Pernikahan selama sepuluh tahun tidak bisa membuat dirinya mengandung walaupun dengan melakukan inseminasi buatan.
Karena keluarga suami yang menginginkan ahli waris akhirnya menyingkirkan dirinya dengan memberikannya sebuah perusahaan sebagai kompensasi perceraiannya dengan sang suami.
Bagaimana kelanjutan hidupnya setelah diceraikan oleh suaminya?
Apakah Nikita menemukan kembali cinta dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Chapter 17
Aryo mengerjapkan matanya sambil melihat ke sekelilingnya dan merasa sangat asing dengan tempatnya saat ini ia tidur.
"Anda sudah bangun Tuan?" Tanya gadis cantik yang membawanya semalam dalam keadaan dirinya sedang mabuk parah.
"Kau...?" Bukankah semalam kamu yang ada di Club bersamaku bukan?" Tanya Aryo melihat gadis itu sedang membuat teh herbal untuknya.
"Minum teh ini dulu dan ini obat pengar untuk menghilangkan mabuknya tuan." Gadis ini memberikan obat di tangan Aryo yang masih menatap wajah gadis cantik itu.
"Tunggu!" Kita sama sekali belum berkenalan dan mengapa kamu membawaku ke apartemenmu?" Aryo merasa dirinya saat ini terkurung di dalam wanita panggilan.
"Aku tidak tahu alamatmu Tuan, makanya aku membawamu ke apartemenku.
Oh iya, namaku Arumi, siapa namamu tuan?" Arumi balik bertanya kepada Aryo yang sedang meneguk obatnya.
"Aryo!"
Ujar Aryo lalu bangkit dari sofa. Apakah kamu tinggal sendiri, di apartemen ini?" Tanya Aryo mulai membuka diri.
"Tidak!" Aku tinggal dengan adikku tapi sekarang dia sedang di rawat di RS." Jawab Arumi lalu ikut duduk di sofa menemani tamunya yang tak di undang.
"Apakah orangtuamu sedang pergi?"
"Ayahku sudah meninggal dan ibuku kabur entah ke mana setelah mengetahui ayahku bangkrut dengan setumpuk hutang." Jawab Arumi tanpa ekspresi.
"Berarti kamu yang jadi pencari nafkah untuk adikmu?" Apakah kamu masih kuliah?"
"Aku masih kuliah semester enam dengan bea siswa penuh. Tapi, adikku tidak bisa bersekolah karena sakit jantung yang ia derita saat ini dan aku harus mencari uang untuk biaya operasinya yang sudah di tetapkan oleh dokter untuk penjadwalannya." Ucap Arumi sedih.
"Apakah karena itu kamu terpaksa....?"
"Iya menjadi seorang pelacur, bukankah uangnya lebih cepat didapatkan dan banyak. Lagian aku masih perawan, aku belum tersentuh sama sekali dalam dua malam ini. Apakah anda ingin bercinta denganku?" Tanya Arumi tanpa basa-basi.
"Aku tidak senang jajan di luar nona Arumi, jika kamu membutuhkan uang, aku siap membantumu, jangan terjun ke lembah hitam karena sekali kamu mencobanya, selanjutnya, kamu akan terperangkap di dalamnya hingga sulit melihat dunia ini dengan akal sehatmu lagi karena kamu merasa semuanya telah sirna dan masyarakat akan menghukum mu dan tidak ada mertua manapun yang akan menerima gadis pelacur untuk menjadi menantunya.
Tuhan memberikan kamu akal dan anggota tubuh yang sempurna, gunakan dijalan yang halal, selebihnya biar Tuhan yang menentukan takdir hidupmu dengan rejeki yang sudah Dia siapkan untuk kalian berdua." Ucap Aryo panjang lebar.
"Astaga, Tuan seperti ustadz saja. Pintar banget nasehatnya. Terimakasih Tuan atas nasehatnya. Kalau begitu pinjamkan aku uangmu agar aku bisa membayar operasi untuk adikku segera mungkin." Ujar Arumi setengah becanda menjawab ocehan Aryo padanya.
"Ayo kita ke rumah sakit biar aku sendiri yang melakukan pembayarannya untuk operasi adikmu." Timpal Aryo.
"Terimakasih Tuan, tapi apakah kamu tidak ingin bercinta denganku terlebih dahulu sebagai imbalan jasamu?"
"Aku sudah memiliki istri nona Arumi. Aku hanya ingin menolongmu bukan ingin memanfaatkan kamu dengan masalah yang sedang kamu hadapi." Aryo membuka pintu kamar apartemennya Arumi dan mengajak gadis itu untuk segera ke rumah sakit.
"Anda ternyata sangat baik hati Tuan, tapi semalam anda mengatakan anda sudah bercerai dengan istri anda, mengapa sekarang anda bilang anda sudah memiliki istri?"
"Aku baru menikah lagi dengan wanita yang tidak aku cintai karena ibuku." Ucap Aryo jujur.
"Kalau nggak cinta kenapa nekat menikah?" Tanya Arumi heran.
Aryo enggan menjawab pertanyaan yang diajukan Arumi kepadanya. Ia lebih tertarik dengan problem kehidupan Arumi dan adiknya daripada dirinya sendiri.
Mobil yang ditumpangi keduanya memasuki area parkir rumah sakit. Aryo menggandeng tangan Arumi seperti adiknya. Mereka langsung ke kasir untuk melunaskan biaya operasinya adiknya Arumi.
Dengan kartu debit milik Aryo, semuanya dilunasinya seketika. Arumi menarik nafas lega dan sangat berterimakasih kepada Aryo.
"Terimakasih tuan!" Suatu hari nanti aku akan melunasi hutangku padamu. Aku akan bekerja sesuai kemampuanku, terimakasih sekali lagi tuan Aryo."
"Baiklah, sekarang aku pamit pulang dulu, aku harap kamu tidak akan kembali ke klab itu lagi. Jika butuh apapun hubungi aku, ini kartu namaku dan hubungi aku jangan di malam hari, ok!"
"Siap Tuan Aryo!" Ujar Arumi.
Gadis ini berdiri di lobby rumah sakit hingga Aryo menghilang dari pandangannya. Ia lalu menemui adiknya di kamar inap. Tapi, saat ia memasuki kamar itu, adiknya tidak ada. Ia kembali ke ruang perawat.
"Mbak, kenapa adik saya tidak ada di kamarnya?" Tanya Arumi ketakutan.
"Oh Nona Arini sudah kami pindahkan ke kamar VVIP atas permintaan tuan Aryo." Ucap suster Rina.
"Astaga tuan Aryo, mengapa kamu sangat baik hati?" Gumam gadis berusia dua puluh tahun ini.
Arumi masuk ke lift menuju tiga tingkat di atas lantai kamar adiknya.
"Hai, kak!" Sapa Arini ketika melihat kakaknya datang.
"Kak, mengapa aku bisa di pindahkan ke kamar mewah ini?" Tanya Arini.
"Anggap saja Tuhan sedang mengirim malaikatNya untuk menolong kita dek, terutama kamu."
"Aku sangat bahagia kak, sepertinya setengah dari penyakit yang aku derita sudah sembuh karena gembira." Ucap Arini sambil terkekeh.
"Kamu sudah siap operasinya, sayang?" Tanya Arumi setelah keduanya banyak bercerita.
"Sudah ka, kalau aku sudah sembuh, aku akan bekerja paruh waktu seperti kakak sambil kuliah." Ucap Arini.
"Kamu cukup fokus untuk sembuh dulu dek, jangan terburu-buru untuk bekerja. Lagian kakak masih punya tabungan untuk kita bisa bertahan hidup selama satu tahun ini." Ujar Arumi.
"Tapi yang namanya uang tidak akan panjang umur ka. Kita harus tetap bekerja demi mencukupi kebutuhan kita berdua. Untungnya ayah meninggalkan kita apartemen atas nama kakak jadi tidak diambil alih oleh Bank.
Aku ingin belajar giat untuk bisa seperti ayah, punya perusahaan dan merebut kembali mansion milik kita ka." Ucap Arini terlihat sedih.
"Hussstt!"
Cita-citanya kamu akan terwujud tapi harus sehat terlebih dahulu, baru pikirkan tugas mulia itu." Ucap Arumi menasehati adiknya.
Ditempat yang berbeda, Aryo langsung pulang ke rumahnya tanpa balik ke hotel melihat istrinya Sinta.
"Lho Aryo! dimana Sinta nak?" Mengapa kamu tiba-tiba pulang sendiri?" Tanya nyonya Rubby sambil celingak-celinguk mencari menantu barunya itu.
"Sebentar lagi, menantu kesayangan mami akan pulang, sambut dia dengan baik mami karena aku ingin tidur sekarang." Ucap Aryo langsung ke masuk ke kamarnya.
Disaat ia ingin merebahkan tubuhnya, hatinya tiba-tiba merindukan sosok Arumi.
"Ya Tuhan!" Kenapa aku jadi tiba-tiba merindukan Arumi?" Tanya Aryo bingung.
"Dasar anak nakal, mami sudah berbaik hati mencarikan istri untukmu, eh malah di anggurin." Ucap Nyonya Rubby kesal.
"Assalamualaikum!" Sapa Shinta dengan wajah cemberut.
"Waalaikumuslam sayang!" Sinta dari mana, kenapa pulang misah- misah gitu?" Tanya Nyonya Rubby.
"Tanyakan sendiri kepada anaknya mami yang manja itu. Dia masih mencari si jal*Ng itu dan meninggalkan aku di malam pengantin." Ucap Sinta lalu berjalan menuju kamar suaminya.
"Sinta!" Apa maksudmu sayang?"
"Sudahlah mami!" Aku ingin bertemu dengan mas Aryo, urusan kami belum selesai mami." Ucap Sinta yang dikejar terus ibu mertuanya yang masih penasaran dengan masalah putranya.
Nyonya Ruby menghentikan langkahnya karena Sinta seakan tidak berkenan jika ibu mertuanya terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangganya.
"Dasar gadis sialan!" Sebelum menikahi putraku, kelakuanmu sangat baik padaku dan sekarang setelah sah menjadi menantuku, kamu berubah seratus delapan puluh derajat dalam semalam.
Ternyata aku menikahkan putraku dengan monster. Jauh sekali akhlaknya dengan Nikita. Andai saja kamu hamil di saat masih bersama Aryo, mungkin perpisahan ini tidak perlu terjadi Nikita.
Tapi mengapa kamu bisa hamil dengan lelaki lain dalam waktu sekejap?" Tanya Nyonya Rubby heran.
Di sisi lain, Tuan Kenzo dan Nikita masih bersenang-senang di kamar hotel. Seperti biasanya kedua melakukan lagi percintaan panas mereka tanpa kenal lelah usai menyantap sarapan.
Kenzo memangku Nikita usai melakukan percintaan panas mereka.
"Apakah masih sakit sayang?" Tanya Kenzo yang sangat kuatir melihat Nikita meringis kesakitan.
"Dari pagi juga sudah dibilangin kalau milikku masih perih, tapi kamu nya yang tidak bisa menahan diri." Rengek Nikita manja.
"Lagian dari awal aku dekati, kenapa kamu nggak mau cegah?" Kamu nya juga yang kepingin disentuh." Timpal Kenzo.
"Kalau aku mencegahmu, apakah kamu tidak tersinggung?" Tanya Nikita.
"Tidak tersinggung sayang. Aku tidak ingin menyakitimu. Percintaan kita harus berdasarkan rasa nyaman karena bisa mendapatkan kenikmatan bersama. Jika salah satunya merasa tersiksa, aku akan merasa sangat bersalah." Ucap Kenzo.
Kenzo mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di sana. Nikita. tidak ingin menanyakan apapun yang menjadi urusan pria nya.
Sekitar sepuluh menit, pelayan hotel sudah datang mengantarkan pesanan Kenzo. Tuan Kenzo mengambil pesanannya. Dan ternyata itu adalah salep untuk mengobati mimisan milik Nikita yang lecet.
"Sekarang buka kakimu sayang, aku akan mengoleskan krim ini pada bagian yang lecet dan ini obat minumnya, aman untuk Wanita hamil." Ucap Kenzo sambil mengoleskan krim pada malam milik Nikita.
"Apakah sudah baikan sayang?"
Nikita tersenyum senang dan mengangguk menjawab pertanyaan tuan Kenzo.
"Kita tidur sebentar ya sayang, setelah bangun nanti aku akan mengantarmu pulang." Ucap Tuan Kenzo.
Mendengar kata pulang, hati Nikita langsung merasa sedih. Entah kenapa ia tidak ingin berjauhan dengan Tuan Kenzo walau sedetik pun.
"Hei!" Kenapa kamu kelihatan sedih?" Apakah masih sakit?" Tanya Kenzo bingung.
Nikita menggeleng. Ia sangat malu untuk mengakui bahwa ia tidak ingin pisah dengan tuan Kenzo.
Melihat gelagat Nikita yang tidak ingin jauh darinya, Kenzo pura-pura merubah kata-katanya.
"Sayang, apakah kamu tidak ingin menemani aku di sini?" Aku sudah terbiasa tidur denganmu. Kamu di sini saja ya sayang." Pinta tuan Kenzo.
Senyum bahagia Nikita tergambar jelas dari raut wajahnya yang merona merah menahan malu. Nikita mengangguk setuju.
Kenzo memagut bibir itu lagi lalu beralih pada belahan dada Nikita dan mengisap benca kenyal coklat muda itu hingga keduanya tertidur.
Tok..tok!" Seseorang di luar kamar menggedor pintu kamarnya dengan sangat kencang.
"Iya tunggu sebentar!" Siapa sih ini orang, nggak sopan banget gedor pintu seperti itu?" Tanya Aryo penasaran kesal.