NovelToon NovelToon
TERSERET JANJI ATHAR

TERSERET JANJI ATHAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Ceklek!

Yunus dan beberapa pelayan masuk sambil membawa nampan berisi sarapan dan susu hangat.

"Nyonya, silahkan dimakan dulu." ucap Yunus.

Halwa menganggukkan kepalanya dan meminta mereka untuk keluar dari kamar.

Yunus dan pelayan saling pandang saat mendengar perintah dari Halwa.

"Apakah Nyonya baik-baik saja? Wajah Nyonya pucat sekali."

Halwa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

Kemudian Yunus dan beberapa pelayan keluar dari kamar.

Pintu kamar kembali ditutup oleh Yunus dan ia berdiri di depan pintu.

Halwa melihat sarapan yang ada di hadapannya, tapi ia tidak selera makan sama sekali.

Ia memindahkan nampan itu dan setelah itu ia kembali naik ke atas tempat tidur.

"Kenapa hidupku menjadi seperti ini, Tuhan? Aku hanya ingin bersekolah." ucap Halwa sambil menangis sesenggukan.

Halwa merasakan tubuhnya yang menggigil kedinginan dan ia langsung mengambil selimut untuk menutup tubuhnya.

Yunus yang berdiri di depan pintu kamar agak sedikit khawatir saat melihat wajah Halwa yang pucat.

Setelah hampir satu jam, akhirnya Athar sudah sampai rumah.

Ia melihat Yunus yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang resah.

"Ada apa?" tanya Athar.

Yunus menundukkan kepalanya dan meminta Athar untuk segera masuk ke kamar.

"Sepertinya Nyonya Halwa memang sakit, Tuan." jawab Yunus.

Athar meminta Yunus untuk membuka pintu kamar tamu.

Ia masuk kedalam dan melihat istrinya yang memakai selimut.

"Halwa, apa kamu kira aku gampang kamu bodohi dengan pura-pura sakit seperti ini?"

Athar berdiri sambil tertawa kecil dan melangkah mendekati ranjang.

"Kenapa kamu selalu berpura-pura sakit, Halwa? Apakah kamu mau menarik perhatianku?" tanya Athar sambil berjalan kearah Halwa.

Ia menarik selimut yang digunakan oleh istrinya untuk menutup tubuhnya.

Seketika itu juga Athar membelalakkan matanya saat melihat istrinya yang wajahnya pucat sekali.

"D-dingin, Tuan." ucap Halwa dengan tubuh menggigil kedinginan.

Wajah Athar yang semula dipenuhi amarah dan perkataannya yang sinis tiba-tiba berubah tegang.

Ia menyentuh dahi Halwa, dan suhu panas yang menyengat langsung membuatnya terkejut.

“Ya Tuhan, Halwa! Kamu demam tinggi!” ucpa Athar dengan wajah penuh khawatir.

Athar menarik selimut tebal itu lagi dan menutup tubuh Halwa sampai ke leher.

"Yunus, panggil Dokter Dika sekarang! Katakan ini darurat! Dan siapkan kompres air hangat serta handuk. Cepat!" perintah Athar sambil membopong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar utama.

 “Baik, Tuan!”

Yunus segera mengambil ponselnya dan menghubungi dokter Dika.

Halwa yang diangkat oleh Athar hanya bisa memejamkan mata.

"T-Tuan,maafkan aku,” bisik Halwa lirih, suaranya nyaris hilang.

Athar tidak menjawabnya dan fokus membawa Halwa.

Pikirannya dipenuhi penyesalan karena menuduh istrinya berbohong.

Setelah sampai di kamar, ia menaruh tubuh istrinya ke atas tempat tidur.

Ia duduk di tepi ranjang, merapikan rambut Halwa yang menempel di dahi basah oleh keringat dingin.

"T-tuan Athar, a-aku minta maaf. A-aku...."

"Sst, jangan bicara dulu, Halwa. Maafkan aku. Aku tidak seharusnya menuduhmu," bisik Athar sambil menggenggam tangan Halwa yang terasa sangat dingin.

Wajah Athar kini hanya memancarkan rasa bersalah yang mendalam.

Tak lama kemudian, Yunus masuk dengan tergesa-gesa membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil.

"Dokter Dika sedang dalam perjalanan, Tuan. Diperkirakan 15 menit lagi sampai," ucap Yunus, meletakkan baskom di meja samping ranjang.

Athar menganggukkan kepalanya dan meminta Yunisa untuk keluar dari kamarnya.

Ia mengambil kain dan mengompres kening Halwa yang sangat panas sekali.

Halwa menatap wajah suaminya yang sedang mengompresnya.

Ia menatap wajah suaminya yang sedang mengompresnya.

Athar tersenyum tipis ke arah istrinya yang sedang memandang wajahnya.

"Apakah aku sangat tampan?" tanya Athar.

Halwa yang mendengarnya hanya bisa tersenyum.

"Tampan tapi galak," jawab Halwa dengan suara lirih.

Mendengar jawaban dari istrinya, Athar langsung tertawa kecil.

"Sebenar aku ini nggak galak lho, Hal. Kamu saja yang nakal dan tidak patuh sama suamimu ini," ucap Athar.

Disaat sedang mengobrol tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Tuan, dokter Dika sudah tiba." ucap Yunus.

*Suruh dia masuk," jawab Athar.

Pintu kamar terbuka dan seorang pria paruh baya yang rapi dengan jas putih dan tas dokter kulit masuk.

Dokter Dika tersenyum ramah melihat Athar dan Halwa.

"Selamat siang, Tuan Athar. Siapa yang sakit?" tanya Dokter Dika.

Athar bangkit dari duduknya dan memberikan ruang untuk dokter Dika.

"Dia demam tinggi, Dok. Saya khawatir dia kelelahan dan kedinginan semalam."

Dokter Dika segera memulai pemeriksaan, memeriksa suhu tubuh Halwa dengan termometer digital, mendengarkan detak jantungnya dan memeriksa tenggorokannya.

Halwa berusaha menahan diri dan menuruti instruksi dokter.

Setelah beberapa saat, Dokter Dika menghela napas lega.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan terlalu berlebihan, Tuan Athar. Nyonya Halwa hanya mengalami shock emosional berat dan kelelahan fisik. Mungkin juga karena masuk angin karena terlalu lama di luar dalam keadaan tidak fit. Suhu tubuhnya mencapai 39°," ucap dokter Dika.

Dokter Dika mengambil cairan dan selang infus yang akan ia pasang ke pergelangan tangan Halwa.

"Tahan sedikit ya, Nyonya."

Halwa menganggukkan kepalanya sambil memejamkan matanya saat Dokter Dika memasang selang infus.

Setelah selesai memasang selang infus, Dokter Dika menyuntikkan obat ke dalam cairan infus.

"Pastikan Nyonya Halwa banyak istirahat, minum air hangat, dan jangan sampai telat makan. Jangan biarkan dia stres, ya, Tuan Athar. Kondisi emosional sangat memengaruhi pemulihan," ucap Dokter Dika

Athar menganggukkan kepalanya dan akan meminta Halwa untuk istirahat.

"Baik, Dokter. Terima kasih banyak," jawab Athar. Ia mengambil dompetnya.

Setelah memberikan semua instruksinya, Dokter Dika pamit.

Athar meminta Yunus untuk mengantar Dokter Dika dan mengambil obat.

Athar duduk kembali di samping Halwa, menatap wajah istrinya yang terlihat mulai sedikit lebih tenang setelah mendapat suntikan.

"Halwa, kamu dengar kata Dokter Dika? Kamu tidak boleh stres. Kamu harus istirahat. Aku akan ambil cuti sebentar, aku akan menjagamu di sini," ucap Athar lembut.

Halwa menatap wajah Athar dengan mata yang lelah.

"T-Tuan, tidak usah. Tuan bekerja saja, bukankah ada Yunus dan pelayan yang bisa menjagaku."

"Tidak. Aku yang akan menjagamu. Karena aku suamimu."

Athar kembali mengambil selimut dan menutup tubuh istrinya.

"Aku ke dapur dulu, ya. Jangan kemana-mana." ucap Athar.

"Ke dapur? Tuan mau masak?"

Athar menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Aku akan membuatkan kamu bubur, Halwa. Dan satu lagi panggil aku Athar saja. Aku suamimu, bukan Tuan mu."

Halwa mengangguk kecil ke arah Athar yang kemudian keluar dari kamar.

Athar berjalan menuju ke dapur dan membuat Yunus serta pelayan lain terkejut.

"Tuan Athar, biar saya saja yang masak." ucap salah satu pelayan.

Athar menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran para pelayan dengan senyum tipis yang jarang ia tunjukkan.

"Tidak usah. Hari ini biar saya yang masak. Kalian siapkan saja bahan-bahannya. Aku akan membuatkan bubur untuk Halwa," jawab Athar, sudah membuka lemari pendingin untuk mengambil ayam kampung.

1
November
lanjut
My 78
di tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!