Kyra Queensha, seorang dokter muda yang ditugaskan di sebuah desa lereng pegunungan menggantikan pendahulunya yang dipindah tugaskan karena hampir memasuki masa pensiunnya.
Kyra yang terbiasa hidup di hingar bingar keramaian kita, juga sifat Kyra yang sedikit arogan agak menyulitkan dia untuk beradaptasi dengan kesahajaan dan kearifan lokal penduduk desa tersebut.
Akankah Kyra bertahan ditempat yang sangat bertolak belakang dengan kesehariannya tersebut walau sudah bertemu dengan petani yang mencuri hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anie_laks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama Kesal
Kyra berjalan tergesa menuju garasi untuk mengambil motornya untuk dibawa menuju faskes tempat ia bekerja, ia sudah sangat terlambat kalau harus jalan kaki, setelah berpamitan dengan papa mamanya ia segera berangkat.
Mama sedang beberes rumah dibantu papa saat Haris datang membawa pesanan mama Ratih, yaitu beberapa macam bunga potong, juga Haris membawa sayur dan buah-buahan yang menjadi jatah harian Kyra dari ibu Sandra, karena kalau setiap hari tidak langsung habis, Kyra meminta kepada ibu Sandra untuk memgirim seminggu dua kali saja, karena kalaupun tidak diterima hanya akan membuat madam Sandra mengomel kepada anak buahnya, untuk itu Haris memohon dengan sangat Kyra mau menerima kiriman dari Ale's Farm atas perintah ibu Sandra.
"Permisi bu, pak selamat siang." Sapa Haris di luar pagar rumah pada mama papa Kyra yang sedang berada di beranda rumah masih dengan kesibukan beberesnya.
"Selamat siang juga nak Haris, mari silahkan masuk." Jawab kedua orang tua Kyra, dan papa Kyra langsung menuju pintu pagar agar Haris bisa memasukkan motor roda tiga untuk operasional pengangkut barang jarak dekat.
Di bak motornya terdapat banyak sayur-sayuran buah serta bunga pesanan dari pelanggan yang rumahnya hanya di sekitaran kampung ini.
Haris menurunkan bunga pesanan mama Ratih, lalu dia juga menurunkan kantong berisi sayuran dan buah-buahan lokal.
"Ini sayuran serta buahnya bu." Kata Haris saat dilihatnya mama Ratih berlalu masuk setelah menerima bunga yang dikirim Haris.
"Tapi tadi kami tidak pesan sayuran sama buah kan nak? atau Kyra yang pesan kemarin?" Tanya mama Ratih
"Bu dokter dapat jatah harian dari madam setiap hari bu, tapi kalau setiap hari kebanyakan jadi bu dokter minta dua kali seminggu saja, nah hari ini waktunya mengirim bu." Jelas Haris membuat mama Ratih memandangnya penuh tanya, hingga membuatnya kembali mendekati Haris.
"Jatah? Madam? Bisa kamu jelaskan pada ibu?" Pinta mama Ratih dengan rasa penasarannya.
"Begini bu..." Haris menceritakan asal mula Kyra mendapat keistimewaan dari madam nya, Haris yang harusnya segera mengantar pesanan pelanggan harus terhambat karena mama Ratih meminta penjelasan tentang apa yang di ceritakannya tadi, tentang jatah dari madam.
"Ooh, jadi begitu ceritanya, tapi kenapa anak itu tidak mau bercerita ya? Saya jadi penasaran pingin ketemu sama madam kamu itu nak." Kata mama Ratih semakin penasaran.
"Madam kami orangnya mudah bergaul kok bu, coba saja nanti ajak bu dokter untuk mengunjunginya, ya sudah bu saya permisi dulu mau antar pesanan pelanggan di sekitar sini." pamit Haris.
"Kamu kan orang kepercayaan madam kamu, kenapa tidak anak buah kamu saja yang mengirim semua pesanan ini?" mama Ratih masih menghalangi Haris untuk segera pergi dengan pertanyaan lagi.
"Jam segini semua pekerja sibuk bu, karena cuma dekat dekat sini saja, maka saya atau mas Agus yang mengantar." jawab Haris ditanggapi anggukan paham dari mama Ratih.
"Sudah ma, biar nak Haris antar pesanan pelanggannya dulu, takutnya kesiangan, kalau mama masih banyak pertanyaan nanti kita datang ke perkebunan lagi atau undang nak Haris makan siang atau makan malam ke sini." papa Hadi yang melihat kegelisahan Haris memcoba membantunya untuk segera lepas dari rasa penasaran istrinya.
"Ooh maaf nak Haris, ibu begitu penasaran soalnya, nanti ibu ke perkebunan lagi kalau begitu atau kapan kita makan bareng di rumah ini."
"Baik bu, terimakasih sebelumnya atas undangannya, kalau ibu dan bapak mau datang ke perkebunan kapan saja pintu selalu terbuka pak bu, kalau begitu saya permisi. Mari." pamit Haris dengan sikap sopannya, lalu ia segera berlalu setelah mendapat jawaban anggukan dari kedua orangtua Kyra.
***
Di perkebunan nampak Laras sedang menunggui Agus yang sibuk menulis semua kebutuhan pertanian dan perkebunan juga peternakan yang akan dibelinya, karena hari ini dia akan ke kota membeli sendiri segala kebutuhan Ale's Farm, biasanya ada distributor yang memasok semua kebutuhan Ale's Farm, tetapi kali ini ada kebutuhan yang harus dibeli sendiri maka dari itu Agus menulis semuanya agar tidak ada yang kelewatan dan lupa terbeli.
"Sibuk banget sih mas, sampai Laras yang dari tadi nungguin di sini dibuat cengoh, dianggap tak ada." kata Laras kesal karena sedari tadi Agus cuek kepadanya.
"Aku tidak mengundang kamu, aku juga tidak minta kamu temani, bukan salah aku kan?" Kata Agus datar.
"Kenapa kalau sama Laras selalu begitu sih mas?!" Protes Laras tak terima.
"Lalu aku mesti bagaimana Ras?" Tanya Agus tanpa menghentikan kesibukannya.
"Mas Agus ini gak peka banget sama aku, tapi coba sama dokter centil itu, sok akrab, sok lembut, sok baik. Padahal baru juga kenal." Agus menghentikan kesibukannya saat mendengar kata-kata yang diucapkan Laras.
"Kamu ngomongin orang lain centil, di rumah kamu punya kaca tidak sih Ras?" Agus mencoba menyindir Laras.
"Maksud mas Agus apa bicara begitu? Berarti secara tidak langsung kamu menuduh aku centil begitu?!" seru Laras menahan amarahnya.
"Bukan aku yang ngomong." sahut Agus.
"Jangan mentang-mentang mas Agus tampan lalu berlaku seenaknya begini sama aku, coba lihat cewek mana yang mau sama petani kaya mas, harusnya kamu bersyukur mas gadis seperti aku mau sama kamu, cuma kuli saja belagu!" Laras memperlihatkan amarahnya, hingga bicaranya tidak bisa dikendalikan lagi.
"So?" Tanya Agus
"Apa?!" Bentak Laras.
"Ya buat apa kamu masih di sini nungguin aku yang cuma seorang kuli?!" Agus menekankan kata kuli sambil menatap tajam tidak suka kepada Laras.
"Kamu akan menyesal sudah perlakukan aku begini mas." Kata Laras dengan mata berkaca-kaca, sementara Agus hanya mengangkat bahu tak peduli lalu melanjutkan aktifitasnya, sedangkan Laras yang kecewa dengan air mata yang masih mengalir melajukan motornya untuk pulang kerumah.
Sesampai di rumahnya Laras masih menangis sesunggukan dan ibunya melihat Laras datang sambil menangis segera menyambut anaknya dengan wajah khawatir.
"Kamu kenapa nak? kamu sakit?" tanya ibu Harmi istri dari pak Lurah ibunya Laras.
"Mas Agus bu." jawab Laras masih dengan isaknya.
"Kenapa lagi sama si kuli itu?!" seru bu Harmi tidak suka saat Laras menyebut nama Agus.
"Ibu kenapa ngomong begitu sih?!" Protes Laras
"Ngomong apa? Memang dia kuli kan? Biarpun gantengnya tujuh tanjakan tujuh turunan kalau kuli ya tetap saja kuli gak bakalan jadi boss." Kata ibu Harmi nyinyir.
"Jangan begitu bu, dunia itu tidak tahu kapan akan terjadi bolak balik, memang dia sekarang kuli, siapa tahu beberapa tahun lagi dia akan jadi boss." bela Laras berapi-api.
"Kamu itu kenapa sih Ras? Kena pelet apa sama bule kere seperti dia, tadi saja nangis-nangis karena bule kuli, sekarang malah dibela-bela." Sungut bu Ratih tak tahu jalan pikir anaknya.
"Gak tahu lah bu, ibu itu yang kenapa? memandang orang dari segi finansial dan kedudukan." seru Laras sambil memghentakkan kaki menghindari ibunya yang membuatnya tambah kesal.
"Lah memang benar kok, ganteng doang tak punya uang ya buat apa, memang kenyang makan ganteng." gerutu bu Harmi sambil menyaksikan anaknya berlalu.
...****************...
aku suka ceritanya mengingatkan kita tentang kekuasaan ,jabatan dan sikap rendah hati terhadap seseorang
cerita ini ada sedikit pesan untuk kita bahwa diatas langit msh ada langit maka jgn kah kita bersikap sombong dgn apa yg kita punya
lanjut up lagi ya thor.
lanjut