Violetta Madison gadis 20 tahun terpaksa menyewakan rahimnya demi membayar hutang peninggalan kedua orangtuanya. Violetta yang akrab dipanggil Violet itupun harus tnggal bersama pasangan suami istri yang membutuhkan jasanya.
"Apa? Menyewa rahim ?" ucap Violet,matanya melebar ketika seorang wanita cantik berbicara dengannya.
"Ya! Tapi... kalau tidak mau, aku bisa cari wanita lain." ucap tegas wanita itu.
Violet terdiam sejenak,ia merasa bimbang. Bagaimana mungkin dia menyewakan rahimnya pada wanita yang baru ia kenal tadi. Namun mendengar tawaran yang diberikan wanita itu membuat hatinya dilema. Di satu sisi, uang itu lebih dari cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Namun disisi lain,itu artnya dia harus rela kehilangan masa depannya.
"Bagaimana... apakah kau tertarik ?" tanya wanita itu lagi.
Violet tesentak,ia menatap wanita itu lekat. Hingga akhirnya Violet mengangguk tegas. Tanpa ia sadar keputusannya itu akan membawanya kepada situasi yang sangat rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran terungkap
Di dalam sel,Baron kedatangan seseorang yang sangat dekat dengannya. Pria itu menyayangkan tentang tertangkapnya Baron sebab terlibat dengan mantan istri Adrian.
"Kenapa kau ceroboh sekali. Beruntung aku sudah mengkopi file kebusukan Ramon." ucap Dores.
Baron mendekatkan tubuhnya, berkata berbisik pada Dores.
"Kau sudah mengunggahnya? Jika itu terjadi maka aku akan terbebas dari segala tuduhan. Dan... masalah percobaan pembunuhan, sama sekali aku tak terlibat " ungkap Baron.
"Kita lihat saja nanti. Aku akan siapkan pengacara untukmu. Dan setelah kau bebas... kau harus meninggalkan kota ini. Setidaknya untuk sementara." jelas Dores.
***
Sementara di rumah sakit, Violet dan Eva sudah diperbolehkan pulang. Adrian membantu mereka berkemas. Sesekali Violet curi pandang melihat kelembutan hati Adrian. Eva hanya memperhatikan mereka ,terlukis senyum simpul di sudut bibirnya. Ia tau Violet mulai membuka hatinya untuk majikannya itu.
Selama ini, Eva cukup mengenal Adrian. Selama hidup besama dengan Claudia. Adrian tak pernah mendapatkan tatapan penuh cinta seperti yang ia lihat saat ini. Tatapan Violet penuh perasaan. Eva berharap Adrian mendapatkan kebahagiaan sepanjang hidupnya.
"Ayo... kita keluar sekarang." ucap Adrian.
Mereka pun berjalan keluar dari kamar rawat. Adrian mendorong kursi roda Eva dengan perlahan, sementara Violet berjalan di sisi mereka, masih memeluk tas kecil di dadanya. Udara pagi yang segar menyambut langkah mereka keluar dari gedung rumah sakit, seolah memberi harapan baru setelah badai yang panjang.
Sesampainya di mobil, Adrian membantu Eva masuk ke kursi belakang. Violet berdiri sebentar, memandangi sikap Adrian yang hangat.
"Violet... ayo masuk!" ucap Adrian pelan.
Violet menoleh dan segera masuk ke mobil. Di sepanjang perjalanan menuju rumah, suasana hening. Hanya suara radio yang pelan menemani mereka. Eva akhirnya tertidur karena pengaruh obat, membiarkan kedua orang dewasa itu dalam keheningan.
"Vio... Sebaiknya kita kembali ke rumahku sebelumnya. Aku tak ingin kalian kenapa-napa." ucap Adrian memecah kesunyian.Violet menoleh,
"Bagaimana dengan nyonya Claudia? Aku tak ingin membuat keributan." sahut Violet cemas.
"Aku sudah bercerai dengannya. Kau tidak perlu cemas." jelas Adrian.
Violet tertunduk, ia merasa bersalah atas perceraian mereka. Semua ini berawal dari kedatangannya ke dalam rumah tangga mereka. Adrian menyadari sikap Violet yang berubah.
"Kenapa? kau merasa bersalah? " tanya Adrian, sambil memegang tangan violet yang berada di pangkuan Violet.
"Aku hanya..."
"Semua bukan kesalahanmu. Bahkan berkat kehadiranmu aku mengetahui siapa dia sebenarnya " ungkap Adrian.
Eva melirik mereka ,ternyata Eva tidak benar-benar tertidur. Memperhatikan pergolakan mereka. Eva yakin Violet bisa membahagiakan majikannya. Namun suara radio membuat Violet terhenyak.
"Tolong tambahkan volumenya " pinta Violet,samar-samar ia mendengar berita kebakaran disebuah pabrik tempat ayahnya bekerja.
"Bukankah itu pabrik garmen yang kebakaran 5 tahun lalu?" tanyanya ,matanya membelalak dan jantungnya bergemuruh.
Adrian langsung mematikan radio itu sementara Eva terbangun melihat ketegangan Violet.
"Bukankah itu, pabrik milik Anda,Tuan? " sahut Eva.
"Mungkin kau salah dengar." Adrian mencoba mengalihkan.Dan ia semakin tegang.
"Tidak! Aku yakin , pabrik itu... pabrik yang menewaskan ayahku." ungkapnya sambil menggeleng pelan.
Eva terhenyak ,ia bangkit dan mendekatkan tubuhnya ke depan.
"Apa maksudmu,Nona?" tanya Eva.
Adrian mulai panik,inilah yang ia khawatirkan. Belum sempat ia mengatakan padanya tentang kecurangan Ramon hingga membuat ayah Violet menjadi korban.
"Kau tenang dulu,Vio. Mungkin kau salah dengar." ucap Adrian sekali lagi.
"Lalu kenapa Anda langsung mematikannya? Apakah benar yang dikatakan bu Eva ?" tanya Violet bingung.
Adrian terdiam. Sorot matanya gelisah, rahangnya mengeras. Ia tak pernah berniat menyembunyikan ini selamanya, hanya belum menemukan waktu yang tepat. Tapi sekarang, kebenaran itu telah mengetuk pintu dengan paksa.
Eva memandangi keduanya dengan cemas. Violet masih menatap Adrian, menunggu jawaban yang tak kunjung keluar.
"Tuan...Kenapa Anda diam?" panggil Violet, suaranya nyaris berbisik.
Adrian menarik napas dalam-dalam. Mobil berhenti di lampu merah, memberi waktu sejenak sebelum semuanya berubah.
“Violet, Apakah kau akan tetap bersamaku jika aku memberitahukan kebenarannya?"ucap Adrian akhirnya membuat dada Violet berdesir.
“Maksud Anda?”
“Pabrik itu… merupakan kelalaian ayahku ” ucap Adrian lirih.
Eva menutup mulutnya, menahan napas. Violet mematung, tubuhnya terasa ringan seolah jiwanya ingin lepas dari raga.
“Ayahmu adalah satu-satunya yang tahu soal laporan penggelapan dana dan kerja ilegal yang dilakukan perusahaan ayahku. Dan saat ia hendak melaporkannya… Ayahku membungkamnya."
Violet menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya bergetar. Eva menggenggam bahu gadis itu dari belakang dengan penuh kasih.
“Kenapa… kenapa baru sekarang ?” isaknya, tak mampu menahan tangis yang mengalir begitu deras.
“Aku baru tau setelah malam itu. Malam dimana aku tidur bersama mu." kata Adrian dengan suara parau.
“Aku mulai mencaritahu tentang dirimu.Dan...aku menemukan kenyataan ini."lanjutnya.
“Ayahku… bukan pencuri seperti yang selama ini diberitakan?” Violet menatap Adrian penuh harap.
“Tidak. Dia korban. Satu-satunya orang jujur di tengah kebusukan.” jawab Adrian tegas.
Tangis Violet makin pecah. Ia meraih tangan Eva dan menggenggamnya erat, seolah menjadikannya jangkar di tengah badai besar. Eva mengusap punggung Violet dengan lembut.
“Kita akan hadapi ini bersama, Nona. Kita akan bersihkan nama ayahmu.” ucap Eva dan Adrian mengangguk.
“Aku janji, Violet. Kali ini, tak ada yang akan ku biarkan menyakitimu lagi.”
Violet tak menjawab,hatinya hancur mengetahui pria yang kini ada dihadapannya merupakan anak dari orang yang telah membunuh ayahnya dan membuat ibunya meninggal karena sakit yang dideritanya akibat kehilangan suaminya.
Mobil melaju kembali, namun suasana di dalamnya berubah—bukan lagi penuh rahasia, melainkan keberanian. Violet masih menyimpan luka, tapi kini ada harapan: untuk kebenaran, untuk keadilan, dan mungkin... cinta. Tapi sejatinya perasaan seseorang tidak akan pernah tau jika kebenaran sudah terungkap. Entahlah hanya author yang tau akhirnya.
Di tempat lain, Dores sedang duduk di ruang kerja gelap, menatap layar komputer yang memutar ulang rekaman kebakaran lima tahun silam. Ia tersenyum samar, lalu membuka folder berlabel "Plan B McKenna Downfall" Ponselnya berdering.
"Selesai" suara di seberang berat dan dingin.
"Bagus. Kau yakin Adrian sudah mengetahui rencana kita?."
“Biar saja. Kalau ia ikut campur itu lebih baik. Sekali panah, dua burung binasa. Bukankah itu bagus?"
Dores menghela napas. Ia tahu permainan ini makin berbahaya. Tapi satu hal pasti: kebenaran dan kekuasaan akan saling menghancurkan—dan ia ada di tengah-tengahnya.
"Aku akan membalasnya, dan takkan aku biarkan Ramon tenang sebelum ia membayar penderitaan para korban" monolog Dores.
Dores merupakan salah satu korban selamat dalam insiden itu. Ia tahu jika Madison tidak bersalah .Madison yang merupakan ayah Violet adalah orang yang memberikannya pekerjaan saat ia membutuhkannya. Namun ,Dores tidak pernah tau jika anak dari Madison masih hidup.Dan kini menjadi istri dari Adrian,putra musuhnya yaitu Ramon.
Adrian junior sudah otw blm yaaa 🤭
Semoga tuan Adrian, vio ,, Eva dan mama Helena akan baik2 saja dan selamat dari niat jahat papa Ramon
Vio,, kamu harus percaya sama tuan Adrian,, Krn aq juga bisa merasakan ketulusan cinta tuan Adrian utk mu....
Vio..., kamu skrg harus lebih hati-hati dan waspada,, jangan ceroboh yaaa
Qta tunggu kelanjutan nya ya Kaka othor
Tolong jagain dan sayangi vio dengan tulus,, ok. Aq merasa ad sesuatu yang kau sembunyikan tentang vio, tuan Adrian. Sesuatu yg baik,, aq rasa begitu....
Dia takut bukan karna takut kehilangan cintanya tuan Adrian,, tapi takut kehilangan hartanya tuan Adrian.