NovelToon NovelToon
Hari Kiamat : Hanya Kita Berdua

Hari Kiamat : Hanya Kita Berdua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Zombie / Epik Petualangan / Hari Kiamat
Popularitas:65.9k
Nilai: 5
Nama Author: Desau

"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.

Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.

Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.

Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter ¹⁵ - the real kiss

Suara raungan para zombie di luar semakin keras, menembus derasnya hujan yang kini turun tanpa ampun. Setiap geraman terdengar seperti auman binatang kelaparan, menandakan bahwa jumlah mereka terus bertambah. Hujan turun dengan derasnya, mengguyur seluruh kota yang sudah lama mati. Tetes-tetes air menghantam atap mobil di atas Clay dan Britney, menimbulkan bunyi gemuruh ritmis yang menegangkan. Sesekali, petir menyambar, menerangi kegelapan malam hanya untuk sekejap sebelum semuanya kembali tertelan dalam kelam.

Di bawah mobil, dua manusia yang bersembunyi itu nyaris tidak berani bernapas. Clay dan Britney berbaring rapat di atas tanah yang sudah berubah jadi lumpur karena air hujan merembes masuk. Baju mereka basah, dingin menusuk tulang, namun keduanya tak punya pilihan selain diam di sana.

Britney menggigit bibirnya menahan rasa takut yang luar biasa. Setiap kali petir menyambar, cahaya putih yang sesaat menembus bawah mobil memperlihatkan kaki-kaki zombie yang berlalu-lalang hanya beberapa meter dari wajah mereka. Aroma daging membusuk menyengat tajam di udara, membuat perut Britney mual.

Dalam ketegangan yang pekat itu, Britney berbisik sangat pelan, hampir tak terdengar di antara suara hujan. “Sekarang kita harus bagaimana? Kita bisa mati kalau terus diam di sini,” suaranya bergetar, tapi nadanya tetap berusaha tegar.

Clay menutup matanya sejenak, menarik napas dalam. Ia tahu Britney benar, tapi tak ada pilihan mudah. “Kau pikir aku tidak memikirkan cara untuk pergi dari sini?” bisiknya balik, masih dengan nada tertahan. “Sekarang aku sedang berpikir! Jangan hanya mengharapkanku. Pikirkanlah juga caranya!”

Nada suaranya tajam karena tekanan situasi, bukan amarah. Britney mendengus kesal, meskipun ia tahu Clay tidak bermaksud menyalahkannya. Gadis itu mengalihkan pandangan, mengamati sekitar dari celah sempit di bawah mobil. Kanan, kiri, depan, semuanya tampak sama, kaki-kaki kotor, tanah berlumpur, dan suara air hujan bercampur erangan zombie.

Lalu matanya berhenti pada sesuatu di sisi kanannya, sebuah batu, sebesar kepalan tangan, mungkin sedikit lebih besar. Hujan membuatnya tampak licin dan basah, tapi cukup berat untuk dilempar. Nalurinya langsung bekerja. Ia perlahan mengulurkan tangan, berhati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Clay memerhatikan gerakan itu. Matanya mengikuti tangan Britney yang perlahan meraih batu tersebut. Dalam hati, ia tahu gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Begitu batu itu sudah ada di genggamannya, Clay berbisik, “Apa rencanamu?”

Britney menatapnya sekilas, lalu menunduk lagi. “Kita bisa melemparnya,” katanya lirih. “Untuk mengalihkan perhatian para zombie.”

Clay menatapnya lama, seolah sedang mempertimbangkan ide itu. “Tapi bagaimana cara kita melemparnya? Kau lihat sendiri. Mereka ada banyak!” balasnya dengan bisikan yang sedikit lebih keras dari sebelumnya. Suaranya tenggelam oleh gemuruh hujan.

“Kalau begitu, kita harus menunggu momen sampai bisa melempar batu itu,” jawab Britney dengan nada yang mantap, meskipun wajahnya pucat.

Petir kembali menyambar, kali ini sangat dekat. Suaranya menggelegar keras, GRAAAR! hingga Clay dan Britney refleks tersentak. Jantung mereka hampir meloncat keluar, tapi mereka menahan diri untuk tidak berteriak. Petir itu ternyata membawa sedikit keuntungan. Zombie-zombie di sekitar mereka tampak kebingungan, beberapa berhenti berjalan dan menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari langit. Namun mereka tidak pergi. Mereka hanya terdiam di tempat, meracau dengan erangan aneh.

Britney menelan ludah. Ia menatap Clay. “Sekarang... mungkin ini kesempatan kita.”

Clay mengangguk pelan. “Kita harus sabar. Tunggu mereka bergerak ke sisi lain.” Matanya terus memperhatikan setiap gerakan kaki zombie. Setiap langkah kecil bisa menentukan hidup dan mati.

Hujan makin deras. Genangan air di bawah mobil mulai menampakkan bayangan mereka sendiri. Clay dan Britney menahan diri agar tidak bergerak sama sekali, takut refleksi itu terlihat oleh para makhluk di luar.

Waktu terasa berjalan sangat lambat. Setiap detik menjadi siksaan tersendiri. Tapi akhirnya, Clay melihat celah, beberapa zombie di sisi kiri mulai menjauh, mungkin tertarik oleh sesuatu di kejauhan.

“Cepat! Serahkan batunya!” bisik Clay.

Britney langsung memberikan batu itu. Tangan mereka bersentuhan sejenak, hangat dalam dinginnya udara malam. Clay mencengkeram batu itu erat, lalu menarik napas dalam-dalam.

Dalam sekejap, ia melempar batu itu sekuat tenaga ke arah berlawanan. Batu itu menghantam bodi mobil lain di seberang jalan.

BRUK!

Suara benturan itu nyaring sekali di tengah hujan. Clay dan Britney menahan napas, menunggu reaksi. Namun beberapa detik berlalu… tak ada yang terjadi. Para zombie tetap di tempat. Suara derasnya hujan dan petir ternyata membuat suara batu itu tenggelam.

Britney menutup wajah dengan tangan. “Sekarang kita harus bagaimana? Aku sudah penat,” keluhnya dengan suara bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca, bukan hanya karena takut, tapi juga keputusasaan yang mulai menyusup pelan.

Clay menatap ke atas, ke bawah mobil yang menjadi satu-satunya pelindung mereka. “Mungkin…” ia menarik napas panjang, lalu berbisik dengan suara mantap, “Mungkin aku bisa keluar dan mengalihkan perhatian mereka.”

Britney menoleh cepat, matanya membulat. “Apa kau gila?! Itu terlalu berisiko! Mereka ada banyak sekali!” bisiknya panik.

Clay menatapnya dalam-dalam, wajahnya basah oleh air hujan yang merembes dari atap. “Lalu apakah kau ingin terjebak di sini selamanya?”

Britney membuka mulut, tapi tak langsung menjawab. Suaranya tercekat di tenggorokan. Akhirnya, ia hanya berkata, “Mungkin nanti ada seseorang yang akan datang.”

“Mungkin,” ulang Clay dengan nada getir. “Kata itu terlalu tidak pasti. Kita tidak tahu kapan, atau bahkan apakah ada orang lain yang masih hidup di luar sana.” Ia menatap mata Britney lekat-lekat. “Selagi kita masih punya energi, sebaiknya kita lakukan sesuatu sekarang.”

Britney terdiam lama. Dalam hatinya, ia tahu Clay benar. Tapi membiarkan cowok itu keluar sendirian berarti membiarkan kemungkinan terburuk terjadi, kehilangan satu-satunya orang yang membuatnya masih punya semangat untuk bertahan hidup.

Clay menyentuh bahunya pelan. “Kau tunggu di sini,” katanya dengan tenang tapi tegas. “Saat para zombie sudah menjauh, kau bisa lari lebih dulu ke gang. Aku akan menahan mereka sejauh mungkin.”

Ia mulai merangkak mundur, bersiap untuk keluar dari bawah mobil. Namun sebelum tubuhnya benar-benar keluar, Britney tiba-tiba menarik tangannya kuat-kuat.

Clay menoleh, matanya bertemu dengan mata gadis itu yang kini tampak berkaca-kaca di tengah hujan. Lalu, tanpa sepatah kata pun, Britney mendekat. Dalam jarak yang begitu sempit, ia memejamkan mata dan mencium bibir Clay.

Clay terkejut, tubuhnya membeku sesaat. Tapi kemudian ia membalas ciuman itu dengan lembut. Ciuman yang singkat, namun penuh makna, campuran ketakutan, keberanian, dan rasa sayang yang selama ini tertahan di tengah dunia yang kacau. Suara hujan di atas mereka menjadi latar bagi momen itu, seolah dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka berdua.

Ketika bibir mereka terpisah, Britney membuka mata dan berkata lirih, suaranya bergetar di antara air mata dan hujan. “Kau cowok yang sangat pemberani. Kumohon sekali lagi, jangan biarkan zombie menggigitmu.”

Clay mengangguk perlahan. Tatapan matanya lembut, tapi tegas. “Aku akan mencoba,” ucapnya pelan.

Ciuman itu memberi Clay kekuatan baru, seperti aliran panas di tengah dingin yang membekukan. Ia menarik napas dalam, lalu perlahan mulai keluar dari bawah mobil. Hujan langsung menyambutnya, dingin, keras, dan tak berbelas kasih. Dalam sekejap, tubuhnya basah kuyup. Namun ia tidak peduli.

Clay berjongkok rendah, memegang pedang di tangannya. Satu zombie yang berdiri paling dekat dengannya tidak sempat bereaksi ketika pedang itu menebas lehernya. Kepala makhluk itu jatuh ke tanah, diseret air hujan menuju selokan.

Namun Clay tak punya waktu menikmati keberhasilannya. Saat ia menegakkan tubuh, pandangannya langsung terisi oleh bayangan puluhan zombie lain yang bergerak ke arahnya. Suara langkah mereka berpadu dengan gemuruh hujan dan gelegar petir, menciptakan simfoni maut yang menggetarkan dada.

Jantung Clay berdegup cepat. Ia tahu tak ada jalan kembali. Di belakangnya, di bawah mobil itu, ada Britney, dan demi gadis itu, ia harus bertahan hidup sedikit lebih lama.

Dengan napas berat dan genggaman pedang yang semakin kuat, Clay menatap ke depan. Satu-satunya jalan hanyalah naik ke atas mobil, mencari posisi yang lebih tinggi untuk melawan.

Dan tanpa ragu, di bawah hujan deras yang kini membasahi seluruh tubuhnya, Clay berlari menantang gelombang zombie yang datang. Dunia di sekelilingnya menjadi kabur, hanya tersisa raungan, darah, dan tekad untuk bertahan.

1
Cindy
lanjut
Okto Mulya D.
perjuangan berat tuhh
Okto Mulya D.
Jenifer sulit ditebak ya?!, semoga tidak membahayakan Clay dan Britney serta janin anak mereka.
Tiara Bella
Jeniffer mw kemana ya
Tiara Bella
wow dijalan kiamat zombie Britney hamil....semoga dpt melaluinya ya clay Britney.....
Rommy Wasini Khumaidi
aduh...masih kepikiran Jenifer ini thor,takut tiba² nyerang,nanti kalau bayinya Britney lahir ari²nya dimakan kaya Suzana,lebih menakutkan lagi bayinya dimakan,ngeri bgt ngebayanginya 🙈🙈atau jangan² bayinya akan menjadi super hero,karena terkontaminasi virus zombie
Cindy
lanjut
Tiara Bella
wow Jenifer akhirnya sadar ya....tp emang butuh proses.....
Rommy Wasini Khumaidi
aku takut Jenifer jadi makhluk yang melebihi zombie
Rommy Wasini Khumaidi
tuh kan hamil britney
Kiki Handoyo
"BUILD THE WORLD A NEW"

SELAMAT DATANG peradaban baru.
Itulah kalimat yang layak diucapkan saat ini.
Manusia ditakdirkan menjadi khalifah, pembawa perubahan dan pembentuk peradaban di muka bumi.
Mengubahnya dan memicu lahirnya peradaban baru bagi umat manusia.

Virus zombie yang mewabah di hampir semua daerah ini telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat bahkan sangat tidak siap dengan kehadiran wabah yang mematikan ini.
Manusia hadir untuk bertindak melakukan perubahan dan membangun peradaban yang diamanatkan oleh Allah SWT.
Dimana semua orang bisa hidup damai, membuat sebuah daerah mampu bangkit dan berkontribusi dalam peta peradaban...🤩🥰
Okto Mulya D.
Britney hamil ngga tuhhh ...bakal repot nihhh
Okto Mulya D.
dunia berjalan lambat..
Okto Mulya D.
ada zombie lagi pasti
Okto Mulya D.
gedung yang tenang ternyata banyak zombie nya..huhh..
Rommy Wasini Khumaidi
Brithney hamil ditengah dunia Zombie,lupa gk pake pengaman ya Clay,gk ada alfamart yang jual Sutra ditengah dunia yang hancur🤣
Tiara Bella
hamil sh kynya Britney...
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semoga jangan dulu hamil Thor
Okto Mulya D.
waduh hot banget yaa...
Okto Mulya D.
wahhhhh sembuh juga si Britney dan Clay pun tidak sendirian..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!