dunia fanasia. hidup segala macam ras. dari ras manusia, setengah hewan, peri, kurcaci, duyung, iblis, malaikat, bahkan dewa pun ada di dunia ini.
aku adalah dewa perang. tugasku adalah berperang jika tahta dewa di serang, atau jika atasanku menyuruhku turun ke dunia untuk menyelesaikan masalah.
tapi... tak ada masalah yang muncul yang mengharuskan aku turun. dan juga sudah ratusan ribu tahun tak ada yang menyerang tahta dewa. jangankan menyerang, makhluk jaman sekarang bahkan untuk naik ke langit ke tempat tahta dewa mereka tak mampu. aku mulai bosan.
jadi setelah ribuan tahun aku berhasil menciptakan sihir baru, sihir reinkarnasi. akhirnya... selamat tinggal kebosananku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amar basalamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
taruhan
hanya dalam waktu lima hari, mansion baru aku telah jadi. dua puluh pelayan dikirimkan dari istana. mereka segera bekerja membersihkan mansion secara menyeluruh dari semua debu dan kotoran yang melekat ketika pembangunan.
aku masuk dengan yang lainnya, kecuali alpen. dia pergi lagi ke kota. dan geng hembusan angin yang lain sedang dalam perjalanan kemari. halaman depan dikelilingi pagar, belum ada tanaman atau bunga yang diletakkan disini jadi keindahannya belum terlihat sempurna. ada kolam air mancur di tengah halaman luas, tapi airnya pun belum dinyalakan.
dua Pintu mansion terlihat besar dengan tubuh aku. ada dua budak pelayan di kanan dan kiri pintu. begitu langkah aku mendekat keduanya bersamaan membuka pintu.
aku tersenyum puas melihat ruang tengah yang besar. ada lampu lingkaran besar yang menggantung di tengah, entah butuh berapa kristal manna untuk menghidupkan lampu seharian. dua tangga ada di kanan dan kiri untung menghubungkan dengan ruangan di lantai dua dan tiga. ada lagi tangga besar di depan yang langsung menghubungkan dengan lantai tiga.
Delapan belas pelayan lain berdiri di tengah ruangan menundukkan kepala untuk menghormati aku.
"selamat datang master". mereka mengucapkan kata itu bersamaan. aku diam tak menanggapi mereka dan terus berjalan lurus melewati tangga besar di tengah. beberapa anggota aku berkeliaran melihat ruangan lain.
Di unung tangga banyak ruangan di kanan-kiri, dan di depan ada ruangan yang besar. melihat dari luar saja aku langsung tau kalau itu akan menjadi ruangan aku.
aku membuka pintu perlahan memasuki ruangan yang ternyata memang sebuah kamar, kamar yang luas dengan berbagai macam furnitur di dalamnya. kasur besar yang muat bahkan untuk lima orang dengan ranjang yang memiliki tirai untuk menutup dari penglihatan di luar, ada lampu redup di atas ranjang yang bisa di aktifkan sesuka hari dengan suara. lemari besar dengan tiga pintu untuk menyimpan pakaian, cermin besar terpampang di salah satu pintu lemari. gantungan mengaitkan baju tertempel di dinding di samping lemari. ukiran kayu di dinding untuk mengaitkan senjata pedang atau busur terletak di samping ranjang. lemari rak besar melekat di sisi tembok untuk memuat ratusan buku. karpet mewah lembut terbentang di lantai. ada meja membaca dengan kursi di samping ranjang, penerangan di meja untuk mempermudah jika ingin membaca di tengah malam. lampu menggantung cukup besar di tengah kamar.
Aku masuk ke satu lagi ruangan di pojok kamar, sebuah kamar mandi khusus untuk aku. kamar mandi luas dengan bak tidur , bak mandi, dan wc duduk.
Setelah puas melihat kamar sendiri, aku turun ke lantai pertama. aku pergi ke belakang tangga besar, ada sebuah pintu normal disana. begitu aku masuk, ada lagi tangga yang mengarah agak jauh kebawah. sebuah ruangan yang paling berguna nanti. lapangan latihan bawah tanah.
Lapangan sudah di rancang kuat dengan berbagai macam sihir dan batu, membuat ketahanan jauh lebih baik dari pada tanah di permukaan. bentuk lapangan di rancang seperti sebuah arena. lapangan luas di tengah dan tempat duduk bertingkat dan melingkar di sekitar lapangan.
"sepertinya kamu sangat puas" ucap riska yang turun juga dan berdiri di samping aku.
"iya, sepertinya aku harus membalas raja ebon dengan benar kali ini".
Aku merasa puas sekali dengan mansion yang aku terima. mereka melengkapi mansion dengan furnitur lengkap, memperkuat lapangan latihan, dan bahkan melatih dua puluh budak pelayan sebelum mengirimnya. aku hanya tinggal menambahkan latihan mereka dengan sedikit pertarungan, yah... hanya sedikit.
...****************...
Alpen datang ke mansion membawa riri seorang gadis ras setengah hewan. geng hembusan angin yang di dalam mansion sempat terkejut karena dia membawa seorang gadis.
"waw alpen, akhirnya kamu memiliki pecar" ucap miri menggoda.
"A-apa kau bilang, itu salah paham". alpen menyangkalnya dengan wajah sedikit malu.
"benarkah... tapi wajahmu memerah loh... " miri semakin menggoda alpen.
"RINE... ". riri berteriak memanggil adiknya yang dia lihat sedang membawa barang.
Rine menjatuhkan barang terkejut tak menyangka kakaknya akan datang. riri melihat kerah budak di lehernya, dan segerah dia mulai marah.
"apa yang kau inginkan dengan budak aku" ucap ragas. ragas melihat gerak-gerik riri menatapnya tajam dan akhirnya memutuskan untuk menanggapi.
"dia adalah adik aku, aku ingin mengambilnya kembali".
"sepertinya kamu bisa bertarung, mau bertaruh".
"taruhan, apa taruhannya?".
"kamu akan bertarung dengan alpen. jika kamu menang aku akan membebaskan adik kamu, tapi jika kamu kalah kamu akan bergabung dengan kami, mematuhi perintah aku dan tinggal di mansion ini".
"baik sepakat" jawab riri langsung.
"tunggu kenapa harus aku?" tanya alpen. dia tak mengira namanya akan di sebut oleh ragas.
Ragas tau apa maksud alpen membawa riri. dia memiliki bakat dan berniat menjadikannya geng hembusan angin. tapi bukan ragas yang pertama menemukan bakat itu.
"kau yang membawanya, jadi ambil tanggung jawab kamu. atau kamu tidak ingin melakukannya". kali ini ragas yang menggoda alpen.
"baik-baik aku akan melakukannya" jawab alpen. dia sekilas melirik riri yang menatapnya tajam. tatapan riri mengisyaratkan kalau dia tidak akan kalah.
...****************...
di lapangan bawah tanah mansion riri dan alpen saling berhadapan, ada miri juga di tengah mereka. geng hembusan angin dan beberapa pelayan juga hadir menjadi penonton. rine khawatir, tapi bukan kepada kakaknya, dia khawatir kakaknya akan melukai seseorang.
"lebih baik kamu duduk dengan tenang. aku tau kakakmu kuat, tapi kami juga tak kalah kuat". ragas menenangkan rine dan menyuruhnya duduk di kursi penonton.
Para pelayan tau geng hembusan angin kuat, tapi hanya itu, mereka tak pernah melihat langsung. dan rine mengetahui dan telah melihat secara langsung kekuatan kakaknya.
"duel ini berakhir begitu salah satu jatuh atau menyatakan menyerah" ucap miri yang menjadi wasit. keduanya menganggukkan kepala mengiyakan.
"bertarung". setelah mengucapkan itu miri mundur.
Riri maju menerjang kedepan, cakarnya memanjang di setiap ujung jarinya. alpen mengangkat pedang menyelimuti bilah pedang dengan aura.
Cakar tajam riri di tangkis. beberapa kali cakaran diayunkan riri, lebih kuat dan lebih kuat lagi, tapi alpen dapat terus menangkis semuanya.
Melihat celah, alpen mengayunkan tebasan ke pinggang riri. namun bukannya berdarah, tubuh riri yang terpotong menjadi samar. wujud riri muncul di belakang alpen hendak menusuk punggung dengan cakar. alpen menyadari kehadiran riri yang muncul di belakang. pedang alpen menepis di saat-saat terakhir. dirinya terdorong beberapa langkah sebelum kakinya kembali seimbang.
"apa itu tadi..!?". alpen masih tak mengerti apa yang baru saja terjadi.
riri maju kembali menyerang dengan cakarnya. setelah beberapa kali menepis serangan alpen menemukan celah kembali, tapi sama seperti sebelumnya, dia hanya memotong bayangan riri. tubuh asli riri muncul di samping dan mengayunkan cakaran.
Kali ini alpen tak berhasil menahan sempurna. bajunya robek di samping. luka gores terlihat dari balik bajunya yang sobek.
alpen tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. bahkan kedua kalinya ketika dia menggunakan penglihatan manna hasilnya tetap sama dan malah dia terluka.
Tapi alpen tidak tau, semua orang yang melihat ke pertarungan keduanya tak melihat riri yang menghilang. mereka hanya melibat gerakan lihai riri dan alpen terluka. hanya ragas yang menyadari apa yang benar-benar terjadi. tapi bahkan walau pun ragas menyadari apa yang terjadi ragas tak dapat menirunya.
"kau benar-benar mendapatkan bakat luar biasa alpen" gumam ragas.