duduk di belakang meja kasir. Erlan mengawasinya.

Erlan menatap Siena yang tampak fokus dalam pekerjaannya. Siena terlihat begitu cantik saat dia tersenyum kepada para pembeli, hal itu membuat Erlan cemburu. Dia tidak suka cara Siena tersenyum, dia harus memikirkan cara yang tepat yang akan bisa membawa Siena ke Limerick.

Saat Erlan sedang asyik menatap Siena, pintu toko terbuka, Arsen berjalan masuk sambil membawa kotak makanan di tangannya.

“Hai Sie, aku membawakan makan siang untukmu.” Ujar Arsen menghampiri Siena, dia belum menyadari Erlan yang duduk di kasir. Selamat menatap tajam pada Arsen.

“Nggak perlu repot-repot Arsen. Aku bisa membeli makanan secara delivery,” Kata Siena tidak enak. Dia tidak mau merepotkan Arsen terlalu sering, Arsen sudah banyak membantunya selama ini.

“Tidak repot kok. Aku senang bisa membantu kamu,” Ujar Arsen seraya meletakkan kotak makanan diatas meja di depan Siena.

Erlan yang sudah tidak tahan melihat interaksi mereka segera menghampiri Siena dan memeluk pinggang Siena dengan posesif.

“Erlan? Apa yang kamu lakukan? Menjauh dariku!” Siena menarik dirinya untuk menjauh, tapi Erlan memegang pinggangnya erat.

“Anda siapa?” Tanya Arsen, ada kilatan kemarahan di matanya saat melihat tangan Erlan yang melingkar di pinggang Siena.

“Saya-”

“Dia kenalanku.” Potong Siena cepat, ia tidak memberi kesempatan Erlan untuk berbicara aneh-aneh.

“Okay." Arsen mengangguk-anggukan kepalanya. "Kenapa dia secara tiba-tiba memeluk pinggangmu?” Tanya Arsen dengan nada tidak suka.

“Ini cara kami mengakrabkan diri,” jawab Siena asal, ia mencubit perut Erlan dengan keras. " Menjauh dariku, Erlan!" bisik Siena.

“Sst..sakit sie,” Erlan meringis kesakitan. Sebenarnya itu tidak sakit sama sekali, hanya akal-akalannya saja untuk mendapatkan simpati Siena.

Siena mengabaikannya, ia mengambil kotak makan siang yang dibawa Arsen ke belakang. Ada ruang penyimpanan peralatan di bagian belakang toko, di sana juga alat-alat makan yang sering digunakan oleh Siena dan Elsa.

Sepeninggalnya Siena, dua pria dewasa itu saling melemparkan tatapan tidak suka. Arsen memiliki kerutan dalam di keningnya, wajah Erlan tampak familier. Dia pernah melihatnya di suatu tempat, tetapi dia tidak ingat dimana.

Erlan menatap Arsen dengan tatapan meremehkan. Pria ini adalah saingannya dalam misi membawa Siena kembali ke hidupnya, dia harus mempertimbangkan untuk menyingkirkan Arsen dengan caranya jika Arsen berkemungkinan merebut Siena darinya.

“Selamat siang!” Elsa yang baru datang berteriak dari ambang pintu. Matanya berbinar saat melihat Erlan dan Arsen. Elsa sangat menyukai keberadaan pria tampan, dan keberadaan dua pria tampan di toko ini menambah semangat hidupnya.

Erlan dan Arsen kompak menoleh.

“Hehe… Hai, apa dia salah satu pelanggan?” Elsa bertanya pada Arsen sambil mengerling ke Erlan.

“Katanya kenalan Siena,” jawab Arsen acuh.

Elsa bertepuk tangan heboh. “ Ya ampun!! Siena memang pengoleksi pria tampan!” Pekiknya riang.

Tidak lama kemudian, Siena kembali bergabung sambil membawa makanan yang sudah di pindahkan ke dalam piring.

“Lho, Elsa? Kamu sudah datang?” Siena meletakkan tiga piring diatas meja. “ Duduk sini, kita makan siang bareng.” Ajaknya.

“Aku sudah makan siang. Kamu bisa makan bersama para pria tampan ini, aku akan mulai bekerja.” Kata Elsa dengan cepat meluncur ke sisi lain toko.

Siena menggelengkan kepalanya melihat semangat dan antusias Elsa.

Jadi sekarang Siena duduk bersebelahan dengan Arsen, sedangkan Erlan duduk di depannya dengan wajah ditekuk.

“Arsen, bagaimana dengan dinner kita nanti malam?” Tanya Siena. Dua hari lalu Arsen memang mengajaknya dinner, ia sengaja mengatakannya sekarang untuk menegaskan kepada Erlan bahwa keberadaannya tidak diharapkan disini. Siena tidak membutuhkannya!

Tangan Erlan mengepal kuat di bawah meja, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak memukul wajah Arsen.

“Tentu saja kita harus pergi, aku sudah mendapatkan restoran yang bagus.” Kata Arsen tersenyum puas. Dia mengangkat sebelah alisnya pada Erlan seolah-olah mengatakan ‘lihat! Aku bisa pergi makan malam bersama Siena. Kami memang sedekat itu.’

Tak!

Erlan meletakkan sendoknya dengan kasar di atas meja. Dia berdiri dengan wajah merah padam, lalu menarik tangan Siena. “ Aku perlu bicara.”

“Hei! Hei! Lepaskan tangan Siena!” Arsen menarik tangan Siena yang lainnya.

“Diam! Jangan ikut campur!” Dengus Erlan dingin.

Terjadilah adegan tarik menarik memperebutkan Siena. Tidak ada yang mau mengalah untuk melepaskan tangan Siena, keduanya sama-sama bersikeras. Erlan mau membawa Siena berbicara berdua, sementara Arsen mau Siena tetap disini dan makan bersamanya.

Siena menatap bolak-balik dua pria dewasa yang saling melotot itu.

“Wow! Apakah ini cinta segitiga?” Tanya Elsa yang tiba-tiba sudah ada di dekat Siena. Dia menatap tangan kanan kiri Siena yang dipegang oleh Erlan dan Arsen.

"Sepertinya ada sesuatu yang menarik terjadi disini?" belum sempat salah satu dari mereka membantah perkataan Elsa, seseorang yang baru datang menginterupsi dari pintu toko.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💗💗💗...