Tugas seorang suamu adalah memberi nafkah lahir batin seorang istri. Namun pada kenyataannya tak sedikit lelaki yang menyempelekan kewajibannya itu. Jangankan memberi nafkah secara sukarela, tak jarang istripun bagai pengemis yang harus berkali-kali bahkan mengiba untuk meminta yang telah menjafi haknya.
Tak sedikit kita temui banyak lelaki yang belum menyadari posisi tanggung jawabnya ketika ia memutuskan menikah. Banyak yang abai atau malah masih asik dengan hobinya nongkrong serta bermain game.
Itu juga lah yang terjadi dengan Heru, ia begitu abai menafkahi Rena. Bahkan uang belanja perharipun jauh dari kata cukup, Rena istri yang penyabar selalu menurut dan patuh kepada kehendak Heru. Karna baginya sturganya ada pada lelaki yang telah menikahinya itu.
Namun kesabaran yang telah ia semai diinjak-injak oleh keegoisan Heru, Rena lelah dalam kesabarannya yang tak pernah dihargai akhirnya berontak.
Hal apakah yang akan dilakukan Rena? yuk baca kisahnya, jangan lupa like, vote and komennya ya readers💜.
Terima kasih 😊😇💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Afrianthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar Kebohongan Heru (16)
Sepanjang perjalanan aku sudah mempersiapkan diri dengan jawaban yang aku kemukakan nanti ketika banyak pertanyaan terlontar dari mertuaku.
Entah mengapa kurasakan perjalanan pulangku lebih cepat ketimbang saat perjalanan berangkat kemarin, sebenarnya bukan tanpa alasan, karna aku memutuskan berangkat lebih pagi untuk menghindari kemacetan. Jadi perjalanan kami lumayan lancar.
1jam 30 menit waktu perjalanan, kamipun telah tiba dirumah, terlihat Ibu mertuaku tengah menunggu diteras rumah. Semakin berdebar saja aku dibuatnya.
"Assalamualaikum " sapaku sembari mencium punggung tangannya, dan diikuti juga oleh kedua anakku.
"Walaikum salam, diantar siapa kamu" tanya Ibu penuh introgasi.
"Rena naik taksi online bu" jawabku.
"Yang bener kamu, klo emang bener taksi online kenapa kamu duduknya di depan menemani supir? kenapa gak dibelakang bareng anakmu" Tanya Ibu penuh curiga.
"Oh itu karna barang bawaan yang terlalu banyak jadi Rena gak bisa duduk dibelakang bersama anak-anak" entah apa yang ada difikiran ibu mertua ku hingga menaruh curiga seperti itu terhadapku.
"Yang bener kamu, kenapa juga kamu ramah banget pake nyebut akang segala" emm.. kali ini aku tersenyum memdengar kata-kata Ibu.
"Bu, akang itu bahasa sundanya Abang, atau Mas dalam bahasa jawanya, kan sudah biasa kita ucapkan demikian kepada orang yang lebih tua" terangku padanya.
"Gak usah ngajarin, ibu sudah tau!. Udah buruan masuk bawa barang-barang bawaanmu itu" Ibu masuk duluan tanpa membantu sedikipun dalam membantu membawa barang bawaanku, meskipun hanya yang ringan saja.
Aku merasa kekuatanku tak seberapa untuk mengangkut beras karung besar itu beserta karung lainnya. hanya yang ringan saja lah yang mampu kuangkut, akhirnya aku minta bantuan tetangga rumahku yang kebetulan sedang ada diteras rumahnya.
Selesai aku memindahkan seluruh barang-barang, ibu langsung memanggilku keruang tamu.
"Ren, kesini cepat Ibu mau bicara" Panggilnya.
"Iya Bu, sebentar Rena mau bikin teh dulu, Ibu mau teh. biar sekalian Rena buatkan" Menggotong barang bawaanku yang lumayan banyak cukup menguraa tenagaku hingga membuatku sedikir haus.
*****
"Ren, kenapa kamu pake acara minggat segala sih, kasian Heru jadi gak keurus gitu ditinggal kamu seminggu aja udah berantakan, untung kemarin Ibu kesini beresin rumahmu yang udah kayak kapal pecah, piring kotor dan samapah berserakan dimana-mana, sudah seperti rumah tikus aja" Tanya Ibu langsung memulai bertanya begitu aku duduk bersamanya di ruang tamu.
"Bu, maafin Rena yang udah ninggalin Mas Heru, Rena pergipun karna disuruh sendiri sama Mas Heru saat kami bertengkar kemarin" Sanggahku mencoba menjelaskan.
"Ya harusnya kamu gak anggap serius omongan Heru, katanya Suamimu, kamu berantem gara-gara meminta sejumlah uang, memangnya uang buat apalagi sih, bukannya uang bulananmu sudah lebih dari cukup Heru berikan" Hmmm... ibu sudah benar-benar dibohongi oleh anaknya itu. Namun kali ini aku tidak akan diam saja. sudah keteelaluan kamu Mas!
Ku jelaskan semua hal yang terjadi tanpa dikurangi atau dilebihkan, kuceritakan semuanya pada Ibu mertuaku tanpa kututupi lagi, biarlah kini ia tau tabiat anaknya, walau awalnya aku ingin menyembunyikan masalah ini, tapi Maa Heru telah memulai tempur jadi aku harus melawan jika tidak ingin terinjak-injak.
Ibu mertua yang mendengar ceritaku menjadi terheran-heran wajahnya penuh keraguan.
"Tapi.... Heru bilang memberikan kamu seluruh uang gajinya padamu, bahkan tiap bulan ia selalu meminta uang ongkos pada Ibu, Apa bener yang kamu katakan itu, keterlaluan si Heru telah membohongi Ibu selama bertahun-tahun" Tampak wajah tuanya menahan marah pada anak lelaki kesayangannya itu.
Aku terkejut mendengar ucapan Ibu, lali kemana selama ini uang itu mengalir,. Apa karna game sialan itu, Aku berkutat dengab fikiranku, memikirkan kemana semua uang itu ia habiskan.
"Sudah kita tunggu saja Heru pulang, nanti kita tanya baik-baik, barang kali uangnya disimpan untuk kalian nanti" Ibu masih saja bisa berfikiran baik, tapi aku tak bisa berfikir demikian mengingat apa yang sudah terjadi. paling uangnya habis untuk main game dan modif motornya itu biar semakin oke dan dia menjadi semakin pede jika kumpul-kumpul mabar.
Mas apa yang kamu sembunyikan, hingga sanggup membohongi aki dan juga Ibu, Sangat keterlaluan kamu Maa!
Next...