Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.
Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Intrik
Sepanjang jalan David terus saja diam. Wajahnya terlihat sangat dingin, membuat aura dalam keheningan itu terasa mencekam.
Lily memilih untuk memperhatikan jalanan dari jendela samping. Enggan rasanya menoleh pada pria sedingin es itu.
"Siapa yang mengantarmu ke resto?" tanya pria itu tiba-tiba. Suaranya terdengar begitu datar, tanpa senyuman apalagi kelembutan.
"Eh, eum... aku diantar Mami. Dia juga yang mengajakku ke salon dulu. Makanya aku telat hampir satu jam. Maaf karena membuatmu menung–"
"Gak nanya!"
Belum sempat Lily menjelaskan, pria itu sudah memotongnya dengan kata yang pedas.
Lily mengerucutkan bibirnya. Menyebalkan sekali. Padahal ia hanya ingin menjelaskan dan meminta maaf pada pria itu karena telah membuatnya menunggu. Tadinya ia juga hendak meminta maaf karena dirinya pergi ke rumah orang tuanya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Lain kali aku tidak mau mendengar jika kau pergi dari rumah tanpa meminta izin dariku. Jika hal ini terulang, kau akan tahu akibatnya!" Seru David penuh ancaman.
"I–iya, Mas. Aku minta maaf. Aku janji gak akan mengulanginya lagi. Aku hanya diajak Mami. Aku pikir gak akan lama, ternyata malah sampai sore. Sekali lagi aku minta maaf. Aku hanya merindukan orang tuaku."
Entah punya keberanian dari mana, saat ini Lily sudah berani berbicara banyak pada pria yang sangat kejam itu. Padahal awal pertemuan hingga pernikahan mereka, ia sangat ketakutan setiap kali berdekatan dengan David. Jangankan untuk berbicara, menatap matanya saja Lily bergidik. Pria itu tak ubahnya seperti iblis yang akan membunuhnya kapan saja.
"Aku tidak perduli. Apapun alasannya kau tidak boleh keluar dari rumah itu tanpa seizin dariku!"
"Satu lagi. Jangan terlalu dekat dengan Mami. Kau belum mengenalnya dan belum tahu bagaimana dia sebenarnya!" tegas David dengan tatapan tajam dan lurus ke depan.
"Maksud Mas David apa? Beliau kan ibunya Mas? Mengapa aku tidak boleh dekat? Dia baik kok."
Kriiiiieetttttt!!!
David menginjak rem secara mendadak hingga membuat Lily tersungkur ke depan. Untung saja wanita itu reflek menutup kepalanya menggunakan telapak tangan sehingga ia tidak terbentur dan pada dashboard
David memandanginya dengan tajam. Kata-kata Lily barusan membuatnya naik pitam. Ia yang awalnya menahan-nahan kekesalannya sejak tadi akhirnya nampak memperlihatkan kemarahannya pada wanita itu.
"Aku tidak suka dibantah. Jika kau banyak protes, aku pastikan hidupmu akan menderita!" ancam pria itu yang membuat wajah Lily seketika pucat pasi.
Pria itu benar-benar iblis. Dia juga pintar bersandiwara. Saat makan malam tadi David menunjukkan kemesraannya dengan merangkulnya atau sesekali menggenggam tangannya yang dipamerkan di atas meja. Tentu saja hal itu membuat banyak tuaian pujian dari rekan-rekan bisnisnya. Mereka juga percaya jika pernikahan David dan Lily bukan karena skandal belaka. Mereka yakin jika kedua pasangan ini memang sudah benar-benar menikah sebelum penggerebekan itu terjadi.
Sementara itu David masih mencoba untuk mengontrol amarahnya yang semakin berkobar di dalam hati. Bukan, Ini semua bukan gara-gara Lily pergi bersama ibunya ataupun Lily mengunjungi kedua orang tuanya tanpa meminta izin. Ini perihal makan malam bersama rekan bisnisnya itu.
Jika setiap suami akan senang saat istrinya dipuji, namun tidak dengan David. Satu sisi dia juga merasa kagum dengan sikap Lily yang humble dan terkesan berkelas. Public speakingnya juga bagus. Siapa yang akan menyangka jika wanita itu masih menganyam bangku kuliah? Bahkan caranya berbicara sudah seperti wanita dewasa yang cerdas.
Keunggulan itu didukung oleh penampilan Lily malam ini. Gaun yang begitu indah dan sedikit seksi juga make up natural namun membuat wajahnya yang imut itu terlihat sedikit lebih dewasa. Tatanan rambut yang biasa dikuncir kuda, kini digerai dan nampak sangat indah. Satu kata untuk wanita itu, Pangling. Bahkan David merasa jika wanita di sampingnya ini adalah dua orang yang berbeda. Pria itu juga tidak percaya jika gadis slengean seperti Lily bisa menunjukkan table manner yang baik.
Hal yang membuatnya geram sepanjang makan malam adalah karena istri kecilnya itu selalu saja mendapatkan pujian dari rekan bisnisnya. Mereka bahkan membanding-bandingkan Lily dengan Veronica. Mereka bilang jika Lily lebih baik dan lebih pantas dengan David daripada artis papan atas itu. Bahkan mereka terang-terangan mengatakan jika perpisahan David dengan Veronica adalah hal yang tepat. Dan menikahi Lily adalah pilihan yang sempurna.
David hanya tersenyum menanggapinya. Senyum dibalik kebencian yang semakin menggunung pada wanita yang membuatnya berpisah dengan Veronica.
Namun di sisi lain kebenciannya, ia sedikit terpana dengan kemolekan istrinya itu. Jujur ia akui jika Lily memang sangat cantik. Tapi dirinya telah berjanji tidak akan pernah menyukai wanita itu. Lily adalah biang dari masalahnya. David akan mencari waktu yang tepat untuk bisa meninggalkan wanita itu dan mengejar kembali cintanya pada Veronica yang saat ini harus renggang karena kecerobohan David malam itu.
***
Ricardo masih saja merengek pada ibunya. Kelakuannya sama seperti anak TK yang merajuk gara-gara tidak diberikan sesuatu yang diinginkan.
"Mam, jadi gimana? Kapan Mami akan memisahkan Lily sama si David brengsek itu?"
"Husstt... jangan kencang-kencang! Apa kamu mau Papi mendengar umpatanmu yang tak sopan itu? Sabar dulu dong, Ric. Gak segampang itu. Masalahnya Papimu melarang mereka berpisah karena khawatir nama keluarga besar kita yang mulai membaik ini tersorot lagi."
"Tapi sampai kapan?" Ricardo terlihat sangat kesal. Entah mengapa ia merasa jika ibunya yang biasanya selalu menuruti keinginannya dengan mudah itu kini seolah tak bersungguh-sungguh akan membantu.
"Apa Mami mulai menyetujui pernikahan mereka?" tanyanya menyelidik.
"Ish, kamu ini. Mana mungkin Mami setuju. Sebenarnya Lily itu gak selevel dengan kita. Baik bersanding dengan David ataupun denganmu, sama saja tidak cocok," tuturnya menyindir menantu tak diharapkannya itu.
Soal menantu, ia menginginkan kedua anaknya memiliki pasangan yang selevel. Tapi untuk urusan hati, tentu saja ia tidak peduli karena saat ini pun dirinya mengincar Rama, ayah kandung Lily yang notabene pria dari kalangan sederhana.
Tak masalah baginya, yang terpenting Rama mau kembali merajut cinta dengannya seperti dulu. Meskipun hubungan mereka dibelakang layar. Nyonya Amanda akan melakukan cara apapun agar bisa mendapatkan hati mantan kekasihnya itu kembali.
"Kamu itu sangat tampan dan kaya. Wanita mana pun bisa kamu dapatkan. Lebih baik cari saja wanita berkelas. Dan yang lebih penting bukan bekas kakakmu!" cetus Nyonya Amanda mencoba untuk merayu anak bungsunya. Berharap Ricardo bisa melupakan wanita yang kini menjadi iparnya itu.
"Mami gak pernah mengerti perasaanku." Ricardo yang manja itu kini merajuk. Sungguh sangat kontras dengan sikapnya yang angkuh itu. Jika di hadapan ibunya, ia seperti anak kecil yang segala keinginannya harus terpenuhi.
Nyonya Amanda memijat kepalanya yang sedikit berdenyut. Memikirkan Ricardo membuatnya sangat pusing. Ia saja masih mencari cara untuk mendapatkan hati ayah kandung Lily. Kini malah harus dipusingkan dengan keinginan Ricardo yang menggebu-gebu untuk mendapatkan iparnya itu.
"Ckkk ... Kamu ini kalau mau apa-apa harus selalu dituruti. Ini masalah serius karena pernikahan mereka ada ditangan Papimu. Mami tidak bisa berbuat banyak. Tapi Mami bisa kasih solusi untukmu."
Ricardo mendongak. Ia menatap serius ke arah ibunya. "Solusi? Solusi apa, Mam?" tanyanya penasaran.
"Buat Lily nyaman denganmu. Tunjukkanlah jika dirimu lebih baik dari pada kakakmu!" Entah dari mana asalnya ide itu tiba-tiba muncul. Namun Nyonya Amanda berharap anaknya setuju dengan sarannya ini. Karena dari pengamatannya, sepertinya Lily berhati lembut. Hanya diberi sedikit perhatian saja, pasti wanita itu akan luluh.
"Apa yang mesti aku lakukan? Apa kelebihanku darinya?!"
'Astaga, si anak ini, ternyata dia mengakui kebodohannya secara tidak langsung. Ya ampun, mengapa aku sangat menyayangi anak tak berguna ini? Tapi biar bagaimanapun, dia memang harus lebih unggul dari pada David!' gumam Nyonya Amanda yang tak memungkiri jika anak sulungnya memang lebih unggul dal hal apapun dari pada anak bungsunya yang manja itu. Apalagi Tuan Handoko begitu mengagungkan anak pertamanya.
"Kamu hanya perlu meraih hatinya dengan segala perhatian. Kamu tahu, wanita itu hanya butuh dimengerti dan didengar. Mami merasa sikap David tidak pernah baik pada istrinya. Hal itu bisa kau manfaatkan. Dekati dia dan jadilah sandaran untuknya. Dengan begitu, Mami yakin jika Lily akan pergi dari hidup David dan memilihmu menjadi pendampingnya."
***
Bersambung...