Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16 Cemburu?
Happy reading
Hari ini Ryuga sengaja berangkat ke kampus lebih pagi dan membiarkan perutnya kosong.
Oatmeal dan susu hangat yang disajikan oleh Aluna, sama sekali tidak disentuh.
Meski amarahnya sudah sedikit mereda, ego masih menguasai diri--mencegah untuk menyapa apalagi berbincang dengan Aluna.
"Kak, kita bisa berangkat bareng?" Pertanyaan yang tercetus dari bibir Aluna bagai angin lalu, yang tak penting untuk diindahkan dan ditanggapi.
Ryuga menyampirkan tas ransel di pundak, lalu melangkah pergi tanpa menghiraukan Aluna yang tengah menanti jawaban.
"Wajburni ya jabbar --" Aluna menekan dadanya yang terasa ngilu dan menahan air bening yang ingin menetes.
"Nggak pa-pa, Luna. Kak Ryu pasti bakalan berubah. Kamu harus sabar. Kamu harus kuat," monolognya seraya membesarkan hati.
Aluna meyakini, suaminya lelaki baik dan perhatian. Meski dikenal galak, cuek, dan tak tersentuh oleh para penghuni Kampus Cakrawala.
Sikap yang ditunjukkan pagi ini, hanya kelanjutan emosi semalam. Itu menurut Aluna.
Terdengar nada dering. Mengalihkan perhatian Aluna dari semangkuk oatmeal di atas meja yang masih utuh.
Aluna segera menarik resleting dan mengambil ponselnya yang disimpan di dalam tas.
Tertera satu nama yang mencipta lengkungan bibir dan mendorong jemari tangan untuk segera menggeser layar ponsel--menerima panggilan vidio call dari Karina. Kakak perempuan yang teramat dirindu.
"Adekkkkk --" Karina tampak excited ketika wajah Aluna memenuhi layar ponsel. Binar di matanya menyiratkan kerinduan sekaligus rasa bahagia.
"Kak Karin --" Aluna memaksa bibirnya untuk mengembangkan senyum dan memasang mimik wajah bahagia. Sebisa mungkin menutupi sendu.
"Dek, selamat ya. Kakak ikut bahagia. Semoga pernikahan kalian langgeng. Sakinah, mawadah, warahmah."
"Aamiin, makasih Kak."
"Kakak beneran nggak nyangka, kamu dinikahi Ryuga--Presma Kampus Cakrawala dan terhindar dari Baskara. Pria berakhlak jongkok, persis seperti Daniel."
"Iya, Kak. Alhamdulillah. Kapan kakak pulang ke Indo?"
Karina mengendikkan bahu. "Nggak tau, Dek. Kakak sudah nyaman tinggal di sini. Gimana, kalau kamu saja yang ke Inggris? Sekalian honeymoon."
"Kak Ryu super sibuk, Kak. Jadi, mungkin aku sendiri yang akan terbang ke Inggris--menemui Kak Karin --"
"Sesibuk-sibuknya Ryuga, pasti dia bersedia ngeluangin waktu untuk menemani kamu dan nggak bakal ngebiarin kamu terbang sendiri ke Inggris --"
Aluna mengejapkan mata dan mengulas senyum--mengamini ucapan Karina.
"Oya, di mana dia?"
"Sudah berangkat ke kampus."
"Kenapa kalian nggak berangkat bareng? Kan masih satu kampus."
"Kak Ryu buru-buru. Mungkin ada rapat BEM."
"Owh. Kamu nggak ada kelas pagi, Dek?"
"Ada, Kak."
"If so, hurry up and get to campus! Nanti kalau ada waktu, kita sambung lagi ngobrolnya."
"Iya. Aku berangkat dulu, Kak."
"Take care. I cherish you, my dear sister."
"I cherish you too."
Vidio call berakhir diiringi setetes air bening yang jatuh membasahi pipi. Namun Aluna segera mengusapnya dengan jemari tangan.
Aluna mudah menumpahkan air mata. Bukan karena cengeng, tapi karena hatinya teramat lembut.
Ia gampang sekali menangis ketika mendengar, melihat, dan merasakan sesuatu yang menyentuh atau mengoyak ulu hati.
Seperti semalam. Saat Ryuga melontarkan rangkaian kata yang menghujam. Dan di pagi ini, ketika kerinduannya pada Karina terobati.
Ponsel Aluna kembali bersuara dan memaksanya untuk mengindahkan.
New message from Kak Ryuga:
Buruan keluar! Gue tunggu di basement
Pesan yang dikirim oleh Ryuga sukses mencipta senyum. Hapus sendu yang dari semalam membingkai wajah.
Aluna berpikir ... keyakinannya benar. Ryuga lelaki baik dan perhatian.
Cuek dan ketusnya hanya sebagai luapan amarah atau mungkin ... cemburu.
Aluna segera mengetik pesan balasan, menggerakkan jari lentik di atas layar ponsel tanpa memudar senyum.
Tunggu sebentar, Kak. Aku segera ke sana
Send
Pesan terkirim.
Setelah mengunci pintu apartemen, Aluna berlari kecil menuju basement--menghampiri Ryuga yang sudah menunggu.
"Makasih sudah mau menunggu," tutur Aluna sambil memiringkan kepala dan memperlihatkan sebaris senyum. Lantas membawa tubuhnya masuk ke dalam mobil.
Ryuga masih setia dengan sikapnya yang 'sok' cuek.
Bibir bungkam. Tatapan lurus ke depan. Mimik wajah datar.
Tapi tidak masalah bagi Aluna. Ia berusaha memahami dan menerima sikap cuek yang ditunjukkan oleh Ryuga.
"Kak Ryu nggak biasa sarapan ya?" Aluna sekedar berbasa-basi. Memecah suasana tak nyaman dan coba alihkan perhatian Ryuga.
Ryuga masih setia bungkam. Tangannya fokus memainkan setir mobil dan pandangan matanya tak lepas dari objek di depan.
Sabar, Luna ....
Benak Aluna merapal dua kata. Tenangkan hati dan tanamkan pikiran positif.
Hening
Aluna terdiam.
Suara lembutnya disimpan.
Biarkan Ryuga fokus mengendarai kendaraan besi. Melesat--membelah kepadatan kota di pagi ini.
Tiga puluh menit, waktu yang mereka butuhkan untuk tiba di kampus. Tepatnya di Fakultas Sasindo.
Meski amarah belum sepenuhnya hilang, Ryuga menunjukkan perhatian. Mengantar Aluna sampai di depan pintu gerbang Gedung A--Fakultas Sasindo.
"Makasih, Kak --" ucap Aluna sebelum keluar dari mobil.
Tak ada jawaban. Ryuga masih tunduk dengan ego, meski sisi hatinya merayu untuk menanggapi ucapan Aluna dan mengalihkan atensi sepenuhnya pada pahatan indah yang tawarkan pesona. Bibir ranum, paras cantik, sepasang mata indah, dan tutur kata lembut.
"Aku duluan ya, Kak. Jangan lupa sarapan." Aluna kembali berucap, lantas membawa tubuhnya keluar dari mobil sporty milik Ryuga dan berjalan ke arah studio Cakrawala Media yang berada di timur gedung.
Ryuga menghela napas panjang dan alihkan pandangan mata ke satu titik--punggung Aluna.
Tatapannya tak beralih sedikit pun hingga objek yang dilihatnya menghilang di balik pintu studio.
"Woeeew, Pak Ketu!"
Suara khas Nofiya berhasil menyadarkan Ryuga dari lamun.
Gadis tomboy itu berlari menuju ke arahnya sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
"Pak, gue nebeng ya." Tanpa basa-basi dan tanpa menunggu balasan, Nofiya langsung membuka pintu mobil lalu duduk di samping kemudi.
"Siapa yang nyuruh lo masuk?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Ryuga. Nada suaranya datar, tapi terselip canda.
"Gue sendiri, Pak. Buruan jalan! Setengah jam lagi kita ada rapat sama anak-anak."
Ryuga mengindahkan ucapan sekaligus perintah Nofiya. Melajukan mobil, menuju gedung sekretariat BEM.
"Gimana malam pertamanya, Pak? Udah belah duren?"
Ryuga menggeleng pelan dan membuang napas.
"Kenapa belum? Bu Ketu lagi dapet tamu?"
Lagi, Ryuga menanggapi pertanyaan Nofiya dengan menggerakkan bagian tubuh. Lelaki berparas rupawan itu mengendikkan bahu dan enggan mengalihkan perhatian ke arah lawan bicara.
"Lo lagi sariawan ya, Pak?"
Ryuga berdecak pelan. "Nggak," jawabnya singkat.
"Kalau nggak sariawan, ngapain irit bicara? Apa jangan-jangan, lo lagi topo bisu? Biar cepet dikasih keturunan."
"Ngawur! Gue cuma lagi males ngomong."
"Kenapa?"
"Gue nggak tau. Dada gue rasanya bergemuruh waktu Aluna bilang ... Hamdan memagut bibir dan nyium ceruk lehernya. Gue sempet kepikiran, Baskara juga pernah ngelakuin itu. Tapi Aluna bersumpah 'demi Allah', nggak pernah ngizinin Baskara mencium dan menyentuhnya." Ryuga terdorong untuk berterus terang pada Nofiya. Salah satu anggota BEM inti sekaligus sahabatnya.
"Pak, Aluna itu korban. Dia nggak ada niat buat ngebiarin Hamdan nyentuh bibir atau bagian tubuhnya yang lain. Dia nggak berdaya. Dia nggak kuasa mengelak. Dia pasti jijik dan benci tiap inget perbuatan be-jat Hamdan--dosen abal-abal yang sok alim --"
"Gue percaya, Aluna nggak bo'ong. Tapi, seandainya Baskara pernah nyium bibirnya, lo mesti legawa dan menerima Aluna apa adanya karena dia udah jadi istri lo."
"Gue nggak yakin bisa legawa nerima dia, Nof. Rasanya, gue nggak terima dapet bekas Hamdan dan Baskara."
"Stupid lo, Pak. Sinting! Monyet yang udah diapa-apain sama Pak Juna aja pernah lo harepin. Aluna yang cuma dicium, lo sebut 'bekas'. Gue yakin, lo cuma cemburu. Tapi lo nggak nyadar. Atau mungkin ... lo nggak mau mengakui."
Kicep
Ryuga bungkam. Namun otaknya berisik.
Membenarkan sekaligus menolak argumen yang dicetuskan oleh Nofiya.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini