Kerap kali persahabatkan akan menumbuhkan ras cinta, terlebih jika persahabatan antara laki - laki dan perempuan.
Seperti yang aku alami, aku dan Arjuna sudah bersahabat sejak lama tepatnya sejak SMP. Usiaku memang lebih muda dua tahun darinya. Tapi karena keenceran otakku aku bisa tinggat dengannya.
Dan ini kisahku dengan sahabatku Arjuna, yang terpaksa menikah karena suatu alasan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putri sulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan.
Aku duduk di sofa ruang keluarga bersama mama dan papa mertua ku. Aku membuka lembaran album foto pernikahanku yang kemarin baru diantar. Mengamati wajah Arjuna, saat itu dia tersenyum. Bukan lebih tepatnya, terpaksa untuk tersenyum.
Arjuna kali ini memang sangat pandai menyembunyikan luka dihatinya dari ku. Dia nampak sangat tegar. Aku yakin hingga saat ini dia pasti masih kecewa dan patah hati.
Sampai sekarang pun, dia masih belum mengganti cincin yang kekecilan itu. Padahal itu adalah maharnya, saat menikahiku. Artinya, dia belum menerimaku sepenuhnya.
Pasti ada alasan kenapa dia melakukan semua itu. Tapi, apa?
" Papa bener gak tahu Arjuna kemana ?" tanya mama pada papa, yang duduk dihadapanku.
" Nggak tahu ma. Arjuna gak bilang sama papa." jawab papa santai dengan masih fokus menatap pada laptop dipangkuannya.
" Farhana.!" panggil mama.
" Ya, ma!" jawabku menoleh pada mama yang duduk disamping kananku.
" Arjuna gak nelfon atau chat? Ngasih kabar, kenapa sampai sekarang belum pulang.?" tanya mama.
Aku menggeleng. Hari sudah gelap. Nggak biasanya Arjuna pulang terlambat.
" Ehh, Gina.!" panggil mama pada Gina yang baru saja menuruni tangga hendak pergi keluar rumah.
Gina menoleh, " Iya, Ma!"
" Mau kemana.?" tanya mama.
" Ke mini market bentar."
" Arjuna kasih tahu gak, dia kemana?"
" Katanya ada urusan sama sekretarisnya. Ma, Pa. Gina jalan dulu yaa. " Pamitnya lalu berjalan keluar dari rumah setelah melambaikan tangannya padaku.
" Mas Juna kemana ya?" gumah mama.
Lisa Andara, aku masih ingat nama sekretaris Arjuna. Urusan apa Arjuna bersamanya, diluar jam kerja.?
Aku mengambil ponsel, mulai stalking akun media sosial Arjuna. Sudah lama nggak ada pembaharuan, Arjuna ternyata nggak terlalu aksis disosial media.
Lalu ku ketik nama Lisa Andara dikolom pencarian. Mata langsung tertuju pada akun paling atas dari hasil pencarian. 25 teman yang sama, foto profilnya seorang perempuan cantik dengan rambut lurus dan panjang. Polesan make up yang selaras dengan bentuk wajahnya yang oval. Perfect.
Ku klik namanya dari profil akunnya muncul foto Lisa. Tapi, ini sama..... Arjuna. 30 menit yang lalu. Tunggu ini seperti direstoran sebuah pusat perbelanjaan. Aku mengamati beberapa foto lainnya, nggak ada orang lain. Nampak mereka hanya berdua.
Captionnya, ' makan berdua ditraktir pak boss.'
Ah... Arjuna.
Ada rasa panas dimata dan dihati saat ini. Salah nggak sih, kalau aku cemburu? Semenjak menikah Arjuna saja nggak pernah mengajakku makan diluar. Dinner berdua, cuma mimpi Hana.!
" Kamu makan aja dulu, Han! Dari pada nungguin Arjuna lama." kata mama.
Aku menghela nafas panjang. Nunggu suami pulang, mau makan sama - sama biar romantis. Eh... tahunya dia sudah makan diluar, berdua sama perempuan lain.
" Sakit luar biasa.!"
" Belum lapar ma. Ehmmt... Hana liat fotonya dikamar aja yaa, Ma!" Aku berdiri meninggalkan kedua mertuaku, membawa beberapa album foto kekamar.
***
Cklekkk,
suara pintu kamar terbuka. Arjuna baru saja pulang. Aku melihat jam diponselku waktu menunjukkan pukul 20.45. Bukan waktu yang singkat kalau hanya sekedar makan berdua.
Aku menarik selimut hingga menutup sebagian wajah menyembunyikan raut kesedihan, menggenggam ponsel erat. Tadinya berfikir Arjuna akan mengabariku. Nyatanya... Enggak.!
Tega kamu... Jun.!
" Farhana.!" panggilnya.
Terasa kasur bergelombang, sepertinya dia duduk dibibir kasur. Lalu membuka selimut yang menutupi wajahku. Aku memejamkan mata.
" Kamu nangis?" saat melihat wajah menyedihkanku, beringus dan mata sembab. Karena terlalu lama menangis.
Aku kembali menutup wajahku dengan selimut. Tapi, Arjuna kembali membukanya.
" Hee, kenapa?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
Aku hanya diam enggan untuk menaggapi.
" Lagi dapet yaa?" tebaknya.
" ........ "
" Kangen Ibu.!"
Aku memejamkan mata mengacuhkannya.
" Ealah.... cengeng, anak mami.!" rutuknya pelan.
" Aku capek, pingin istirahat. Tadi beli ini buat kamu."
Arjuna menggenggamkan sesuatu ditanganku. Dan beranjak pergi. Lalu tak lama terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
Aku melihat sesuatu yang ada dalam genggaman sebuah kotaj berisi cincin. Jadi pergi sama Lisa beli ini.? Kenapa gak ngajak aku? Nyebelin banget.!
Aku ambil cincin itu dan kuletakkan kotaknya diatas meja samping tidur. Melihat cincin itu secara seksama, nggak ada nama Arjuna seprti cincin sebelumnya. Kulingkarkan dijari manisku. Bertepatan dengan Arjuna yang keluar dari kamar mandi.
" Pas kan?" tanya Arjuna sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
" Suka?" sambungnya sambil berbaring setelah melempar handuknya kesofa disana. Aku masih diam tak peduli.
Dia meraih tanganku, memperhatikan cincin yang melingkar dijari manisku.
" Kamu yang pilih?" tanya ku.
" Bukan." jawabnya acuh. Aku mendesah pasrah.
" Selera Lisa sama kek ibu. Aku udah punya." kataku.
Arjuna menoleh kearahku, membuat tatapan kami bertemu. mungkin dia bertanya - tanya dari mana aku tahu dia pergi dengan Lisa, sekretarisnya.
" Bener Lisa yang pilih kan?" tanyaku sambil melepaskan cincin itu dan meletakkan kembali pada tempatnya.
Arjuna hanya diam.
" Apa alasan kamu ngasih ini?"
" Kan kamu yang minta."
Aku tersenyum miring, " nyatanya kamu memang beneran nggak akan pernah bisa serius. Jun!"
Aku memberikan kembali kotak cincin itu padanya lagi.
" Kalau gak mungkin cinta, kenapa harus bertahan sih, Jun?"
" Nggak usah ngomongin itu lagi."
" Masalah nggak akan selesai kalau kita nggak bicarakan dengan baik. Kita sama - sama terluka karena permainan takdir ini, karena pernikahan ini."
" Perpisaha bukan yang terbaik, Farhana! Bagaimana dengan orang tua kita, mereka akan kecewa. Nama baik keluarga taruhannya, aku gak mau membuat mereka malu untuk kedua kalinya."
Aku baru mengerti sekarang, ketakutannya nama baik keluarganya.
Sesak rasanya mendapati kenyataan ini. Mencintai tapi gak dibalas, rasanya pedih. Untuk kedua kalinya aku merasakan cinta sendiri, sungguh menyakitkan. Aku menggigit bibir susah payah menahan isak tangis.
Arjuna melukaiku lebih parah dibandingkan Bima.
" Jadi sampai kapan aku ginj?" suaraku bergetar.
Arjuna mendekat, lalu mendekap ku erat. Menangis aku melepas sesak dalam dadanya.
" Yang jelas berpisah gak mungkin," kata Arjuna sesekali menciumi kapalaku.
Itu berarti selamanya aku harus tersakiti, lagi - lagi sakit karena mencintai.
" Sama kamu aku selalu nyaman. Jadi paling gak untuk ibu dan Ayah.!" kata Arjuna.
Ibu... Ayah.
Arjuna melonggarkan pelukannya. Menganggat daguku hingga tatapan kami bertemu. Tangannya menhapus jejak air mata dipipi. Aku sangat menyedihkan bukan?
" Percayalah cinta akan datang saat waktunya tiba." kata Arjuna seperti menguatkan. Tapi, aku rasa hanya harapan palsu saja.
" Semoga cintamu tidak datang terlambat, Jun!" kataku lirih.
" Aku mau tidur, capek banget."
Aku mengangguk, lalu melepaskan tangannya yang melingkar dipinggangku.
" Jun!" lirihku karena dia tak melepaskan rangkulannya.
" Dipeluk suami itu gak boleh nolak.!"
Didadanya yang hangat, ada hati yang membeku. Aku gak tau sampai kapan aku bisa bertahan dengan rasa sakit yang berdenyut sangat nyeri dihati. Pedih.
Tentang Lisa, ia pun tak menjelaskan apapu. Aku merasa benar - benar gak ada artinya untuk Arjuna. Mungkin baginya aku hanya sahabat baik, tempatnya berbagi duka saja.
Ah... Aku mengerti sekarang. Kenapa dulu dia sangat ngotot agar kami berjanji untuk tidak akan saling jatuh cinta. Karena dengan adanya cinta salah satu diantara kita. Maka akan membuat persahabatan kita hancur. Dan sekarang benar terbukti. Saat aku mulai mencintainya sebagai suamiku, dan saat ini pula aku merasa malah semakin menjauh darinya.
Benar katanya, jika berpisah maka bukan hanya orang tua kami yang kecewa dan menanggung malu. Tapi, juga hubungan baik yang selama ini terjalin akan hancur juga.
Terima kasih sudah mampir,
Maaf karena lama gak up. karena saya baru fokus dulu pada novel ku yang satunya
Caraku mencintaimu. yang sudah memasuku bab - bab terakhir.
Mohon maaf semua, semoga setelah ini bisa lebih fokus pada cerita yang ini.
Sehat selalu semua.