Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Tidak Punya Pilihan
Bayu membawa Luna ke dalam sebuah mansion. Mobil itu berhenti di tempat yang terlihat seperti lobi. Luna terhenyak, ia belum pernah melihat rumah yang begitu besar bagaikan sebuah hotel mewah.
"Silahkan nona," ucap Bayu seraya membukakan pintu.
Luna pun menatapnya geram dan Bayu dapat menangkap sikap tidak suka di wajah Luna.
"Mohon jangan kembali memberontak, nona. Karena mungkin anda akan mengalami hal yang lebih buruk dari yang tadi," ucap Bayu sopan namun terdengar mengancam.
Luna mendengus.
"Bos dan asisten sama saja! Sama-sama tukang mengancam! Apa kalian tidak ada keahlian lain?" cibir Luna sambil bergerak keluar dari mobil.
"Ini dimana?" tanya Luna dengan nada kesal.
"Kediaman Tuan Arkana Wijaya nona," sahut Bayu.
Luna tertegun. Dulu selama setahun berhubungan dan menjadi pemuas nafsu Arkana, ia belum pernah dibawa ke 'rumah' pria itu.
Arkana hanya selalu melampiaskan hasrat kepadanya di apartemen pribadinya atau apartemen Luna.
"Mari nona," suara Bayu membuyarkan lamunan Luna.
Mereka pun mulai melangkahkan kakinya ke dalam. Dan setiap sudut yang Luna lewati, ia tak henti-hentinya merasa kagum dengan kemewahan dari Mansion Arkana Wijaya.
'Pantas saja Maya begitu menginginkannya. Rupanya dia memang sekaya itu!' batin Luna.
Luna dibawa ke sebuah ruangan mewah yang luas dan megah, hingga seseorang datang menghampirinya.
Bayu pun mempersilahkan Arkana masuk dan menunduk sejenak di hadapannya.
"Dia tidak memberontak?" tanya nya.
"Tidak Tuan, saya sudah memperingatinya agar tidak membuat ulah di kediaman anda."
Arkana pun mengangguk. "Kau boleh pergi."
Bayu pun meninggalkan ruangan dan menutup pintunya dari luar. Sementara Luna yang menyadari kehadiran Arkana pun menatapnya dengan jengah.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Luna tanpa basa-basi.
Arkana tersenyum tipis. Ia berjalan perlahan ke arah Luna yang kini menatapnya tajam.
"Kau diputuskan oleh calon suami tua mu itu dan tidak satupun tempat menerima magang mu. Lalu, mau kemana kamu setelah ini?" tanya Arkana seraya menyilangkan kedua tangan di dadanya.
Mendengar itu, Luna pun terhenyak. Ia menatap marah pada Arkana dengan mata yang membola.
"Jadi kamu yang menyebabkan semua ini?? Kamu yang membuat Pak Bagas memutuskan pernikahanku? Iya??" tanya Luna setengah berteriak.
Arkana tersenyum tipis. "Kamu sudah tahu jawabannya, Luna. Kamu tahu kan seberapa besar kekuasaanku?"
"Hah, aku tidak peduli seberapa besar kekuasaanmu. Aku hanya peduli diriku, kenapa kau terus saja menggangguku hah??" teriak Luna.
"Kau mengancam ku untuk enyah dari hidupmu tapi kamu terus menjeratku dengan hal-hal yang menyakitkan. Kamu juga mengancam ku untuk meninggalkan keponakanmu, dan aku sudah melakukannya, Arkana."
"Aku bersedia menikah dengan Pak Bagas dan bukankah dia tidak ada hubungannya denganmu?? Lantas kenapa kau membuatnya membatalkan pernikahan kami??" jerit Luna merasa jengah.
Jengah dan begitu lelah menghadapi pria di hadapannya ini.
"Apa kau begitu putus asa sehingga memilih menikahi pria tua, Luna?" tanya Arkana.
"Itu bukan urusanmu, Arkana. Aku memilihnya karena aku menuruti ancamanmu. Tapi kenapa kau masih saja menggangguku?"
Arkana menarik tangan Luna sehingga tubuh mereka berdekatan.
"Kau bohong! Kau memilihnya bukan karena ingin menjauhi Radika, tapi karena kau memiliki rencana lain pada keluarga Sucipto bukan?"
Luna terperangah. Mengapa bahkan untuk hal sekecil itu Arkana mengetahuinya?
"Kalau iya kenapa? Apa urusannya denganmu hah??"
"Tentu saja ada urusannya denganku, Luna Evelyn. Kau lupa keluarga siapa yang hendak kau hancurkan itu hmm?"
Sejenak Luna terdiam. Ia menelan saliva nya dengan kasar.
"Mereka adalah keluarga Maya Rianita, calon istriku. Tidakkah kau pikir berurusan dengan mereka berati juga berurusan denganku?" ucap Arkana setengah berbisik.
Sial! Luna lupa jika Arkana adalah calon suami Maya. Dan pria itu pernah memperingatinya agar tidak berbuat macam-macam pada keluarga Sucipto.
Luna mengeratkan rahangnya. Dadanya terasa begitu sesak. Mengapa orang-orang jahat justru mendapat dukungan dari segala arah? Keluarga itu telah menyiksanya sedari kecil dan mengambil semua haknya.
Mengapa kini justru kebaikan berpihak kepada mereka dan bukan kepadanya?
"Apa kau begitu mencintai Maya yang licik itu? Sehingga demi dirinya kau tega mengancam ku berkali-kali?"
Arkana terdiam. Matanya menatap Luna dengan lekat.
"Jika kau begitu mencintainya dan tidak ingin aku membuat masalah, berikan rumah itu kepadaku dan aku akan meninggalkan kalian!" ucap Luna setengah memaksa.
"Apa?? Kau tidak pantas, Luna!"
"Lalu kau mau apa?? Mau membunuhku karena berani mengganggu calon keluargamu??" teriak Luna.
Arkana menghela nafasnya panjang. Rasanya ia sangat ingin mencekik wanita di hadapannya itu dengan kedua tangannya. Tetapi ia mencoba menahan emosinya.
"Berikan ponselmu!"
"Apa?" Luna tercekat.
Arkana menatap Luna sejenak, lalu memeriksa tas kecil di tangan gadis itu dengan paksa. Ia pun mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Tambahkan lagi," ucapnya.
Luna pun tertegun sejenak. Beberapa detik berikutnya ia tersadar akan maksud ucapan Arkana.
Pria itu ingin Luna kembali menambahkan nomornya pada ponsel Luna karena sebelumnya ia telah dimasukkan ke dalam daftar hitam.
"Kalau aku tidak mau—"
"Kau tidak punya pilihan. Besok aku tunggu kamu di kantor. Dan ingat, jangan macam-macam, atau kamu akan menerima akibatnya, Luna Evelyn," ancam Arkana dengan penuh penekanan.
.
.
.
.
Bonus Visual tokoh di sini ya
Luna Evelyn
.
.
Arkana Wijaya
.
.
.
Radika Putra Wijaya
.
Maya Rianita
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.