NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.3M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Tulus Bukan Modus

Mobil yang dikemudikan Damar sudah sampai di pekarangan rumah Enin. Terlihat pintu utama terbuka dan Zara muncul dengan wajah cemberut dan menunggu di teras.

"Et dah....bini lo nyambut tuh." Damar terkekeh meledek Rama yang tertangkap dengan ekor mata, wajah yang sejak dari kantor cerah ceria kini menjadi masam. Hanya dijawab Rama dengan helaan nafas kasar lalu turun dari mobil. Sepertinya sudah sangat malas membahas soal Zara.

"Sayang, kenapa gak ngajakin sih. Padahal aku pengen lihat-lihat juga RPA cabang Ciamis." Zara merajuk dengan menjegal langkah Rama yang akan masuk ke dalam rumah.

Berbeda dengan Damar yang bebas melenggang mendahului Rama. Ia merasa eneg melihat tingkah manja Zara yang menurutnya lebay. Padahal Cia saja sebagai anak bungsu, sifatnya tidak begitu. Ah, mengingat namanya membuat pandangan Damar mengedar mencari keberadaan anak rumahan itu. Orang yang dicari ada di ruang keluarga sedang duduk sila menatap layar laptop dengan kedua telinga mengenakan headset. Ia dengan iseng mencopot headset Cia. Beralih memakai headset itu di telinganya.

"Ish, Kak Damar! Ganggu kesenangan orang aja!" Cia mengeplak lengan yang berotot milik sahabat kakaknya itu. Yang ditinju seolah tak merasakan apapun. Malah ia sendiri yang meringis jarinya sakit. Serasa menampol benda keras

Kening Damar mengkerut. Kemudian bahunya bergidik. "Lagu apaan ini?!" Melepaskan headsetnya lagi dan menyimpan begitu saja di karpet. Dengan cepat mematikan player music yang tampil di layar laptop.

"Ihh Kak Damar ndeso. Lagu enak juga." Cia memutar bola mata. Sebal, selera musiknya mendapat ledekkan.

"Milih lagu tuh yang enerjik, yang membakar semangat. Bukan lagu-lagu cengeng bikin mewek kayak gitu."

"Contoh yang gini ni----" sambil berselancar membuka chanel yutub dan mengetikkan judul lagu.

"Nih dengerin!" Damar memasangkan headset ke telinga Cia. Sebuah lagu mulai mengalun dari One Direction, Drag Me Down.

Cia mendengarkan. Kemudian mengangguk-anggukkan kepala, menikmati ritme beat yang easy listening. "Ini waktu Zayn Malik udah hengkang ya?!" Menatap Damar untuk meyakinkan pengetahuannya.

Damar mengangguk. "Secara umum, makna dari lagu Drag Me Down ini adalah soal keteguhan untuk tetap kuat melangkah dan tak akan ada yang bisa menjatuhkan. Motivasi banget kan."

Cia mengangguk setuju. Lanjut mendengarkan sambil melihat video klipnya di layar laptop. Sampai lagu selesai. Sementara Damar memilih tiduran dengan menarik bantal sofa yang ada di pangkuan Cia untuk sandaran kepalanya.

"Mau ke mana!" Damar mendongak karena Cia bangkit berdiri.

"Mau ambil minum. Kak Damar kan baru pulang, pasti haus."

"Adek pinter." Damar mengacungkan jempol. Senang sekali dengan perhatian kecil yang sering dilakukan Cia terhadapnya. Beralih mengklik taskbar , penasaran apa saja yang dikerjakan Cia sampai tidak merasa bosan berada di rumah. Senyumnya pun mengembang. Ia suka dengan kegiatan entrepreneur gadis yang sempat minder saat masa sekolah menjadi bahan bullyan karena overweight itu.

Di luar rumah. Rama mengajak Zara duduk di kursi teras, mengajak berbicara. Bagaimana mungkin bisa membangun komitmen berumah tangga jika selama setahun menjajaki tak juga ada klik. Contoh nyata sudah terlihat. Hal kecil saja, cara menyambut pulang orang yang katanya dicintainya, malah disambut protes dengan muka cemberut dan merajuk. So childish.

"Zara, gak ada bedanya sama RPA pusat. Isinya bahan bangunan semua. Gak ada yang menarik buat cuci mata. Yang udah-udah kamu bakal bosen dan minta hangout." Menghadapi Zara memang harus pintar-pintar memupuk kesabaran dan mengatur emosi. Usia yang sama dengan Cia, adiknya. Namun memiliki karakter yang jauh berbeda.

"Kan biar karyawanmu bisa lihat kalau tunanganmu ini sangat cantik dan menilai kita sebagai couple goal." Sahut Zara dengan bangga dan percaya diri.

Rama sudah bisa menebak jalan pikiran Zara. Bisa menduga alasannya ingin ikut serta.

"Aku pulangnya tiga hari lagi---"

"Lho, katanya hanya 4 hari tinggal di sini. Dan sekarang udah hari keempat. Gak mau tahu. Kamu harus ikut pulang juga malam ini!" Zara melipat tangan di dada dengan wajah ditekuk. Cara merajuk yang menjadi senjata andalan saat keinginannya belum dikabulkan sang orangtua. Kini dipraktekkan juga di depan Rama. Dengan posisi duduk memunggungi.

Rama memijat pelipisnya. Sudah lelah dan malas untuk berdebat. Sudah tidak selera lagi untuk merayu Zara agar tidak ngambek. Mulai saat ini, terserah.

"Sayang, mau ke mana?!" Zara menahan tangan Rama yang sudah berdiri.

"Mau masuk." Rama menjawab datar.

"Jawab dulu! Mau kan ikut pulang malam ini?!" Zara beralih menggelayut di lengan Rama dengan kepala bersandar pada bahu tunangannya itu.

Dengan halus Rama mendorong kepala Zara untuk tegak dan perlahan melepaskan tangannya.

"Sudah kubilang pulangnya nanti tiga hari lagi. Pekerjaan di sini belum tuntas. Kamu gak bisa maksa aku!"

"Nanti kalau sudah balik ke Jakarta, aku akan temui orangtuamu."

Membuat Zara merubah wajah cemberutnya menjadi semringah setelah mendengar kalimat terakhir Rama.

"Oke...oke. Gak masalah kita gak pulang bareng. Aku akan nunggu kedatanganmu di rumah." Zara tersenyum lebar. Ekspektasinya tinggi. Mengira Rama akan datang ke rumah untuk memberikan surprise rencana pernikahan.

Cia dan Damar menatap kedatangan Rama dan Zara yang bergabung di ruang keluarga. Melihat Rama yang menghempaskan badan di sofa dengan keras. Seolah mewakili suasana hati yang ingin menghempaskan beban yang menggelayut. Berbeda dengan Zara yang langsung duduk dengan wajah riang menebar senyum ceria. Cia dan Damar kemudian saling tatap dengan cebikan bibir.

"Kok sepi. Pada ke mana?!" Rama bertanya kepada Cia.

"Papi pergi sama sopir gak tahu kemana. Kalau Mami ikut Bibi Ratih dan Enin ke pengajian." Cia menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Sedang membalas pesan dari Keyla, sahabatnya di Jakarta.

"Minum, Kak!" Cia yang barusan beranjak, datang membawa teh kotak dingin. Minuman sama yang diberikan terhadap Damar. Tadinya ia menunggu inisiatif Zara. Namun malah asyik saja melakukan chat sambil senyam senyum menatap layar ponsel.

"Thanks, Dek." Rama menerima dengan senang. Sesekali menyebut Adek. Seringnya menyebut Cia sebagai nama kesayangan yang idenya tercetus saat sang adik kecil belajar berjalan.

"Buat aku mana, Cia?!" Zara mendongak dengan tatapan meminta.

"Ah, lupa. Ambil sendiri di kulkas ya Kak. Aku mau meeting virtual dulu." Dengan acuh Cia beranjak memangku laptopnya. Berpindah tempat ke ruang lain yang tidak berisik.

"Kalau meeting beres kasih tahu ya! Kakak mau bicara penting!" ujar Rama setengah berteriak karena Cia sudah berjalan menjauh.

"Oke!"

...***...

Tak ingin semburat jingga datang menyapa lebih dulu. Rama melajukan mobilnya selepas ashar saat matahari di ufuk barat masih bersinar terang menerangi bumi. Bersama Cia, keduanya menuju rumah Puput. Ada Damar yang berjasa mengalihkan perhatian Zara saat keduanya akan keluar rumah.

Di jok tengah ada beberapa kantung makanan dan buah-buahan yang dibeli secara online. Dan itu menjadi tugas Cia membelinya, setelah diberitahu perihal Puput yang ternyata karyawan RPA. Kaget dan senang, reaksi pertama Cia mendengar penuturan sang kakak saat bicara empat mata di kamarnya.

"Kamu kan janji akan bantu pemberontakan. Kakak mau mutusin Zara nanti di Jakarta."

"Kakak suka sama Puput. Menurutmu gimana. Setuju gak?!"

"Sejak kapan, Kak?"

"Sejak pertama kali melihatnya. Waktu datang sama Enin."

Cia tersenyum tipis mengingat potongan-potongan percakapan bersama sang kakak yang meminta dukungannya. Dengan jawaban tegas ia menjawab setuju dan siap membantu.

"Kakak menemui keluarga Puput bukan untuk modus. Tapi tulus ingin pendekatan dulu dengan Ibunya, adik-adiknya. Soalnya Puput tipikal cewek yang jinak-jinak merpati." Rama memecah keheningan di dalam mobil yang baru berbelok menyusuri jalan nasional.

"Apa bedanya?!" Cia serius ingin mendapat penjelasan. Bukankah trik itu adalah modus, pikirnya.

"Beda lah. Kalau modus itu kesannya kalau berhasil dapetin Puput, maka keluarganya Kakak acuhkan...tidak dibutuhkan lagi. Kalau ini....Kakak ingin menjadikan keluarganya sebagai keluarga kita juga. Karena pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan tapi juga dua keluarga." Jelas Rama sambil tetap memperhatikan lalu lintas jalan yang lengang. Sesekali berpapasan dengan bus-bus antar kota antar propinsi tujuan Bandung-Yogyakarta.

"Ulu-ulu....co cwittt....cowok idaman ini mah." Cia bertepuk tangan penuh semangat. Memuji kedewasaan pola pikir kakaknya itu.

Bodoh banget si Karenina selingkuhin cowok sebaik dan sesetia Kak Rama. Pasti sekarang dia nyesel.

Tiba-tiba Cia teringat pacarnya sang kakak dulu. Padahal sudah direstui keluarganya. Cantik dan baik kesan luar yang diperlihatkan. Namun akhirnya terbongkar kelakuan busuknya. Ternyata selama kakaknya study di Amerika, Karenina dengan rapih bermain api dengan seorang bule. Bahkan sudah berhubungan sangat jauh, melanggar norma agama dan budaya timur.

Tak berselang lama mobil pun berhenti di tepi jalan di depan rumah yang dituju. Sengaja datang lebih awal sebelum Puput pulang kerja. Karena tujuannya untuk bersilaturahmi dengan Ibu dan adik-adiknya Puput. Disamping untuk mengambil makanan yang sudah dipesan kemarin.

1
Ibu Yani
Luar biasa
Neti Susana
septi yg ngasih surat
Dzaky Fadillah
bagus banget
Ririndiyani
Luar biasa
fitriani
wkkwkwwkwk ibu sekar bisa galau jg dy mau datang krmh pak happy🤭🤭🤭🤭🤭
fitriani
wkwkkwkkwwkwk rama ada2 aja mau beli minyak telon yg 2 liter🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣itu mau beli minyak telon apa minyak goreng😂😂😂😂😂
fitriani
Luar biasa
fitriani
astaga ami..... akbar aja digombalin🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
buset si ami nyayur dy... dapat duit banyak😂😂😂😂😂
fitriani
leo emang tmn sekaligus asisten durjana🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
pasti si karenina pgn balikan k rama😏😏😏😏😏
fitriani
wkwkkwwkkwwk kenapa y setiap laki kl taw istrinya lagi datang bulan disaat rasa pgn udah d ubun2 lgsg mengalami 5L🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
astaga aku ngakak baca bab ini gara2 kelakuan ami😂😂😂😂😂😂
fitriani
y ampun ami sa ae modusnya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
kyknya big boss penculik itu si zara deh....
fitriani
siapa itu yg ngasih kabar itu k puput???? semoga yg ngasih kabar org baik
fitriani
jgn2 pelakunya tmn puput yg atlit basket itu....
Alya Sabilatun
sampe mewek bacanya
fitriani
cie cie ada yg lagi senang krn baru jadian😘😘😘😘😘
fitriani
asyikkkkk ada yg udah d panggil kakak ipar🤭🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!