Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12 Hampir Terno-da
Happy reading
New message from Aluna:
Kak, toglong a-iku
Ryuga mengernyitkan dahi ketika membaca pesan yang dikirim oleh Aluna dan berusaha memahami tulisan yang 'sepertinya' salah ketik.
"Chat dari siapa, Pak?" Tara melontarkan pertanyaan sambil menghidupkan mesin sepeda motor yang sudah ditungganginya.
"Dari Aluna. Tapi maksudnya apa ya?" Ryuga menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan pesan dari Aluna.
Sama seperti Ryuga, Tara pun mengernyitkan dahi.
"Ini bacanya ... 'Kak, tolong aku'. Gue yakin dia salah ketik. Jangan-jangan Aluna dalam bahaya, Pak --"
"Anter gue ke Fakultas Sasindo. Sekarang!" Tanpa aba-aba Ryuga langsung naik ke atas jok sepeda motor--membonceng Tara.
"Nggak jadi ketemu Bu Ayu?"
"Nggak."
Tara mengangguk, lantas menggeber tunggangan besinya. Melesat ke tempat yang dituju.
Tujuh menit waktu yang mereka butuhkan untuk sampai ke Gedung A--Fakultas Sasindo.
Ryuga membawa kakinya berlari, abaikan air langit yang mengguyur tubuh, diikuti oleh Tara yang menyusul di belakang. Tentu saja setelah menaruh kuda besinya di area parkir fakultas tersebut.
Pikiran Ryuga dipenuhi oleh Aluna yang mungkin sedang dalam bahaya.
Khawatir? Tentu.
Meski belum tumbuh rasa cinta, nyatanya Ryuga teramat peduli pada Aluna dan sangat mengkhawatirkannya. Mungkin karena sudah dua kali mendapati Aluna hampir menjemput maut.
Ryuga terus berlari menyusuri koridor sambil memanggil nama 'Aluna'--tanpa memedulikan tatapan berpasang-pasang mata.
Yang diinginkannya saat ini hanya menemukan Aluna--gadis yang bergelar 'calon istri'.
"Luna --" Suara Ryuga tercekat ketika mendengar suara teriakan 'meminta tolong' yang berasal dari dalam ruang kelas. Ia yakin, pemilik suara itu adalah Aluna.
Ryuga bergegas mendobrak pintu. Dibantu oleh Tara dan beberapa mahasiswa yang juga mendengar teriakan Aluna dari dalam kelas.
BRAKK
Pintu terbuka dan hancur.
Menyuguhkan pemandangan yang sukses membuat Ryuga murka. Bahkan teramat murka.
Jilbab Aluna terlepas dan tergeletak di lantai. Sementara Hamdan ... bersiap membuka resleting celana yang dikenakan.
"Bajing**!!!" Ryuga mengumpat dan melayangkan tinju--tepat mengenai wajah Hamdan.
Sementara Tara, ia bergegas mengambil jilbab yang tergeletak dan menyerahkannya pada Aluna. Kemudian meminta gadis itu untuk segera mengenakan--menutupi rambut hitam yang tergerai dan sedikit berantakan.
Puas membuat Hamdan babak belur, Ryuga menyeret paksa dosen problematik itu lalu menghempas-nya dengan kasar hingga tersungkur ke tanah.
"Manusia be-jat kaya lo, nggak pantes jadi pendidik di sini!" Nada suara Ryuga meninggi, menggelegar, dan mengalihkan atensi semua mahasiswa yang berdiri di sepanjang koridor.
Lagi, Ryuga melayangkan tinju. Kali ini perut Hamdan yang menjadi sasaran.
Hamdan tak berdaya. Wajahnya dipenuhi luka dan darah. Tubuhnya pun terlihat lemas.
Kabar mengenai keributan yang terjadi di area Fakultas Sasindo cepat menyebar ke seantero kampus dan sampai di telinga Ayu yang baru saja selesai siaran di studio Cakrawala Media.
Ayu berlari menuju Fakultas Sasindo yang berada tidak jauh dari studio itu.
Bisa dipastikan, ia teramat murka dan berkeinginan untuk turut menghajar Hamdan.
"Dosen be-jat!" Ayu melayangkan pukulan hingga membuat wajah Hamdan terhempas ke samping. Darah segar mengalir dari hidung dan si dosen be-jat terlihat kian tak berdaya.
"Cukup! Tolong hentikan! Kita serahkan dia ke penegak hukum." Ardian menginterupsi dan berusaha mencegah Ayu yang ingin kembali melayangkan pukulan maut.
Ayu membuang napas kasar. Ia terpaksa mengindahkan seruan Ardian--rektor Universitas Cakrawala, meski rasanya masih ingin meluapkan kemurkaan.
"Di mana Aluna?" Pertanyaan itu tercetus dari bibir Ayu dan ditujukan pada Ryuga.
"Di dalam kelas."
Begitu mendengar jawaban dari Ryuga, Ayu bergegas membawa ayunan kakinya menuju kelas--tempat Aluna berada.
"Luna --" Ayu berlari menghampiri Aluna.
Gadis malang itu duduk meringkuk--memeluk kedua kakinya sambil menangis tersedu.
Jilbab yang tadi terlepas kini sudah menutupi rikma, meski belum rapi dan terlihat disampirkan seadanya.
"Luna, ini Kak Ayu," ucap Ayu lembut sambil merendahkan posisi tubuhnya, sejajar dengan Aluna.
"Kak --" Aluna mengangkat kepalanya yang semula menunduk dan menatap sendu wajah wanita yang tawarkan afeksi.
Ayu mengulas senyum, lalu merengkuh tubuh Aluna untuk dibawanya ke dalam peluk.
Tangis Aluna pecah. Tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan wanita yang sudah dianggap sebagai kakak.
"Kamu udah aman, Luna. Dosen be-jat itu udah pergi." Ayu berbisik dan mengusap punggung Aluna seraya menghadirkan rasa nyaman.
Bagi Ayu, Aluna bukan sekedar rekan announcer, melainkan seorang adik yang harus disayang, dijaga, dan dilindungi.
Manik mata Ryuga mengembun ketika menyaksikan pemandangan yang tersuguh, seiring denyutan ngilu yang kembali hadir.
'Dua wanita yang saling berpeluk'.
Mereka hadir di hidupnya, dengan status yang berbeda. Satu wanita yang dicinta, dan satu lagi wanita yang esok pagi akan dinikahi. Bahkan mungkin, ditakdirkan sebagai jodohnya.
"Kita pulang ya." Ayu kembali berbisik sambil perlahan mengurai pelukan. Diseka wajah Aluna dengan jemari tangan. Ditatap penuh kasih, mata yang masih berkaca dan tersirat sendu.
"Kak, a-aku ta-takut ka-kalau di-dia da-tang lagi." Aluna terbata dan terisak.
"Dia nggak bakal berani datang lagi. Hamdan udah dihajar habis-habisan sama Kak Ryu--calon suami kamu."
"Kak Ryu bu-bukan calon suamiku, Kak. Kasihan Kak Ryu kalau menikah dengan wanita yang nggak dicinta. A-ku akan pergi menyusul Kak Karina. A-aku nggak peduli lagi dengan harga diri dan kehormatan keluargaku. A-aku nggak mau ngorbanin perasaan Kak Ryu. A-aku juga nggak mau lelaki sebaik Kak Ryu hancur ka-karena terpaksa menikahi aku."
Ucapan Aluna mencubit ulu hati. Mencipta denyutan nyeri, memaksa setetes kristal bening jatuh membasahi pipi.
"Apapun yang menjadi keinginanmu, Kak Ayu bakal dukung. Kak Ayu bakalan bantu kamu sebisanya."
"Makasih, Kak."
Ayu menerbitkan senyum, lantas menyeka jejak air mata di pipi.
"Yuk, kita pulang. Atau ... kamu ingin mampir dulu ke Kafe Tiga Ceret? Kita makan siang sambil ngobrol."
Aluna menggeleng pelan. "Aku ingin segera pulang dan menemui papa-mama, meminta mereka untuk membatalkan pernikahan kami."
"Pernikahan kita nggak boleh dibatalin, Luna." Ryuga menginterupsi. Nada suaranya rendah, tetapi tegas dan tak sedikit pun tersirat keraguan.
"Ta-tapi, Kak --"
"Besok pagi, gue bakal nikahin lo. Bukan karena terpaksa, tapi karena keinginan gue sendiri."
Ryuga memperlihatkan seutas senyum. Ulurkan tangan dan mendorong Aluna untuk menyambutnya.
"Kak --"
"Gue anter pulang sekarang."
Aluna mengangguk samar dan perlahan membawa tubuhnya bangkit.
"Kak Ayu sekalian pulang bareng kita?" tanya yang terucap dari bibir Aluna dan ditujukan pada Ryuga.
"Kalau dia mau nggak pa-pa." Ryuga melirik sekilas wanita yang berdiri tepat di samping Aluna.
"Aku pulang sendiri, Lun. Kalian duluan aja."
"Kita pulang bareng saja, Kak. Nggak usah pesan taxi."
"Tau aja kalau aku mau pesan taxi." Ayu tertawa kecil dan mencubit pelan pipi Aluna.
"Bajuku basah. Aku nggak mau kena omel Pak Ketu gara-gara bikin becek mobilnya."
"Baju gue juga basah. Gue nggak bakal ngomel cuma gara-gara lo bikin becek mobil gue. Tapi, gue bakal ngomel karena perkara lain."
Ayu menghela napas. Ia paham maksud ucapan Ryuga dan harus bersiap mendengar semburan pedas.
Apapun yang dikatakan oleh Ryuga nanti, akan Ayu terima. Meski mungkin, menorehkan lara. Toh, dia pantas mendapat hukuman atas usulan gila yang dicetuskan.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini