Gadis Incaran Vampir

Angel menarik tangan bibi Martha, dia sungguh tidak ingin membuat ibu dan anak itu berselisih paham.

"Bibi tunggu dulu..."

"Aline harus diberitahu Angel. Nak Darryl itu sukanya sama kamu. Kalau dia bersikap seperti itu, jutsru akan membuat nak Darryl lebih tidak menyukainya. Dia harus di kasih paman, Angel. Tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan" kata bibi Martha dengan raut wajah sedih.

Wanita paruh baya itu, sebenarnya mengatakan semua itu bukan karena dia tidak sayang pada anaknya. Martha justru sangat sayang pada Aline. Itulah kenapa dia mengatakan semua itu. Martha bisa melihat dengan jelas, sangat jelas bahkan. Kalau Darryl memang hanya suka pada Angel. Kalau Aline memaksakan perasaannya, itu justru akan sangat melukainya.

"Iya bibi, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Aline dengan sangat emosional. Akan percuma menasehatinya. Sebenarnya, aku juga masih mau fokus kuliah saja bibi, apa perjodohan ini bisa di tunda dulu?" tanya Angel.

Bibi Martha menghela nafas berat saat Angel bicara seperti itu. Sejujurnya, dia merasa khawatir. Angel itu gadis yang sangat cantik, dia juga punya pikiran yang sangat polos. Alasannya setuju dengan rencana Debora, juga karena dia ingin ada yang melindungi Angel. Kota ini penuh dengan orang-orang yang ambisius. Martha tidak ingin Angel bergaul dengan orang yang salah. Darryl jelas pria yang baik, Darryl akan menjaga Angel dan setidaknya bisa mengawasi Angel.

"Angel, bibi melakukan semua ini untukmu. Bibi... " Martha tertunduk sedih, dia benar-benar hanya ingin ada yang menjaga Angel.

Darryl dia kenal sejak kecil, dia kenal keluarganya juga sejak kecil. Martha hanya berpikir, kalau pria itu pasti akan sangat baik pada Angel.

Dia tidak menyangka Aline menyukai Darryl. Tapi yang jelas, dia harus menasehati putri bungsunya itu. Cinta yang dipaksakan, akan berakhir menyakitkan. Setidaknya dia tahu itu.

"Angel, apa kamu tidak suka Darryl?" tanya bibi Martha.

Angel sedikit bingung menjawab pertanyaan bibi Martha. Dia memang tidak punya perasaan apapun pada Darryl, tapi bukan berarti dia tidak suka.

"Kak Darryl itu baik, dia sangat perhatian, tapi..."

Martha menepuk tangan Angel. Dia berpikir, Angel juga tidak menolak sebenarnya, mungkin masalahnya hanya pada Aline. Angel tidak tega pada Aline.

"Angel, jangan pikirkan masalah ini. Bibi akan bicara pada Aline. Baiklah, tidak akan bibi bicarakan sekarang. Bibi akan bicara dengannya saat dia tenang nanti. Sudah, jangan pikirkan. Kamu istirahat saja.

**

Keesokkan harinya, Martha masuk ke kamar Aline sambil membawa makanan. Sudah dua hari ini anak bungsunya itu tidak mau makan bersama di meja makan.

"Ini makananmu! ingat, itu semua dari uang Angel" kata Martha dengan datar.

Martha meletakkan nampan itu di atas meja. Dan bergegas keluar.

"Ibu kenapa bilang seperti itu terus? memangnya apa yang Angel berikan pada keluarga kita? ini semua dari perkebunan dan peternakan keluarga kita kan? kenapa ibu selalu bilang ini semua dari Angel?" tanya Aline kesal.

"Ibu sebenarnya tidak mau mengatakan semua ini padamu. Angel juga melarang ibu. Tapi asal kamu tahu, kakakmu itu demi mengejar wanita pujaan hatinya itu, sudah menjual semua ini. Rumah, semua peternakan dan perkebunan. Semua bukan lagi milik kita sejak tiga bulan yang lalu!" kata Martha yang mulai emosional.

Aline sangat terkejut. Benar-benar sabat terkejut.

"Apa?"

"Kenyataannya memang begitu. Kita bahkan tidak punya tempat tinggal lagi seharusnya, Aline. Kalau bukan Angel yang menggunakan semua uang dari orang tuanya untuk membayar hutang kakakmu, membeli kembali peternakan dan perkebunan. Juga rumah ini, kita sudah tinggal di jalan Aline. Kamu sudah berhenti kuliah. Semua ini dari Angel!" tangis Martha pecah.

Aline terdiam. Dia tidak menduganya.

"Angel sekarang yatim piatu, kamu tahu itu kan? dan ibu, ibu sama sekali tidak akan bisa menjaganya. Lagipula Darryl hanya menyukai Angel, Aline. Sesuatu yang dipaksakan hanya akan menyakitkan. Jangan bersikap seperti itu pada Angel. Dia bahkan berpikir untuk membatalkan perjodohan itu karena kamu. Kamu pikirkan lagi Aline, dia sangat baik padamu. Dia merelakan perjodohan yang baik ini, tapi apa kamu pikir Darryl akan setuju? apa kamu tidak khawatir Darryl akan semakin tidak menyukaimu? pikirkan semua itu Aline. Ibu mengatakan semua ini untuk kebaikanmu, kebaikan kita. Setidaknya, jangan bersikap acuh pada Angel. Dia hanya punya kita, nak. Dia sudah mengorbankan segala yang dia punya untuk kita. Alih-alih dia kuliah dan tinggal di luar negeri. Dia malah memilih membantu kita. Tolong pikirkan baik-baik semua ini nak. Ibu hanya punya kamu sekarang, ibu benar-benar hanya bisa berharap padamu, Aline" lirih Martha.

Aline terdiam, dia melihat ibunya sampai terisak begitu. Dia tidak menyangka kalau Angel bahkan melakukan semua itu. Bahkan ingin membatalkan perjodohan itu. Aline menghela nafas berat, sangat berat.

"Ibu keluar dulu, ibu akan temani Angel makan malam!"

Martha beranjak dari duduknya, dia menyeka air matanya. Tidak ingin Angel tahu, kalau dia habis menangis.

Aline memejamkan matanya. Dia menghela nafas dalam-dalam sekali lagi. Dan mengangkat nampan itu.

"Ibu, aku akan makan malam bersama kalian!"

Martha tersenyum, dia senang anaknya mengerti. Dia tahu, Aline sebenarnya baik. Gerald juga, hanya saja pergaulan dan langkahnya yang salah. Martha berharap, Aline bisa dia nasehati. Tidak seperti Gerald yang sudah sulit di beri nasehat dan diajarkan.

Martha dan Aline pergi ke meja makan. Angel yang melihat Aline keluar dari kamar merasa sangat senang.

"Aline..."

"Maafkan aku Angel. Aku sudah melakukan kesalahan. Tidak masalah kamu pacaran dengan kak Darryl, aku akan cari senior yang lebih tampan di kampus besok!" kata Aline mengundang gelak tawa di ruang makan itu.

Setelah makan malam, Angel menyiapkan semua yang dia butuhkan untuk pergi ke kampus besok. Besok hari pertamanya di kampus. Di kota ini, dia dengar tidak ada hal-hal seperti di kota lain. Perkenalan di kampus, kabarnya tidak seperti di tempat lain. Aline bilang dulu, dia hanya di ajak berkeliling, diberi tahu semua gedung dan ruangan yang ada di kampus, hanya seperti itu. Lalu berkumpul di lapangan untuk perkenalan diri satu persatu, penutupannya hanya ada pesta api unggun dan makan bersama. Itu terdengar sangat menyenangkan.

Angel menghela nafas panjang. Dia melihat foto kedua orang tuanya. Dia sangat merindukan mereka, banyak hal yang ingin dia ceritakan, dan dia juga ingin sekali kedua tangan ibunya memeluknya saat dia merasa gugup seperti ini. Namun, yang bisa dia lakukan hanya memandang foto itu, lalu memeluknya.

"Ayah, ibu. Angel rindu kalian" lirihnya pilu.

***

Bersambung...