Puspa adalah seorang janda berusia 25 tahun yang secara tidak sengaja menemukan sebuah pusaka mistis.
pusaka itu memiliki ilmu pemikat yang sangat kuat, dengan bermodalkan pusaka itu Puspa membuat sumpah, "semua lelaki bajingan harus mati!"
Puspa membuat sumpah seperti itu karena dia dulu hanya di buat mainan oleh mantan suaminya Alexander seorang pengusaha dari jakarta, akankah Puspa berhasil balas dendam kepada Alexander bermodalkan sebuah Pusaka yang berbentuk Tusuk Konde itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menggertak
Puspa kemudian mengikuti pelayan itu untuk mengikuti nyonya dan Tuan moris.
Secara mengejutkan puspa di bawa ke sebuah ruangan mewah yang berada di lantai paling atas. Ketika puspa tiba di lantai itu semua karyawan terlihat membungkukan badannya ke arah puspa.
Sesampainya di dalam ruangan puspa bisa melihat Endra yang berdiri memunggunginya dan menatap keindahan kota Lamongan dari dinding kaca gedung ini.
Sementara itu di dekat Endra berdiri patuh seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah prapto.
Endra menoleh ke arah puspa sambil tersenyum, "maafkan aku, mungkin ini terlalu mendadak untukmu, silahkan duduk terlebih dahulu..."
Puspa kemudian duduk di sofa itu, puspa duduk di depannya nyonya dan Tuan Morris. Sementara Endra duduk di sebuah sofa bagian kiri yang terpisah dengannya.
"Maafkan aku yang mendadak seperti ini, puspa. Namun aku ingin mengajakmu ke jenjang yang lebih serius, aku ingin mengajakmu menik---" sayang sekali sebelum Endra menuelesaikan kalimatnya Puspa langsung menyela, "maafkan saya mas Endra, saya tidak bisa menerima anda, saya tidak mau membuat hubungan dengan siapapun..."
"Apa?!" Baik nyonya dan Tuan morris mereka berdua langsung kaget secara bersamaan, sementara endra memandangi puspa dengan ekspresi tidak percaya.
"Kamu menolakku?" Tanya Endra dengan nada yang tercengang.
Puspa tersenyum kecut, "maafkan saya mas Endra, saya tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun."
"Apa maksud dari ucapanmu?!" Jelas yang paling marah saat ini adalah nyonya morris.
"Perhatikan ucapanmu wanita..." ucap Tuan morris dengan dingin.
Nyonya morris kemudian berucap, "kamu telah menyelidikimu sebelum ini, kamu hanyalah seorang janda miskin yang di tinggal pergi oleh seorang lelaki, anak kami telah mau menerimamu walaupun kamu janda, namun beraninya menolak! Dasar tidak tau bersyukur!"
Tuan morris menambahkan, "kamu mau membuang kesempatan untuk merubah kehidupanmu? Fikirkan baik-baik apakah kamu ingin hidup mlarat selamanya?"
Sementara Endra bertanya kepada Puspa, "jelaskan mengapa kamu menolakku?"
Puspa menjawab, "sebelum ini saya telah menyadari bahwa anda mengirimkan anak buah anda untuk menyelidiki saya, dan mungkin saya bekerja di butik itu karena ada campur tangan anda. Anda begitu posesif saya tidak ingin menjadi burung kecil di dalam sangkar anda.."
Endra mulai menggertakan giginya dengan geram, dia sama sekali tidak menyangka akan di tolak mentah mentah oleh janda ini.
Endra kaya, tampan dan kharismatik. Banyak wanita yang masih perawan berlomba-lomba untuk bisa menjadi kekasih Endra, namun di tolak janda seperti ini membuat harga diri Endra jatuh sampai ke dasar jurang.
Puspa menambahkan, "hidup saya tidak ingin berakhir seperti di dalam novel romansa, 'pelayan cantik milik tuan muda posesif...' di mana saya hanya akan menjadi burung kecil yang tidak bisa menentukan kebahagiaan hidup saya..."
Tiba tiba Tuan morris berteriak, "ya benar! Kamu tidak bisa menentukan kehidupanmu! Kamu hanyalah janda miskin yang tidak tahu diri! Apakah kamu fikir, kamu bisa selamat setelah menolak anakku?"
Nyonya morris juga menambahkan dengan nada yang sama, "apabila kamu mau menikahi anak kami, kami bisa mengangkat drajatmu yang tadinya janda miskin menjadi nyonya besar keluarga morris, namun apabila kamu menolak putra kami, kami bisa menghancurkan drajatmu dan membuat hidupmu sengsara, sampai-sampai kamu berfikir bahwa mati itu lebih baik!"
Tiba tiba pada saat ini Endra langsung mengeluarkan pistol dari balik jasnya dan langsung menodongkannya ke arah Puspa. Prapto pelayan yang berdiri tidak jauh dari endra juga mengeluarkan pistol dan menodongkannya kepada puspa.
Beberapa pelayan lainnya yang berada di ruangan ini juga melakukan hal yang sama, mereka langsung mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arah puspa.
Tatapan galak juga terlihat dari mata Tuan Dan nyonya morris.
Endra berucap dengan dingin, "aku ingin memilimu selamanya, meskipun aku harus menjadikanmu burung kecil dalam sangkar, atau menjadikanmu bonekaku, atau bahkan membuatmu cacat untuk bisa bersamaku, AKU TIDAK PERDULI!"
Bohong apabila puspa tidak gugup saat ini, siapapun juga pasti akan gugup apabila di todong moncong senjata seperti ini.
Berbeda dengan saat puspa menghadapi dukun molo yang ceroboh mencekiknya, sehingga memberikan kesempatan bagis puspa untuk menusuk jantungnya. Begitu juga dengan kedua preman itu, kedua preman itu yang mendekat, sehingga puspa bisa menusukan tusuk konde miliknya.
Sangat berbeda dengan saat ini, pistol adalah senjata jarak jauh, apakah puspa bisa bertahan dari peluru sebelum dai bisa menusukan Tusuk Konde miliknya?
Belum lagi ruangan ini berada di dalam gedung apakah puspa bisa keluar dengan aman setelah menusukan tusuk kondenya ke semua orang yang ada di tempat ini, jelas dia akan segera di ekspos dan menjadi buronan.
"Sepertinya aku harus mencoba hal itu..." ucap Puspa dalam hati, sebelum puspa berangkat kerja dia telah menyiapkan sesuatu untuk jaga jaga.
"Tunggu.." ucap puspa kepada semuanya, dia langsung mengambil sebuah tutup kotak berwarna hitam..
Puspa menunjukan logo yang berada di kotak hitam itu kepada Tuan dan Nyonya morris.
"Ba.. bagaimana bisa?" Teriak nyonya morris dengan tidak percaya.
Buru buru Tuan Morris berteriak, "turunkan pistol kalian!" Teriaknya kepada Endra dan yang lainnya.
Nyonya morris dan tuan morris sama sekali tidak menyangka, bahwa puspa adalah salah satu anggota organisasi bawah tanah paling mengerikan di jawa timur, Crimson Crescent Moon.
Keluarga morris ini ketakutan, sementara puspa tercengang. Ide miliknya sangat sederhana, dia hanya ingin meminjam nama milik Crimson Crescent Moon untuk pergi dari tempat ini secara baik baik tanpa ada pertumpahan darah sedikitpun.
Awalnya puspa fikir ketika dia menunjukan logo itu dia bisa bernegosiasi dengan baik, namun apa yang dia lihat lebih dari itu, bahkan keluarga morris sampai memasang ekspresi ketakutan hanya karena melihat logo bulan sabit berwarna merah darah itu.
Puspa langsung bertanya tanya dalam hatinya, "sebenarnya seberapa kuat kelompok Crimson Crescent Moon ini?"
"Apakah anda adalah bagian dari Crimson Crescent Moon?" Tanya Tuan Morris dengan ekspresi ketakutan.
Puspa memang bukan berasal dari kelompok ini, bahkan ilegal apabila menggunakan nama kelompok ini, namun ketika dalam posisi seperti ini mustahil bagi puspa untuk jujur, terkadang bohong itu baik.
Puspa berucap, "pertanyaanmu sungguh konyol, apakah kalian tidak tahu apa hukumannya bagi orang yang mengacungkan senjatanya pada anggota Crimson Crescent Moon? Apakah kalian ingin di musnahkan hingga ke akar akarnya?" Tanya puspa.
Apa yang tidak di ketahui puspa dan seluruh orang yang ada di dalam ruangan ini, nampak ada seorang pemuda yang berdiri di belakang sofa tempat puspa duduk, "ahh, aku jadi teringat dengan diriku yang dulu, menggertak untuk menyiutkan mental musuh..." batin pemuda itu yang teringat ketika dia berada di palembang.
Siapa lagi kalau bukan sugi.