NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 pusat perbelanjaan

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, rayan dan Maudy tiba di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Kota Raya.

"Ada apa denganmu?" tanya rayan setelah turun dari mobil taksi yang mereka tumpangi. Raut wajah Maudy tampak sedang ketakutan.

"Aku, aku takut seseorang mengenaliku dan membawaku pulang," jawab Maudy sambil terus melihat ke sana kemari. Pusat perbelanjaan itu letaknya di pertengahan kota, dan tempat tinggal Maudy berada di kawasan yang tidak cukup jauh dari sana.

"Jangan khawatir. Jika kamu tidak ingin pulang, aku pastikan siapa pun tidak akan ada yang bisa membawamu pulang." rayan mencoba menenangkan gadis itu agar bersikap biasa saja. Saat di tengah perjalanan tadi, ia memang menanyakan pada gadis itu di mana tempat perhiasan terbesar di kota ini. Dan Maudy pun menunjukkannya dengan rasa cemas.

Melihat ketegasan wajah pria itu, Maudy pun menganggukkan kepalanya dan mulai mengikuti kakak barunya itu mencari sebuah toko perhiasan. Sebenarnya ia ingin sekali bertanya untuk apa pria itu mencari toko perhiasan, tetapi Maudy lebih memilih untuk tidak bertanya karena ia juga akan mengetahuinya nanti.

rayan mulai menyapukan pandangannya ke segala arah saat sudah memasuki pusat perbelanjaan itu. Ada sebuah gedung besar menjulang tinggi dikelilingi oleh toko-toko kecil dari segala arah.

"Memang layak menjadi pusat perbelanjaan terbesar di kota ini, bahkan begitu banyak toko yang menjual berbagai macam jenis," ucap lirih rayan, namun masih bisa didengar oleh Maudy yang berada di sampingnya.

"Tentu saja. Tempat perbelanjaan ini bernama Tanah Raharja, milik keluarga terkaya nomor satu di kota ini," jelas Maudy. "Lihat bangunan besar di sana, itu adalah usaha utama dari keluarga Raharja. Yang dijual di sana semuanya barang mewah yang harga paling murahnya sekitar ratusan juta. Sedangkan kios-kios kecil itu adalah milik para pedagang luar yang menyewa tempat pada keluarga Raharja. Bisa dibilang mereka para pedagang kecil sama seperti pedagang di pasar pada umumnya."

Penjelasan Maudy membuat rayan agak terkejut mendengarnya. Ia pikir pusat perbelanjaan ini milik negara, tetapi siapa yang menyangka ternyata milik salah satu keluarga terkaya di kota. rayan tidak bisa membayangkan betapa kayanya keluarga Raharja itu.

"Lihat di sana, sepertinya itu toko perhiasan?" Tunjuk Maudy pada salah satu kios yang cukup besar daripada yang lainnya. rayan mengikuti arah yang ditunjuk oleh Maudy, kemudian ia pun mengajak Maudy ke toko itu.

"Ayo kita ke sana." Maudy menganggukkan kepalanya dan mengikuti rayan di belakangnya.

Di sebuah ruangan, tepatnya di dalam bangunan besar itu, seorang lelaki berusia 40 tahunan tengah melihat layar ponselnya, yang mana di sana terdapat dua gambar koin emas yang telah diunggah oleh keluarga Kusuma.

"Tidak salah lagi, ini memang koin emas dari zaman kekaisaran. Entah dari mana keluarga Kusuma mendapatkannya," ucap lirih pria itu. Dia adalah seorang kolektor barang antik, jadi ia cukup banyak tau tentang barang-barang kuno,...! Lalu kemudian pria paruh baga itu langsung menghubungi sebuah nomor dan tak berselang lama panggilan pun terhubung.

"[Halo... Paman, ada apa?]" ucap seorang pemuda di seberang sana.

["Rendra, tolong kamu pergi ke kediaman Kusuma sekarang dan katakan pada mereka. Asal mereka tidak menjual koin emas itu ke pelelangan, keluarga Raharja akan membayar masing-masing koin emas itu seharga satu miliar."]

["Paman, saat ini aku sedang berkumpul bersama teman-temanku, bagaimana kalau nanti malam saja? Lagipula itu hanyalah sebuah koin emas, kenapa Paman sangat menginginkannya?"] Rendra memang sudah tahu tentang koin emas itu. Ia melihat di sebuah grup pelelangan bahwa seseorang bernama Yunda dari keluarga Kusuma memposting gambar koin emas itu, dan mengira itu hanyalah harta kuno yang tidak terlalu berharga.

["Apa yang kamu tahu! Cepat pergi sekarang, jangan membantah!"] ujar pria itu.

["Paman, tapi saat ini aku sedang......?"] Belum sempat Rendra menyelesaikan kata-katanya, sang paman langsung memakinya.

["Rendra, tahukah kamu betapa pentingnya koin itu? Selagi belum banyak orang yang tahu tentang koin, kamu cepat pergi sekarang atau Paman akan mengirimmu kembali untuk berlatih militer!"]

Rendra yang berada di seberang sana mendengus kesal. Pamannya selalu menggunakan ancaman yang sama saat ingin menyuruhnya.

---

"Selamat datang, Tuan dan Nona. Apakah ada yang bisa saya bantu? Apakah kalian ingin membeli cincin pertunangan atau sebuah kalung pernikahan?" tanya salah satu pegawai wanita saat rayan dan Maudy tiba di toko itu. Ia menebak rayan dan Maudy adalah sepasang kekasih.

rayan sedikit tersenyum mendengarnya, sedangkan Maudy langsung memerah wajahnya.

"Sebenarnya saya hanya ingin menjual sesuatu, saya tidak tahu apakah toko ini mau membelinya atau tidak," ucap rayan tanpa berbasa-basi.

Pegawai toko itu agak menyipitkan matanya dan berkata, "Kalau boleh tahu, memangnya apa yang ingin Tuan ini jual? Maaf sebelumnya, di toko ini Tuan hanya bisa menjual sebuah kalung emas, gelang, cincin, atau anting-anting saja. Tuan juga bisa menukarkan barang-barang tersebut jika Tuan ingin menukarnya dengan yang lebih bagus."

"Saya tidak ingin menjual atau menukarkan barang-barang seperti yang Mbak sebutkan, tetapi saya ingin menjual beberapa koin emas ini. Saya tidak tahu apakah toko ini mau membelinya atau tidak," ucap rayan sembari mengeluarkan lima koin emas sekaligus dan menaruhnya di atas meja kaca di sana.

"Ini?" Pegawai itu mengerutkan keningnya melihat lima koin emas yang pemuda itu tunjukkan. "Apakah ini emas asli?" lanjut pegawai itu bertanya. Meskipun ia baru pertama kali melihat kepingan koin emas itu, tetapi dengan pengalamannya selama bekerja di toko itu, ia sedikit menduga bahwa kepingan koin emas itu adalah emas asli.

"Mbak bisa memeriksanya terlebih dahulu," ujar rayan.

"Tuan, ini memang emas asli, hanya saja saya tidak bisa memutuskan untuk membelinya. Jika Tuan mau menunggu, saya akan memanggil Nona Bos saya terlebih dahulu, apakah dia mau membeli emas seperti ini atau tidak," ucap pegawai itu.

"Baiklah kalau begitu, kamu boleh memanggilnya," kata rayan. Lagipula ia tidak terburu-buru.

"Kalau begitu mohon Tuan tunggu sebentar."

"Kak, dari mana kamu mendapatkan koin emas itu? Apakah itu sungguh terbuat dari emas asli?" tanya Maudy penasaran.

"Aku menemukannya secara tidak sengaja di suatu tempat, dan tentu saja koin ini adalah emas asli. Jika tidak, apakah menurutmu aku akan pergi ke sini?" jawab rayan.

Tak lama sang pemilik toko itu datang bersama pegawai sebelumnya.

"Nona! Tuan muda ini yang menawarkan koin emas itu," ucap sang pegawai.

Tetapi sang pemilik toko, yang merupakan seorang wanita cantik berusia sekitar 25 tahunan, perhatiannya tertuju langsung pada lima koin emas yang terletak di atas meja kaca itu.

"Ini... adalah koin emas kuno zaman kekaisaran!" seru wanita itu. Baru saja ia melihat gambar koin emas tersebut di sebuah grup barang antik, siapa yang menyangka ia akan melihatnya secara langsung setelah pegawainya memberitahu dirinya.

Kemudian pandangan wanita itu barulah beralih pada sosok pemuda di depannya. Ia sedikit menyipitkan matanya saat melihat penampilan pemuda itu. Ia merasa pakaian yang pemuda ini kenakan agak kuno.

"Kamu, apakah koin-koin ini milikmu?" tanya wanita itu memastikan.

"Aku rasa pegawaimu itu sudah memberitahumu sebelumnya," jawab rayan membuat wanita itu tersenyum kecut mendengarnya.

"Kalau begitu, bolehkah aku tahu dari mana kamu mendapatkannya?" tanya wanita itu. Ia penasaran kenapa pemuda ini juga memiliki harta kuno ini, ataukah ada sebuah tempat peninggalan kekaisaran yang baru-baru ini ditemukan? pikir wanita itu.

"Aku rasa itu tidaklah penting. Bagiku saat ini apakah tokomu ini akan membelinya atau tidak," jawab rayan. Meskipun wanita itu terlihat sangat cantik, tetapi tidak membuat sikap rayan berubah. Menurutnya wanita pemilik toko ini terlalu banyak bertanya.

Wanita itu kembali menyipitkan matanya menatap pemuda itu. Untuk pertama kali ada seseorang bersikap acuh seperti ini pada dirinya. Sedangkan Maudy sendiri, sejak wanita itu muncul pandangannya tak lepas dari wanita itu. Ia tidak menyangka pemilik toko perhiasan ini sebenarnya adalah putri dari keluarga Raharja itu sendiri. Di kota ini, siapa yang tidak mengenali Nona Sherly, seorang gadis cantik dan mandiri tak ingin terlalu bergantung pada kekayaan keluarganya. Entah berapa banyak pria yang ingin menjadi pasangan dari putri dari keluarga Raharja ini, namun bahkan seorang tuan muda dari keturunan berpangkat tinggi pun tidak ada yang dihiraukan oleh wanita ini.

"Sepertinya Tuan Muda ini agaknya sedang terburu-buru. Sejujurnya saya ingin tahu kenapa Tuan Muda ini ingin menjual koin emas ini. Setahu saya, koin emas ini adalah harta yang cukup langka, dan mungkin di masa depan tidak akan ternilai harganya." Sherly ingin tahu bagaimana reaksi pemuda ini setelah ia menjelaskan seberapa berharganya koin emas itu, karena bagi seorang pecinta barang antik, pasti mereka rela membayar mahal walau hanya sebuah koin.

"Nona, bukankah kamu terlalu banyak bertanya? Jujur saja aku bukanlah orang yang suka berbasa-basi, jadi bagaimana apakah Nona akan membelinya atau tidak, karena jika tidak saya akan pergi mencari tempat lain." rayan mulai kesal karena wanita itu terlalu banyak bicara.

Wanita itu berusaha tetap tersenyum walau dalam benaknya ia memaki pemuda itu karena bahkan tidak menyikapi setiap perkataannya dengan baik.

"Apa-apaan... sejak kapan ada orang bersikap dingin seperti ini padaku. Apakah pemuda ini bodoh, dari mana dia sebenarnya berasal? Apakah dia baru saja keluar dari hutan pedalaman? Apakah dia tidak tahu siapa aku? Berani sekali dia bahkan tidak menghiraukan setiap pertanyaanku." Maki Sherly tapi hanya dalam benaknya saja. Ia menatap pemuda itu tanpa ekspresi lalu berkata kembali,

"Kalau begitu bolehkah saya tahu siapa namamu? Tidak mungkin bukan saya membeli sesuatu pada seseorang yang bahkan tidak saya kenali namanya."

Rayan menatap wanita itu tanpa ekspresi dan menjawab, "rayan."

"Sial... Sepertinya dia memang orang udik dari pedalaman hutan," pikir Sherly mendengar nama pemuda itu cukup aneh di telinganya, .

"Kalau begitu, berapa harga yang ingin kamu ajukan?" tanya Sherly pada rayan.

"Saya akan menjualnya jika harganya sesuai," jawab rayan. Ia sendiri tidak bisa mengajukan harga koin-koin emasnya itu.

Sherly menatap pemuda itu beberapa saat lalu berkata kembali, "Kalau begitu tunggu sebentar, saya akan menghubungi seseorang yang mungkin akan membayar koin-koinmu ini dengan harga tinggi."

rayan tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya dan mencari tempat duduk untuk menunggu.

("Halo Ayah...") Setelah panggilan terhubung, Sherly langsung menceritakan semuanya, bahwa ada seseorang yang datang ke tokonya membawa lima keping koin emas yang sama persis seperti kepingan koin emas milik Tuan Yunda Kusuma.

("Apa....! Baik.. suruh dia menunggu sebentar, Ayah akan segera ke sana.") Seruan seorang pria di seberang sana tampak terkejut sekaligus senang mendengarnya.

"Berapa uang yang kamu miliki sekarang?" tanya rayan pada Maudy, membuat Maudy menoleh sekilas dan menjawab dengan sedikit malu,

"Du-dua ratus ribu rupiah," jawabnya, meski tidak mengerti kenapa rayan tiba-tiba menanyakan hal itu.

Rayan hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkata lagi. Ia tahu gadis ini pasti tidak memiliki banyak uang, apalagi tadi Maudy lah yang membayar taksi yang mereka tumpangi.

"To-tolong... Siapapun tolong suami saya!"

Rayan dan Maudy tersentak mendengar teriakan seorang wanita di seberang sana. Begitu pun dengan orang-orang yang berada di sekitar sana, mereka semua bergegas menghampiri wanita yang berteriak histeris itu.

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!